Mohon tunggu...
Roster Simanullang
Roster Simanullang Mohon Tunggu... -

Penulis dan Dosen di beberapa Sekolah Tinggi Teologi di Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengasihi Sesama

9 Oktober 2017   12:38 Diperbarui: 9 Oktober 2017   12:45 2246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nats 1 Yohanes 4:7-21

MENGASIHI SESAMA

Dr.Roster Simanullang

Istilah Kasih terlihat sepele, dan terlalu biasa kita ucapkan dalam hidup sehari-hari, tetapi tidak banyak orang yang mampu melakukannya. Kasih adalah salah satu kebutuhan mendasar manusia. Kasih Kristen bukanlah Emosi sentimental yang dangkal atau pelampiasan perasaan sementara, bukan juga kelihaian mengungkapkan dalam bentuk kata yang indah dan filosofis, tetapi Praktek hidup dalam kenyataan yang dapat dirasakan dan dilihat orang lain. 

Mengasihi berarti memperlakukan orang lain sama seperti Tuhan memperlakukanNya, memandang orang lain sama seperti Tuhan memandangnya. Kasih merupakan perasaan yang sanggup membangkitkan daya tarik. Kekristenan selalu di identikkan dengan Kasih, setiap orang yang menyebut diri pengikut Kristus, ia harus hidup di dalam Kasih, memperhatikan dan memperlakukan sesama dalam Kasih. Yohanes tidak berbicara sekedar etikad baik, bukan sekedar basa-basi tetapi suatu Keputusan dan sikap melalui tindakan nyata.

Mengapa Orang Kristen di tuntut senantiasa merefleksikan Kasih dalam hidupnya? Apa alasan yang membuat Kasih Kristiani itu lebih unik dibandingkan kasih yang lain?

Pertama;Kita Mengasihi  Karena Kasih Adalah Hakekat Tuhan Sendiri (7-8). Kasih itu berasal dari Allah, Tuhan bukan hanya sekedar sumber Kasih tetapi hakekat Tuhan tidak terpisahkan dengan KASIH. Kebenaran teologis bahwa Kasih berasal dari Tuhan, dan bahwa Tuhan adalah KASIH (8b), menjadi tolak ukur apakah seorang berasal dariTuhan dan mengenal DIA(7-8), siapa yang mengaku berasal dari Tuhan dan mengenal Tuhan maka orang itu harus membuktikannya melalui Kasih. Hal ini menunjukkan bahwa Kasih bukan usaha dan inisiatif manusia tetapi bersifat Ilahi-datang dari TUHAN. 

Kasih Ilahi inilah yang sanggup memberi kepuasan dalam diri manusia, rela berkorban tanpa pamrih, tidak berpura-pura, tidak membeda-bedakan, Kasih yang menghapus segala bentuk diskriminasi, kasih yang tidak mempertanyakan siapa, kapan, dimana, serta Kasih yang mampu mengasihi musuh sekalipun. Manusia tidak bisa menjadi sumber Kasih Ilahi, karena manusia gampang berubah-pudar seringkali semu, sifatnya menuntut.  Kasih adalah bukti yang sah menandakan persekutuan kita dengan Tuhan, bukti nyata dari kehidupan rohani, dan sebagai tanda dari kedewasaan rohani. Kita tidak akan dapat lebih dekat dengan Tuhan selain pada waktu kita mengasihi.

Kedua; Kasih Adalah Bukti Faktual Kehadiran Tuhan (9-10). Kita Mengasihi Karena Tuhan lebih dahulu mengasihi kita. Kasih Tuhan. Kasih Tuhan bukanlah sebuah spekulasi Filosofis yang abstrak dan retorika kata yang menarik. Pernyataan Tuhan adalah Kasih di dukung oleh bukti faktual yaitu "Inkarnasi Kristus" ke dunia. Kasih Ilahi yang tidak menggantung di awan-awan atau terngiang dalam pemikiran Filosofis, tetapi Kasih itu manifestasi kehadiran Tuhan dalam tindakan nyata (9a). 

Kesejatian Kasih Allah daapat terlihat melalui pengorbananNya di Kayu Salib, bukan pengorbanan yang Dilakukan untuk sahabat-sahabat yang mengasihiNya tetapi justru untuk seteru-seteruNya yaitu manusia yang telah berontak dan menjauh dari Allah akibat dosa.

Ketiga; Kita Mengasihi Karena Orang Lain Melihat Allah Melalui Kasih Kita (12). Tuhan tidan bisa dilihat oleh mata secara fisik, tetapi keberadaanNya dapat dirasakan melalui pernyataan KasihNya bagi dunia. keberadaanNya daapat dilihat melalui Kasih yang dilakukan oleh orang-orang Kristen. Saling mengasihi menunjukkan dari mana kita berasal (9-10) singkatnya Kasih dalam diri kita membuktikan bahwa Tuhan berdiam dalam diri kita(12a).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun