Idulfitri merupakan hari raya umat Islam yang identik dengan tradisi saling meminta maaf dan memaafkan. Sedangkan Iduladha identik dengan sebutan Lebaran Haji, karena bertepatan dengan pelaksanaan rukun Islam ke lima yakni ibadah haji oleh umat Islam dari berbagai negara di Masjidil Haram. Iduladha juga disebut dengan Hari Raya Kurban. Pada hari ini, umat Islam diperintahkan untuk menyembelih hewan kurban berupa sapi (dana iuran dari 7 orang) dan kambing (dana pribadi satu orang). Kisah Nabi Ibrahim yang diperintahkan oleh Allah Swt untuk menyembelih putranya yakni Nabi Ismail sebagai bentuk ujian atas tawakal, kesabaran, dan keikhlasan menjadi asal muasal dari Iduladha.
Perayaan hari raya Idulfitri pada 1 Syawal dan Iduladha pada 10-13 Zulhijah selalu diawali dengan tradisi takbiran. Takbiran merupakan ritual menyambut hari raya dengan mengumandangkan dan mengagungkan asma Allah terkhusus lafal kalimat takbir (Allahuakbar) yang biasa dilakukan secara bersama-sama. Takbiran sudah menjadi tradisi umat islam yang setiap tahun selalu dilakukan.
Indonesia yang mayoritas penduduknya memeluk agama Islam selalu menyelenggarakan tradisi takbiran  dengan perayaan meriah. Tak jarang, banyak mayarakat yang membuat takbiran sebagai festival. Salah satunya, seperti yang diselenggarakan oleh Masjid Al-Ikhlas yang terletak di Tempel, Caturtunggal, Depok, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Perayaan takbiran yang diberi nama Festival Gema Takbir diselenggarakan pada Minggu, 16 Juni 2024 pukul 19.30 hingga 22.00. Festival Gema takbir digagas oleh takmir masjid yang merupakan mahasiswa UIN Sunan Kalijaga bernama Dhihan Hanifa dengan 20 panitia yang terdiri atas remaja sekitar Masjid Al-Ikhlas Tempel dan volunter dari UKM JCM Kineklub UIN Sunan Kalijaga.
Festival Gema Takbir Masjid Al-Ikhlas Tempel diselenggarakan dengan tiga kegiatan berupa penampilan anak-anak, takbir keliling, dan both games. Penampilan anak-anak berupa menceritakan kembali tentang asal muasal Hari Raya Kurban yang sebelumnya telah dijelaskan pada TPA rutinan, menceritakan kisah dari doa sehari-hari, menari tradisional, serta puisi berantai. Takbir keliling dilaksanakan melewati jalan-jalan rumah warga sekitar masjid dengan jarak 1 km membawa lampu-lampu yang terbuat dari keranjang bambu. Both games berupa sembilan permainan yaitu dart, panah balon, lempar bola, tebak nama nabi, tebak benda, uno, susun kartu, sentil tutup botol, dan dam. Alat permainan dan dekorasi dibuat sendiri oleh panitia yang bahan utamanya dari kardus-kardus bekas.
Tujuan diselenggarakan festival ini dalam rangka membuat anak-anak terkhusus TPA dan warga sekitar masjid merasa bahwa perayaan Iduladha sangat bermakna dan menyenangkan. Pemilihan games yang variatif bertujuan untuk menciptakan keseruan dan memenuhi keinginan anak-anak yang suka bermain namun tetap disisipkan pelajaran dan pengenalan tentang agama. Permainan di lingkungan masjid juga sebagai bentuk menjaga dan menciptakan mindset pada anak bahwa masjid bukanlah tempat yang mengerikan.
"Kami membuat festival ini agar anak-anak merasa seolah-olah TPA adalah sarana yang friendly dan perayaan Iduladha sangat berarti. Jadi, harus diselenggarakan sekreatif mungkin jangan monoton," ucap Dhihan.
Dana Festival Gema Takbir didapat dari infak masjid dan donatur. Festival ini sudah berjalan dua tahun dari 2023 sejak Dhihan menjadi takmir. Rencananya Festival Gema Takbir akan diselenggarakan setiap tahun sehingga menjadi tradisi baru yang tertanam di Masjid Al-Ikhlas Tempel.
"Panitia juga didapat dari orang luar remaja masjid agar ada insight baru dalam pertukaran ide kreatif dan penambahan tenaga kerja," imbuh Dhihan
Rifqi salah satu volunter menyampaikan alasannya tertarik menjadi panitia,
"Saya tertarik untuk bergabung dalam kepanitiaan ini karena ingin memanfaatkan waktu luang saya dengan produktif. Saya percaya bahwa dengan terlibat dalam kegiatan ini, saya bisa mengembangkan keterampilan baru, berkontribusi pada proyek yang bermakna, dan memperluas jaringan profesional saya. Selain itu, saya merasa bahwa aktivitas ini akan memberikan pengalaman berharga yang tidak hanya mengisi kekosongan waktu, tetapi juga memberikan dampak positif bagi komunitas dan masyarakat."
Sedangkan volunter lain bernama In'am menyampaikan, "Alasannya aku ikut sih awalnya hanya untuk mengisi waktu luang saja sama mau mencoba merasakan mengurus acara masyarakat umum tuh bagaimana. Nah, ternyata seru banget bisa mengenal bocah-bocah TPA dan dapat kenalan baru dari kampus lain, terus pas bikin game DAM itu mendadak banget tapi it's okey berhasil membuat bocah tertarik main game jadul. Intinya seru deh walau aku kurang kontribusi pas pra produksi atau persiapan acara karena terkendala UAS yang jadwalnya bertabrakan dengan agenda membuat aksesoris dan dekor. "
Acara perayaan takbir Iduladha ini dipersiapkan selama dua minggu dimulai dari rekruitmen volunter. Festival Gema Takbir berlangsung dengan seru dan kondusif tanpa ada aura negatif, semua anak yang mengikuti acara ini tampak senang tidak ada satupun yang menangis atau tantrum.Terdapat juga hadiah-hadiah  berupa snack dan alat tulis. Tanggapan positif datang dari warga yang turut antusias mengikuti permainan tersebut karena dianggap sebagai kegiatan nostalgia. Masyarakat berharap kegiatan perayaan Iduladha yang dirintis oleh anak muda ini dapat menjadi inspirasi bagi masjid lainnya.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H