Lebih dari itu, orang tua dan masyarakat harus memberikan mandat sebagai manifestasi percaya kepada sekolah. Sehingga, sejumlah persoalan yang merenggut prestasi dan masa depan siswa dalam sistem zonasi dikembalikan pada sekolah.
Terakhir, kesemerawutan dan berbagai catatan lapangan mengenai sistem zonasi yang kini diterapkan bukan tanpa celah untuk dikritik dan harus membuka diri untuk diinterogasi. Kementerian terkait yang memulai gagasan revolusioner tersebut perlu merespons secara cepat, cross checks ke seluruh daerah, mematangkan produk kebijakannya, tidak lupa di tahun-tahun mendatang melakukan sosialisasi lebih komprehensif dan berkelanjutan.Â
Dengan demikian, kerangkeng persoalan sistem zonasi pasti teratasi selama kita rela berkontemplasi, berpikir menyeluruh dan mengakar, tidak amnesia pada sejarah.
Rujukan bacaan:
Bryan Magee. 2008. The Story of Philosophy. Yogyakarta: Kanisius.
Mochtar Buchori. 2011. Guru Profesional dan Mutu Pendidikan. Jakarta: UHAMKA Press
Rochiati Wiriaatmadja. 2015. Filsafat Ilmu. Bandung: Rizki Press
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H