Menurut Fitriyani (2019) bahwa generasi milenial saat ini sangat rentan terhadap arus negatif globalisasi dan tidak selektif dalam menerima informasi, seperti dalam menggunakan internet generasi milenial kurang memanfaatkannya dengan bijak dimana adanya generasi milenial yang kecanduan untuk bermain game ataupun sosial media, efek negatif dari globalisasi ini menjadikan ancaman bagi generasi milenial terhadap moral dan budaya mereka tanpa kita sadari.[6]
Fakta secara nasional, di ranah ekonomi dan bisnis (pasar modal Indonesia), tercatat lebih dari seperempat (26,2%) investor pasar modal yang pada 2017 mencapai 1,1 juta orang adalah generasi milenial. Selain itu, ranah politik. Misalnya, pada November 2018 lalu, Partai Solidaritas Indonesia (PSI) mengumumkan bahwa 60% calon legislatif mereka yang lolos ujian adalah kaum milenial. Dari survei CSIS (4/11/17) justru menyatakan bahwa PDIP terpopuler di kalangan milenial (94,2%) antara lain karena parpol ini pemenang pilpres 2014. Bahkan lebih lanjut dikatakan bahwa generasi milenial ini optimistis terhadap pemerintahan Jokowi (75,3%).[7]
5. Pemajuan Generasi Muda Papua
Generasi muda Papua termasuk juga dalam mimpi besar melalui Program Presiden Jokowi, yakni  menyiapkan 'generasi emas'. Menurut Moeldoko (2018) bahwa generasi emas memiliki makna bahwa tahun 2045 akan terwujud generasi muda Indonesia yang berkualitas tingkat pendidikannya, produktif, mandiri, serta mampu menghadapi tantangan perubahan yang semakin cepat, kompleks, serba surprise (mengejutkan), dan penuh risiko. Selain itu, Moeldoko mengemukakan bahwa generasi muda 'zaman now' rentan terhadap benturan antara 'nasionalisme' dan 'globalisasi'. "Saat ini, generasi muda dihujani beragam informasi yang banyak diantaranya diragukan kebenarannya. Informasi mengenai keterbelakangan daerah-daerah tertentu, yang dapat diartikan kekurangberhasilan pemerintah dalam melaksanakan pembangunan, dapat memicu kekecewaan yang dapat mengikis jiwa kebangsaan.[8]