Menghambat Ternyata Membantu MelawanÂ
Sebuah studi klinik menunjukkan bahwa menargetkan jalur DDR menggunakan agen spesifik dapat memberikan beberapa potensi untuk pengobatan AML. Terapi yang menargetkan DDR dapat memanfaatkan sifat sel AML yang sensitif terhadap kerusakan DNA. Beberapa contoh dari terapi ini di antaranya adalah menggunakan penghambat atau inhibitor ATR dan inhibitor Chk1.
Nah, agen spesifik ini contohnya seperti ceralasertib yang merupakan inhibitor ATR, kini sedang dieksplorasi untuk menjadi salah satu pengobatan AML. Ceralasertib bekerja dengan cara menargetkan beberapa aspek dari respons DDR yang akan membantu mendegradasi dan memicu kematian pada sel AML. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, ATR memiliki tugas penting dalam memperbaiki kerusakan DNA. Namun, pada kasus AML, kita menggunakan ceralasertib sebagai penghambat ATR.
Mengapa kita harus menghambat mekanisme ATR di kasus AML?Â
Ternyata, ekspresi ATR yang berlebih akan menyebabkan sel AML berkembang lebih cepat. Oleh karena itu, pemanfaatan ceralasertib sebagai penghambat ATR dapat membantu menurunkan progres dari perkembangan sel AML. Ceralasertib yang menargetkan ATR akan menghentikan proses perbaikan DNA dan akan membuat adanya akumulasi kerusakan DNA pada sel AML. Akumulasi kerusakan ini akan mendorong sel-sel AML yang berbahaya bagi tubuh kita untuk menuju kematian sel.
Selain membuat sel AML menuju kematian, penghambatan fungsi ATR ini juga dapat membuat pengobatan kemoterapi menjadi lebih efektif. Banyak pengobatan AML yang membutuhkan kemoterapi untuk menghentikan pertumbuhan sel AML dengan cara merusak DNA dari sel tersebut.Â
Namun, seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, sel AML memiliki resistensi terhadap pengobatan kemoterapi yang bersifat genotoksik. Kabar baiknya, resistensi terhadap kemoterapi ini dapat diatasi dengan mekanisme penghambat ATR menggunakan ceralasertib juga. Ceralasertib dapat membunuh sel AML yang resisten terhadap kemoterapi sehingga menawarkan pengobatan yang menjanjikan. Efek sinergis ini dapat membantu pengobatan kemoterapi menjadi lebih efektif dan memberikan hasil yang lebih baik untuk pasien.
Selain inhibitor ATR, inhibitor Chk1 juga dapat menjadi pengobatan yang menjanjikan pada kasus AML. Obat ini memiliki fungsi yang hampir sama seperti inhibitor ATR, yaitu dengan menargetkan jalur DDR, terutama pada protein Chk1. Chk1 bertugas mengoordinasikan perbaikan DNA setelah adanya sinyal dari ATR.Â
Jika kita membiarkan Chk1 memperbaiki kerusakan DNA pada sel AML, sel AML akan terus berkembang. Pada saat itulah, inhibitor Chk1 bekerja untuk menghambat fungsi perbaikan dari Chk1. Banyaknya DNA sel AML yang rusak dan tidak diperbaiki akan makin menumpuk. Peningkatan akumulasi kerusakan ini dapat membebani mekanisme perbaikan sel sehingga akan memicu kematian sel AML. Sama seperti fungsi inhibitor ATR, inhibitor Chk1 juga bekerja secara sinergis dengan pengobatan kemoterapi. Dengan fungsi Chk1 yang terhambat, proses perusakan DNA sel AML oleh sifat genotoksik kemoterapi akan menurunkan perkembangan sel AML.
Mengidentifikasi terapi melalui agen-agen spesifik yang telah dibahas, seperti inhibitor ATR dan inhibitor Chk1 merupakan tantangan tersendiri untuk penemuan pengobatan AML. Dengan adanya agen-agen spesifik yang menargetkan jalur DDR, mereka akan mampu membantu mengurangi adanya resistensi AML terhadap kemoterapi.Â
Selain itu, meneruskan perkembangan ini dapat membuka berbagai potensi untuk saling mengkolaborasikan beberapa agen spesifik agar mampu secara lebih lanjut menurunkan kemungkinan sel AML untuk berkembang. Mengeksplorasi sebagian kecil dari luasnya dunia biomolekuler ini telah membuka pandangan kita tentang banyaknya potensi yang bisa dimanfaatkan untuk menyembuhkan AML dan berbagai penyakit lainnya. Seperti sebuah peribahasa yang sering kita dengar,Â
Sedikit-sedikit, nanti jadi bukit