Mohon tunggu...
Immanuel A. N.
Immanuel A. N. Mohon Tunggu... -

Hypnotherapist, History Lover, Writer, and Soccer Maniac.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Senja Jakarta

11 Juni 2012   11:56 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:06 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Sinar mentari anyami sisa bias kehormatan dan keagungan,

kala pupus di ujung langit ungu hitam yang tetesi bumi

dengan air mata kepedihan ke atas tempayan kenyataan.

Anak-anak manusia berpayah-payah menyiksa diri,

menyemut pada gula-gula kehidupan, bertumpang tindih.

Manisnya rasuk logika dan tawarkan nurani.

Manisnya letakkan hati dalam jamban

dan sesakkan hidung dengan bau bangkai.

Gemuruh derap kaki dan degup jantung

dendangkan lagu-lagu kemenangan dan kekalahan.

Persetan dengan peluh sebesar biji jagung,

berbondong-bondong mereka menuju peraduan

lepaskan jubah kusut kusam  sambil gumamkan.

“Esok penuh harapan.”

Sebatang kretek tersulut, lalu rebahan

pejamkan mata lelah, lantunkan kegalauan:

“Harapan adalah asap rokok,

menyesakkan lalu menghilang.”

Ian

Jakarta, 2001

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun