Mohon tunggu...
Athiya Dyah Respati
Athiya Dyah Respati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa 23107030012/UIN Sunan Kalijaga

Penikmat karya seni, budaya, dan sastra

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Pilihan

Zero Waste dan Green Jobs, Bisakah Jadi Upaya Memulihkan Wajah Baru Yogyakarta?

22 Juni 2024   23:34 Diperbarui: 22 Juni 2024   23:34 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: dokumentasi pribadi penulis

Yogyakarta kini menghadapi masa darurat sampah. Artinya masalah sampah di Yogyakarta sudah mengkhawatirkan, karena volume limbah yang terus meningkat setiap tahunnya. Bahkan muncul istilah, bahwa sampah menjadi wajah baru Yogyakarta. Hal ini mencerminkan tantangan besar dalam pengelolaan lingkungan terkhusus sampah.

Dilansir dari waste4change.com, Tempat Pembuangan Akhir sampah atau yang sering disingkat dengan TPA sampah  ialah tempat memproses dan mengembalikan sampah ke media lingkungan secara aman, baik untuk manusia maupun lingkungan itu sendiri melalui metode landfill yang dikembangkan menjadi controlled landfill (sisitim peralihan open dumping meliputi penimbunan, perataan, dan pemadatan sampah) dan sanitary landfill (penutupan dengan tanah). Yogyakarta memiliki TPA yang belakangan namanya terkenal dan sering dibahas, tak lain adalah TPA Piyungan.  Piyungan, menjadi tempat pembuangan akhir sampah bagi tiga wilayah di Yogyakarta meliputi Kotamadya Yogyakarta, Kabupaten Bantul, dan Kabupaten Sleman.

Penutupan sementara TPA Piyungan pada 23 Juli-5 September 2023 lalu menjadi salah satu penyebab dari permasalahan sampah di Yogyakarta. TPA Piyungan ditutup akibat dari  ketersedian lahan yang kurang karena sampah yang over melebihi kapasitas. Selasa, 5 Maret 2024  secara simbolis, TPA Piyungan resmi ditutup sehingga memaksa Kotamadya Yogyakarta, Kabupaten Sleman, dan Kabupaten Bantul agar mengelola sampah secara mandiri.

Kotamadya Yogyakarta mengalami kesulitan mencari lahan untuk pengelolaan sampah tersebut karena ketidaktersediaan lahan akibat dari  padatnya pemukiman dengan jumlah warga yang banyak. Akan tetapi, Kotamadya Yogyakarta memiliki TPST atau Tempat Pengolahan Sampah Terpadu yaitu sebuah tempat dengan kegiatan pengumpulan, pemilahan, dan pendaur ulangan sampah. Kotamadya Yogyakarta baru memiliki dua tempat pengolahan sampah terpadu (TPST) yaitu TPST Nitisan dan TPST Kranon. Terdapat satu TPST lagi yang masih dalam Pembangunan, yakni TPST Karangmiri.

Kabupaten Sleman juga melakukan pembangunan 4 TPST yang sudah dimulai dari 2023 dengan perkirakan selesai pada 2025 mendatang. Keempat TPST ini terletak di Tamanmartani Kalasan, Sendangsari Minggir, Tanah Kas Desa (TKD) Turi, dan TKD Kapanewon Sleman.

Depo Pengok, sumber: dokumentasi pribadi penulis
Depo Pengok, sumber: dokumentasi pribadi penulis

Sedangkan, Kabupaten Bantul merencanakan Pembangunan TPST Bawuran sebagai TPST terbesar di D.I.Y yang letaknya bersebelahan dengan TPA Piyungan menggunakan tanah milik Kasultanan seluas 6,7 hektare untuk daya tampung 300 ton sampah per hari. TPST dengan rancangan anggaran Rp 440 miliar ini memiliki sumber dana berasal dari vendor kapitalis. Diperkirakan TPST Bawuran memakan waktu pmbangunan 10 bulan yang artinya akan rampung pada pertengahan 2025. TPST Bawuran memiliki program yang diberi nama Intermediate Treatment Facility (ITF) Bawuran. Melalui Pembangunan ITF Bawuran ini, nantinya Pemerintah Bantul akan bekerja sama dengan Pemkot Yogyakarta. Tenaga kerja yang dibutuhkan untuk TPST Bawuran sekitar 400 orang yang artinya membuka peluang besar green jobs.

Green jobs sedang menjadi isu hangat yang dibicarakan oleh dunia. Dalam video youtube milik Noufal Madha berjudul "Pekerjaan Akan Semakin Habis, Kalo Tidak Beralih ke Green Jobs!" dijelaskan bahwa green jobs adalah istilah yang diberikan oleh ILO (International Labor Organization) untuk jenis pekerjaan yang terkait agenda pembangunan berkelanjutan dan rendah emisi dengan tujuan untuk mengurangi dampak lingkungan yang disebabkan oleh sektor perusahaan dan perekonomian hingga ke tingkat yang bisa melestarikan lingkungan hidup. Dengan kata lain, green jobs adalah pekerjaan yang berkontribusi terhadap perlindungan, pelestarian, dan pemulihan lingkungan secara berkelanjutan baik langsung ataupun tidak.

Melansir dari visual interaktif Kompas, ada dua kata terkait green jobs yaitu "Layak" dan "Untuk Lingkungan." Layak disini memiliki makna inklusif dan menyejahterakan sedangkan Untuk Lingkungan berarti dapat melindungi dan mengatasi tantangan iklim, limbah, biodiversitas, dan lainnya. Menurut Robert Gilleskie, lightpoint consulting services dari US terdapat Three Bottom Line dalam pengelolaan negara terdiri dari aspek lingkungan, perekonomian, dan pemerataan sosial. Aspek lingkungan memiliki tiga bagian penting yang saling berkaitan yaitu energi, air, dan pengelolaan sampah. Untuk mewujudkan three bottom line tersebut dibutuhkan green jobs.

Green jobs sebenarnya sudah ada sejak lama, namun keberadaannya tidak disadari. Di masa depan, green jobs memiliki prospek tinggi karena adanya green disruption. Green jobs dapat berkaitan dengan bidang apapun. Meskipun demikian, green jobs berkaitan erat dengan pertanian, arsitektur, dan transportasi, Dalam pertanian, contoh green jobs bisa dilihat dari organic farming atau petani organik yang nantinya akan membuka peluang pekerjaan lain seperti penjual sayur organik, produsen olahan pangan organik, atau produsen pupuk organik. Dalam arsitektur, bisa dilihat melalui arsitek bangunan zero carbon. Dalam transportasi, bisa dilihat melalui insinyur transportasi hemat energi yang ramah lingkungan.

Green jobs juga membuka peluang bagi para teknisi seperti teknik lingkungan, teknik elektro, teknik sipil, teknik mesin, dan teknik kelistrikan untuk pengembangan pembangkit listrik tenaga energi terbarukan. Untuk yang lebih sederhana, green jobs bisa berupa pengelola TPST dan depo-depo sampah seperti yang dibutuhkan TPST Bawuran sesuai penjelasan sebelumnya.

Bahkan UMKM juga bisa termasuk dalam green jobs apabila melakukan rintisan yang mendorong transformasi hijau atau bisa disebut dengan sustainable business, contohnya yakni Djampi Sayah yang membuat produk makanan dan minuman dengan bahan organik, tanpa pengawet pewarna buatan, dan kemasan eco-friendly dari kaca reusable.

Public Relation juga bisa menjadi bagian dari green jobs seperti yang dilakukan oleh PR Avoskin brand skincare lokal yang mengadakan CSR berupa pelestarian orang utan, kampanye #loveavoskinloveearth, bekerja sama dengan Tree of Heart untuk restorasi hutan, serta mengadakan program daur ulang kemasan bekerjasama dengan Waste4Change.

Penjelasan mengenai program Avoskin ini menjadi contoh materi yang dibawakan oleh Riski Damstuti, S.Sos pada acara Seminar dan Workshop Party of Public Relation bertema PR Strategic for Zero Waste yang diselenggarakan oleh Prodi Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga pada 28 Mei 2024 lalu di Converation Hall Lantai 2 UIN Sunan Kalijaga Jl. Laksda Adisucipto Yogyakarta.

sumber: dokumentasi pribadi penulis
sumber: dokumentasi pribadi penulis

Acara ini diselenggarakan sebagai upaya edukasi dan sosialisasi untuk mahasiswa mengenai permasalahan sampah di Yogyakarta dan Indonesia, zero waste, hingga green jobs. Acara ini disponsori oleh Pertamina yang juga memiliki upaya kepedulian lingkungan melalui program Pertamina Hijau dan Sampah Kita sebagai bentuk CSR. Acara diawali dengan pembacaan Al-Quran dan doa, lalu dilanjutkan sambutan oleh Safira Karimah, mahasiswi UIN Suka yang menjadi ketua panitia, hingga pada pemaparan materi dengan 3 narasumber yaitu Ricky Riadi Iskandar CPR, CCM, Riski Damstuti, S.Sos, M.A., dan seorang aktivis lingkungan Rizki Abiyoga S.H

Pemateri pertama, Ricky menyampaikan tentang PR Strategies for Greener Tomorrow atau memahami komunikasi lingkungan. Disini Ricky menjelaskan beberapa cara komunikasi massa terkait isu lingkungan yang dapat dilakukan seperti menggunakan model komunikasi konvergensi (interaktif untuk tindakan bersama) dan pentahelix dalam komunikasi lingkungan dengan rumus AKUBAB (Awareness, Knowledge, Understanding, Belive, Attitude, Behavior) serta secara sederhana melalui poster lucu tentang membuang sampah dan semacamnya. Ricky juga menyinggung tentang Campaign Journey di balik gairah kafe sampah plastik membeludak di Yogyakarta yang spesifik terkait es teh jumbo, perburuk masalah sampah plastik.

sumber: dokumentasi pribadi penulis
sumber: dokumentasi pribadi penulis

Riski sebagai narasumber kedua memberikan materi berjudul meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap sampah dengan empat sub judul menarik. Sebelumnya, Riski mempertontonkan video tentang warung yang berada di TPA Bantar Gebang. Pembahasan dimulai dengan kasus TPA Leuwigajah yang meledak dan longsor aibat tingginya akulasi gas dalam timbunan sampah yang mencapai ketinggian 60 m tanpa ada ventilasi pada 21 Februari 2005.

"Zero waste adalah upaya untuk mengurangi penggunaan sampah. Zero waste ini bisa menjadi solusi untuk Yogyakarta yang memiliki wajah baru karena dianggap sudah darurat dalam masalah pengelolaan sampah," ujar Riski.

Kemudian dimulai membahas 4 sub judul terdiri dari  RUMPUT TETANGGA (tentang pengelolaan sampah di negara lain seperti Jerman yang menerapkan kebijakan pemerintah memberi tanggung jawab kepada produsen dan distributor untuk mengolah sampah atau find system dan Korea yang menggunakan program volume based waste EPR), BENANG KUSUT (Pemerintah belum menemukan cara mengelola sedangkan masyarakat sudah ditekan untuk lebih paham, cara mengatasi dimulai dengan perbaikan mindset dan  kolaborasi xehaxelix, gringgo, smash), AKTIVITAS DIGITAL (melalui influencer yang green jobs contoh Pandawagroup), BANYUMAS (daerah yang sudah mengelola sampah dan lingkungan melalui program Salinmas dan Ojeke Inyong)

sumber: dokumentasi pribadi penulis
sumber: dokumentasi pribadi penulis

Terakhir disampaikan oleh Rizki, perwakilan dari Walhi Yogyakarta. Walhi merupakan komunitas yang bergerak di bidang lingkungan dan ekosistem dengan gerakan @pulihkanjogja. Rizki memaparkan data pengelolaan sampah di D.I.Y dan praktik pungli penghitungan volume sampah Piyungan. Rizki juga menyampaikan  Laporan Studi Brand Audit and Clean up di Pantai Baros Yogyakarta yang berisi dominan sampah plastik berasal dari merk Mie Sedap, Indomie, dan So klin. Rizki memberikan sosialisasi terkait green jobs dan pengelolaan sampah yang bisa dilakukan mulai dari pemilahan di rumah. Program semai, tanam, rawat dapat dijadikan upaya sosialisasi di masyarakat.

Seminar dan worksop ini menunjukan bahwasannya green jobs juga terdapat di sektor pendidikan dan industri Perusahaan.

Sumber :

https://yogyakarta.kompas.com/read/2024/01/16/192849378/rencana-pembangunan-tpst-di-bantul-pemkab-janji-sampah-tak-menggunung?page=all

https://vik.kompas.com/green-jobs/

https://waste4change.com/blog/fungsi-tps-tps-3r-tpst-dan-tpa/

https://www.youtube.com/watch?v=DOJi0DK8xQ8&pp=ygUKZ3JlZW4gam9icw%3D%3D

https://youtu.be/X2JnhEPDX0c?si=tWsiBMNNk6C2v59U

Dokumen penulis hasil observasi dan mengikuti seminar

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun