Mohon tunggu...
Manna Wassalwa
Manna Wassalwa Mohon Tunggu... Lainnya - Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Manna Wassalwa Kelompok 69 KKN-DR UIN SU, Medan. Instagram/Twitter : @ohman_98 Email : mannawassalwa98@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tradisi Kisik-kisik dalam Kepercayaan Masyarakat Muslim Selat Tanjung Medan, Tanjungbalai

4 Agustus 2020   09:30 Diperbarui: 4 Agustus 2020   09:33 374
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Menurut Hasan Hanafi, Tradisi (Turats) segala warisan masa lampau yang masuk pada kita dan masuk ke dalam kebudayaan yang sekarang berlaku. Dengan demikian, Tradisi menurut Hanafi tidak hanya merupakan persoalan peninggalan sejarah, tetapi juga sekaligus merupakan suatu persoalan kontribusi zaman kini dalam berbagai tingkatannya.[1]

Kota Tanjungbalai terletak di pesisir Timur Sumatera Utara yang pada masa kesultanan lazim disebut Sumatera Timur. Penduduk yang mendiami Kota Tanjungbalai terdiri dari beragam etnis yaitu etnis Melayu (Penduduk asli yang persentasenya terbesar), etnis Batak, Karo, Aceh, Minangkabau (empat etnis yang mengiringi sejarah berdirinya Kota Tanjungbalai dan sebagai bagian cikal bakal rumpun Melayu Tanjungbalai Asahan), etnis Mandailing, Jawa, Simalungun, serta etnis Cina/Tionghoa. Secara Kultural Masyarakat Kota Tanjungbalai yang didominasi etnis Melayu atau berbudaya Melayu.

Etnis adalah suku bangsa merupakan golongan manusia yang kelompoknya mengidentifikasikan dirinya dengan sesamanya, umumnya dengan dasar garis keturunan yang dianggap sama. Identitas suku ditandai oleh pengakuan dari orang lain dan ciri dari kelompok itu sendiri contohnya kesamaan budaya, agama, bahasa, prilaku, serta ciri dari biologis.[2]

Tanjungbalai identik dengan Etnis Melayu. Dimana setiap tempat yang bisa kita temui Tanjungbalai memiliki iconic yaitu Balai yang ada di bundaran jalan Sudirman. Etnis Melayu merupakan motor utama penggerak roda kebudayaan di Tanjungbalai. 

Oleh sebab itu, perilaku budaya pada umumnya yang ditampilkan di daerah ini selalu merepresentasikan dan mengatasnamakan Islam, karena telah menjadi pepatah di kawasan ini bahwa Melayu sama dengan Islam.

Berdasarkan apa yang dipercayai oleh masyarakat Tanjungbalai, mereka meyakini dengan adanya pengobatan tradisional. Salah satunya adalah pengobatan kisik-kisik. Kisik-kisik dalam pemahaman masyrakat setempat adalah sejenis pengobatan tradisional yang diobati oleh seperti tabib-tabib atau orang sesepuh. 

Biasanya masyarakat melakukan kisik-kisik dikarenakan penyakit yang diderita tidak kunjung sembuh. Sebelumnya, yang sudah dilakukan  pengobatan oleh dokter atau puskesmas setempat.

Masyarakat Tanjungbalai percaya akan hal-hal yang disebut seperti diguna-guna oleh orang lain dengan alasan tertentu atau bisa dikatakan hal yang bersifat mistis. Karena manusia selalu memahami dalam dua sisi yang saling memperngaruhi yakni jasmani (raga) dan penyakit pada jiwa (rohani). Jadi, mereka percaya dengan adanya melakukan kisk-kisik mereka bisa akan sembuh.

Menurut asal kata, mistik berasal dari bahasa Yunani mystikos yang artinta rahasia (geheim), serba rahasia,  tersembunyi, gelap atau terselubung dalam kekelaman.[3] Hal ini bisa bersifat bersangkutan dengan Tuhan bisa juga dengan hal ghaib lain.

 Tetapi, dengan hal itu masyarakat Tanjungbalai dikatakan sebagian menganut budaya Melayu yang sama dengan Islam, hal itu tidak membuat masyarakat tidak melakukan hal-hal yang menyimpang di dalam Agama Islam, seperti halnya kisik-kisik tersebut. 

Dari masyarakat awam bahkan sampai yang terpelajar mepercayai hal itu. Melihat kenyataan ini, diharapkan untuk melakukan kajian mendalam tentang kisik-kisik tersebut. Kisik-kisik tersebut dari sudut eksitensinya sebagai upaya penyembuhan yang dipercaya dalam masyarakat Tanjungbalai.

A. Pengertian Tradisi Kisik-Kisik dalam kepercayaan masyarakat muslim Tanjungbalai

Kisik-kisik biasanya orang-orang Tanjungbalai menyebutnya pujuk semangat. Dalam artian untuk mendapatkan semangat badannya atau jasad pada orang yang sedang sakit atau sedang mengalami penurunan gairah hidup.[4]

Masyarakat Tanjungbalai selalu memahami kalau terkena penyakit ada dua sisi yang saling memperngaruhi yakni jasmani (raga) dan penyakit pada jiwa (rohani). Penyakit yang jasmani biasanya bisa terlihat kasat mata, seperti luka pada tangan ataupun kaki. 

Pengobatan jasmani bisa dilakukan ke dokter atau puskesmas. Tetapi beda halnya dengan jiwa (rohani/ruh) yang tidak terlihat (ghaib) tetapi bisa dirasakan bahwa mengalami kesakitan. 

Untuk mengobati rohani diperlukan keahlian khusus yang bisa mengobati rohani. Jadi, mereka percaya dengan adanya melakukan kisk-kisik mereka bisa akan sembuh. Hal inilah yang menyebabkan masyarakat percaya akan hal-hal yang berhubungan dengan ghaib.

Karena kisik-kisik merupakan pujuk semangat, dimana seseorang yang ahlinya menjemput (pujuk) semangat (gairah hidup) unttuk memulihkan kembali sakit diderita yang menyebabkan tidak berdaya.

Misalnya, sakit yang disebabkan oleh Jin, orang halus. Atau diguna-guna oleh orang lain (sihir), maka dilakukan pengobatan ritual khusus untuk menyembuhkannya di samping pengobatan Kisik-kisik.

Seiring dengan itu dilakukan juga pengobatan medis atau obat-obatan tradisional untuk mengobati jasad yang sudah lemah karena sakit yang diderita seseorang. Dengan demikian, masyarakat Tanjungbalai Asahan selalu memadukan pengobatan secara medis dan pengobatan secara magis melalui dukun atau tabib bagi orang yang sakit.

B. Apa saja fungsi kisik-kisik bagi masyarakat di Tanjungbalai

Dari pengertiannya itulah fungsinya untuk menjemput semangat, karena orang yang sedang sakit tadi jauh semangatnya, dengan adanya dilakukan kisik-kisik, jadi jauh semangatnya didekatkan biar pulih kembali.

C. Cara Melakukan Kisik-Kisik oleh Masyarakat di Tanjungbalai

Siapkan bahan-bahan untuk ritualnya yaitu beras, telur ayam, kunyit, kapur sirih, dan gaharu (seperti lidi alat China ibadah). Caranya adalah dengan gaharunya dibakar dan didoain, trus kunyitnya dibelah dua, lalu dikasi kapur sirih diputar-putar, baru simbang (dilemparkan ke atas tidak terlalu tinggi), yang telungkup dibuang dan yang teletentang disapukan ke kening, telinga, bahu, siku, pergelangan tangan, lutut,  ujung kaki dan sudu hati. Lalu diciumkan kunyitnya terus dibuangkan.

D. Pengaruh kisik-kisik terhadap kehidupan masyarakat di Tanjungbalai

Pengaruhnya biasanya masyarakat menganggap atau mempercayai kisik-kisik salah satu alat alternatif penyembuhan tradisional yang dilakukan oleh orang-orang yang memiliki kemampuan tertentu. Karena kalau seseorang melakukan kisik-kisik jika langsung sembuh dia bilang berarti serasi berobat kisik-kisik. Dan kalau tidak maka orang tersebut akan melakukannya sekali lagi hingga sembuh.

Sebagian masyarakat awam di Tanjung balai menganggap ritual-ritual seperti kisik-kisik di atas adalah bagian yang berdampingan dengan ajaran Islam, karena secara budaya ritual-ritual itu dipraktikkan oleh para malim (guru), sebagian alim-ulama, dan para haji secara turun temurun. 

Hal ini sebagaimana yang dipertanyakan kepada salah seorang anggota masyarakat pelaku ritual manyonggot yang bernama Wak Iyus. Ia mengatakan, bagininyo, ini kan usaho kito untuk bakhubat. Kitokan disukhuh Allah barubat, bakhubatlah kito. 

Di sinikan kita mambaco bismillah dan sholawat. Inilah tandonya Islamtu” (begini! Inikan usaha kita untuk berobat. Kita disuruh Allah untuk berobat, maka kita harus berobat.  Di dalam acara ini kita membaca bismillah dan shalawat. Ini adalah ciri-ciri Islam).

Di sini terlihat, masyarakat awam di Tanjungbalai memandang islamisasi mantra yang terdapat di dalam ritual-ritual Kisik-kisik, dan sejenisnya dianggap telah menjadikan ritual itu sebagai hal yang berdampingan dengan ajaran Islam. 

Kendatipun ritual-ritual tersebut pada ajaran animisme merupakan suatu bentuk ibadah (penyembahan) kepada makhluk gaib, namun masyarakat Tanjungbalai menganggapnya bukan lagi bagian ibadah animisme, tetapi bagian dari kepercayaan masyarakat Muslim terhadap magis.

A. Kesimpulan

Masyarakat Muslim Tanjungbalai sebagai pelaku ritual kisik-kisik mempercayai bahwa penyakit yang diderita oleh manusia selalu dipahami dalam dua sisi yang saling mempengaruhi, yakni penyakit pada jasad dapat mempengaruhi jiwa (batin/ ruh) dan penyakit pada jiwa (batin) dapat pula mempengaruhi kesehatan jasad (badan). 

Solusi magis yang digunakan masyarakat ini adalah kisik-kisik, yaitu suatu upacara untuk memanggil sumangat (ruh) yang telah hilang atau pergi dari jasad seseorang yang menderita sakit agar ia kembali sehat. Dalam menjelaskan sistem kepercayaan kisik-kisik digunakan teori fungsionalis Bronislaw Malinowski, yaitu masyarakat dilihat sebagai suatu totalitas fungsional, seluruh adat kebiasaan dan praktik harus dipahami dalam totalitas konteksnya dan dijelaskan dengan melihat fungsinya bagi anggota masyarakat yang diteliti. 

Dari kajian ini, ditemukan bahwa ritual kisik-kisik berawal dari kepercayaan animisme yang menjadi anutan nenek moyang orang-orang Tanjungbalai. Namun, ia tetap dipraktikkan, kendati mereka telah memeluk Islam.

B. Saran

Semoga kita bisa selalu dalam lindungan Allah SWT dan sesuai dengan ketentuan ajaran Islam. Jika tidak menyimpang dari ajaran agama Islam, kita sebaik hamba Allah boleh-boleh saja melakukannya. Dan jika itu beertentangan dengan Islam sebaiknya kita meeninggalkan hal-hal yang melanggar syariat Islam. Wallahu a’alam bishawab. Semoga kita selalu dalam lindungan Allah SWT dan mendapatkan rahmat dan hidayah-Nya. Aamiin.

DAFTAR PUSTAKA

https://www.gurupendidikan.co.id/

http://id.m.wikipedia.org/

Lewicki, R.J., &Wiethoff, C. 2000.Trust, Trust Development, and Trust Repair. In M. Deutsch & P.T. Coleman (Eds.) Handbook of research conflict resolution: Theory and practice (pp. 86-107). San Francisco, CA: Jossey-Bass.

Moh. Nur Hakim. 2003. Islam Tradisional dan Reformasi Pragmatisme. Malang : Bayu Media Publishing.

Muhaimin Ag. 2001. Islam Dalam Bingkai Budaya Lokal: Potret Dari Cerebon, Terj. Suganda. Ciputat : PT. Logos Wacana Ilmu.

Mursal Esten. 1999. Kajian Transformasi Budaya. Bandung : Angkasa.

Setiadi, Elly M. & Kolip, Usman. 2013. Pengantar Sosiologi Pemahaman Fakta dan Gejala Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi dan Pemecahannya. Jakarta: Prenadamedia

Sitorus, M. 2003. Berkenalan dengan Sosiologi SMU Kelas 2 dan 3. Jakarta: Erlangga.

Sumber data dari kantor lurah Selat Tanjung Medan, Narasumber dari bapak Rahmat Rambat, SE. 2020.

Wawancara dengan Wak Iyus pada tanggal 09/06/2020

Yilmaz, A. Dan Atalay, C. 2009. A theoretical analyze on the concept if trust in organizational life. European Journal of Social Sciences

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun