Mohon tunggu...
Dinda DavinaWiditaputri
Dinda DavinaWiditaputri Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

mahasiswa yg sedang belajar

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Peran Jong Islamieten Bond sebagai Bagian dari Organisasi Pemuda Islam dalam Pergerakan Nasional Indonesia Tahun 1925-1942

30 Juni 2024   23:39 Diperbarui: 30 Juni 2024   23:40 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam perjalanannya, terbukti bahwa komisi ini belum banyak melakukan tugasnya. Surowijono mengatakan bahwa hanya iman yang mampu memberikan kekuatan batin Kepanduan harus memberikan kesibukkan kepada anak-anak yang sering nampak berkeliaran di jalanan kota". Sedangkan Kasman menyatakan, "Penggunaan bahasa Belanda dalam JIB bertujuan untuk menjangkau dan menarik kaum intelektual agar dekat dengan Islam, cara terbaik menuju kesatuan Indonesia". Organisasi kepanduan ini menjadi sarana penting untuk mendidik para pemuda agar menjadi manusia yang mandiri dan bersifat nasionalis dengan perasaan bagi persaudaraan intemasional serta tidak bisa bersifat nasionalis dengan kebencian namun harus dengan menghargai bangsa hin.

Dalam rapatnya tanggal 25 Desember 1928, pimpinan pusat menyatakan bahwa NATIPIJ harus ditata ulang dan mencakup kantor pendidikan, kantor teknis, kantor redaksi, dan tempat pelatihan. Komisi Urusan Perempuan akan membuka cabang (Darmansyah, dkk. 2006: 59). Keinginan untuk mempersatukan seluruh organisasi Pramuka Indonesia saat itu bermula dari berdirinya Persaudaraan Pramuka Indonesia (PAPI), yang merupakan federasi Pandu Kebangsaan, INPO, SIAP, NATIPIJ dan PPS, pada tanggal 23 Mei 1928.

Namun hal ini Federasi ini tidak bertahan lama karena pada tahun 1930 berdirilah Gerakan Pramuka Nasional Indonesia (KBI), yang dipelopori oleh tokoh-tokoh Jong Java Padvinders/Padu Kebangsaan (JJP/PK), INPO dan PPS (Jong Java Pavinderij/JJP); Panduan Nasional (PK). Sedangkan PAPI kemudian menjadi badan pusat Persaudaraan Pramuka Indonesia (BPPKI) pada bulan April 1938. Antara tahun 1928 dan 1935, muncul gerakan kepanduan Indonesia, terutama yang bersifat nasional dan keagamaan. Pramuka yang berjiwa kebangsaan antara lain Pandu Indonesia (PI), Padvinders Organisatie Pasundan (POP), Pandu Kesultanan (PK), Sinar Pandu Kita (SPK) dan Pramuka Rakyat Indonesia (KRI). Sedangkan agamanya adalah Pandu Ansor, Al Wathoni, Hizbul Wathon, Pimpinan Islam Indonesia (KII), Islamitische Padvinders Organization (IPO), Tri Darma (Kristen), Pramuka Katolik Indonesia (KAKI), Pramuka Muslim Indonesia (KMI). Dalam upaya meningkatkan persatuan dan kesatuan, Badan Pusat Persaudaraan Pramuka Indonesia (BPPKI) merencanakan Jambore Indonesia.

3. Meningkatkan Derajat Pendidikan

Dalam upaya meningkatkan standar pendidikan, JIB menyelenggarakan kursus di setiap cabang. JIB menyelenggarakan pemberantasan buta huruf. Ada cabang yang menyelenggarakan kelas untuk anggotanya setiap hari. Anggota memilih bidang kursus yang sesuai dengan minat mereka. Mengenai bahasa, ditawarkan kursus misahya, Inggris, Belanda dan Arab (Darmansyah, dkk. 2006 63). Selain itu, JIB juga menggalang dana untuk beasiswa. Dana yang dihimpun JIB dikelola untuk didistribusikan di bursa efek oleh organisasi yang terafiliasi dengan JIB bernama Algemeene Steunfonds (Darmansyah, dkk. 2006: 65).

Tanpa putus asa menghadapi tantangan yang ada, mereka berusaha mendirikan sekolah dengan sistem dan metode yang meniru sekolah yang didirikan pemerintah Belanda, namun tetap menjaga semangat dan isi pendidikan Islam. Tujuannya adalah untuk mempertemukan masyarakat dan mendidik mereka sesuai dengan kebutuhan zaman dengan memasukkan banyak mata pelajaran non-agama ke dalam kurikulum sekolah. Mereka berusaha menghilangkan segala macam tambahan yang melekat pada ajaran Islam yang menurut mereka tidak sesuai dengan dasar Alquran dan Hadits. Mereka menyerukan kembalinya ajaran dasar Islam (Deliar Noer.1987: 10). Menyaksikan prestasi Kasman yang berhasil meningkatkan keanggotaan JIB, pada Kongres ke-7 di Madiun pada bulan Desember 1931, Kasman terpilih kembali menjadi presiden JIB. Sepanjang tahun pemerintahannya, berbagai kegiatan dilakukan sesuai keputusan kongres, salah satunya adalah pendirian sekolah HIS di cabang JIB (Darmansyah, dkk.2006: 69).

Pada bulan Oktober 1931, JIB membangun sekolahnya di Tegal dan pada bulan November tahun yang sama, dibuka lagi sekolah HIS di Tanah Tinggi, Batavia. JIB bahkan berencana membangun percetakan (Ridwan Saidi 1990 31) JIB juga memiliki departemen informasi pendidikan bernama Centraal Commissie Studye Informatie Commissie (CCSIC) di setiap cabang.

CCSIC bertanggung jawab untuk memberikan informasi mengenai sektor pendidikan dan akomodasi, membimbing orang tua dalam memilih sekolah, memperkirakan biaya pendidikan dan memberikan beberapa bentuk bimbingan karir. Selain berlokasi di setiap cabang, CCSIC juga memiliki sekretariat pusat di Jalan Sabangan I No.33, Weltevreden. Ketua CCSIC adalah Johan Mohammad Tjaya (Darmansyah, dkk 2006: 64).

https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7536/1/JAMALUDIN-FUF.pdf

https://digilib.uns.ac.id/dokumen/detail/12449/Pergerakan-nasional-pemuda-islam-studi-tentang-Jong-Islamie-Te-n-Bond-192-5-19-42

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun