Mohon tunggu...
Andri Setiawan
Andri Setiawan Mohon Tunggu... Freelancer - Aku Membaca Maka Aku Ada

Kemampuan terbesar manusia adalah bergosip dan berimajinasi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Akulturasi Budaya Bangsa Arab sebagai Bangsa "Jahiliyah"

26 April 2021   08:43 Diperbarui: 26 April 2021   09:46 642
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jadi, bangsa Arab menurut Wincler dalam sejarahnya, adalah residu dan tidak terpisahkan dari proses invasi besar-besaran yang terjadi di masa lalu. Beberapa bukti yang membenarkan teori Wincler ini menurut Bernard Lewis adalah ditemukan sejumlah bukti dalam bentuk saluran air yang telah mengering dan tanda-tanda kehidupan di wilayah tersebut di masa lalu. 

Ira M. Lapidus menuturkan bahwa secara keseluruhan kini, hanya sedikit saja wilayah di Arabia merupakan wilayah yang subur, sebagian besar daerah merupakan wilayah yang sangat gersang dan tandus. Dan bangsa Arab yang hidup di beberapa wilayah subur menjalin pola kebersamaan politik, kesamaan keyakinan, hubungan ekonomi dan perdamaian dengan masyarakat sekitarnya. Philip K. Hitti mengemukakan bahwa wilayah padang tandus Arabia merupakan cikal bakal lahirnya masyarakat Badui yang mengidentifikasi dirinya sebagai masyarakat nomaden.

Tradisi nasional Bangsa Arab membagi bangsa itu menjadi dua cabang yakni Arab Utara dan Arab Selatan. Pemisahan wilayah itu secara geografis oleh gurun tanpa jejak ke dalam wilayah utara dan selatan terungkap dalam karakter orang-orang yang mendiami masing- masing wilayah itu. Menurut Lewis Bahasa Arab saat ini adalah Bahasa Arab Selatan yang banyak dipengaruhi dari Bahasa Etiopia, kebanyakan penduduk Arab selatan adalah bangsa penetap. Salah satu kehebatan yang diketahui berasal dari Arab Selatan adalah kerajaan Saba', wilayah ini menurut Lewis juga pernah berada dalam kekuasaan Persia. Suku Badui diyakini merupakan orang-orang dari Arab Utara, karena tempat subur dan pertanian adalah wilayah Arab Selatan. Orang-orang Badui menunggang unta dan secara musiman berpindah-pindah untuk mencari padang rumput yang hijau. Mereka memperlengkapi karavan dengan binatang, juru penunjuk dan pengawal. Mereka menghabiskan musim gugur dengan bertahan di padang pasir dan ketika terdapat tanda-tanda turun hujan pertama, mereka berpindah untuk mencari padang rumput. Pada musim panas mereka biasanya memasang tenda-tenda di dekat kampung dan oasis, di tempat ini mereka menukar produk ternak untuk mendapatkan padi, kurma, perkakas rumah tangga, senjata dan pakaian. 

Bagi masyarakat kuno, Imperium melambangkan wilayah peradaban. Fungsi Imperium adalah untuk mempertahankan peradaban mereka dari serangan pihak luar, "barbarian" dan untuk mengasimilasikan mereka ke dalam lingkungan budaya yang lebih besar. Imperium memerintahkan sumpah setia disebabkan mereka adalah sebuah koalisi masyarakat budaya untuk mengusir kegelapan. Kesetiaan yang ditujukan untuk seorang raja yang diyakini merupakan titisan dewa. Penguasa adalah agen Tuhan, penghubung antara alam dunia dan alam surgawi yang ditunjukan Tuhan untuk menjamin kesejahteraan hidup warganya dan secara magis menata kehidupan semesta agar terhindar dari kekacauan.

Imperium-imperium ini melahirkan kerajaan-kerajaan besar atau kecil yang secara silih berganti terbentuk tetapi kemudian tenggelam. Perkembangan yang menentukan imperium dan peradaban kerajaan seirama dengan transformasi keagamaan. Terbentuk kepercayaan terhadap dewa-dewa yang didefinisi untuk kebutuhan masyarakat terhadapnya. Dewa-dewa masyarakat Timur tengah merupakan dewa-dewa keluarga, suku, kampung dan dewa kota, tetapi lantaran pertumbuhan hubungan antar masyarakat, muncullah dewa universal yang diakui bersama.

Seluruh dewa ini dideskripsikan melalui materi-materi di alam, beberapa mendeskripsikan melalui patung-patung berhala dan beberapa lainnya seperti Zorostrian, Manicheanisme dan Mazdaisme menunjuk Matahari, Api dan Bulan sebagai deskripsi dewa mereka. 

Di sisi lain, terdapat masyarakat-masyarakat keagamaan monotheisme, yang memuja Tuhan dalam arti satu dan esa. Judaisme dan Nasrani merupakan agama yang diminati Imperium Bizantium, yakni sekitar wilayah lraq. Namun, ide monotheisme tetap melahirkan deskripsi-deskripsi lain yang berkaitan dengan penghubung dunia dan Tuhan seperti konsep trinitas yang diyakini sebagai upaya pembebasan diri, melalui keimanan pada Kristus sebagai Tuhan Esa.

Dan Arabia, menjelang era Islam merupakan wilayah yang mengisolasikan diri dari hiruk-pikuk kerajaan dan Imperium. Arabia bertahan hidup menjadi penggembala di saat wilayah Imperium menjadi masyarakat agrikultur, Arabia benar-benar terasing dari wilayah pergaulan meski mereka bergaul bersama masyarakat Timur tengah. Arabia hidup dengan ras dan primordialisme, mereka terdiri dari berbagai suku, dan Quraisy adalah suku terhormat di kalangan mereka. 

Tidak ada kerajaan kecil atau bahkan Imperium yang mengatur arah kepemimpinan dan peradaban mereka. Maka, tak pelak lagi, peperangan dan adu kekuatan antar suku seringkali terjadi.

Makkah merupakan kota suci di Arabia, dan hanya Makkah yang menentang trend perpecahan politik dan social, dan tetap memperhatikan urusan social dan ekonomi. Ka'bah adalah pusat ekonomi Makkah, karena menjadi tujuan penziarahan (haji) tahunan, maka Makkah menjadi pusat penyimpanan berbagai macam berhala dan dewa-dewa kesukuan dari penjuru wilayah jazirah ini. Masa haji ini menjadi semacam perayaan karena ekonomi bergeliat dan memakmurkan kota makkah. 

Namun, bersamaan dengan semakin pesatnya kekuatan ekonomi, gerakan perdagangan mulai disabotase 'bajak laut' sehingga para penguasa menggunakan jasa orang-orang Badui yang telah dikenal ketangguhannya. Secara perlahan masyarakat Badui memasuki wilayah social-ekonomi dan kekuatan politik Arab. Secara perlahan pula beberapa kebudayaan Badui menjadi bagian dari kebudayaan Arab. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun