Siapkan bahan-bahan untuk ritualnya yaitu beras, telur ayam, kunyit, kapur sirih, dan gaharu (seperti lidi alat China ibadah). Caranya adalah dengan gaharunya dibakar dan didoain, trus kunyitnya dibelah dua, lalu dikasi kapur sirih diputar-putar, baru simbang (dilemparkan ke atas tidak terlalu tinggi), yang telungkup dibuang dan yang teletentang disapukan ke kening, telinga, bahu, siku, pergelangan tangan, lutut, ujung kaki dan sudu hati. Lalu diciumkan kunyitnya terus dibuangkan.
D. Pengaruh kisik-kisik terhadap kehidupan masyarakat di Tanjungbalai
Pengaruhnya biasanya masyarakat menganggap atau mempercayai kisik-kisik salah satu alat alternatif penyembuhan tradisional yang dilakukan oleh orang-orang yang memiliki kemampuan tertentu. Karena kalau seseorang melakukan kisik-kisik jika langsung sembuh dia bilang berarti serasi berobat kisik-kisik. Dan kalau tidak maka orang tersebut akan melakukannya sekali lagi hingga sembuh.
Sebagian masyarakat awam di Tanjung balai menganggap ritual-ritual seperti kisik-kisik di atas adalah bagian yang berdampingan dengan ajaran Islam, karena secara budaya ritual-ritual itu dipraktikkan oleh para malim (guru), sebagian alim-ulama, dan para haji secara turun temurun.
Hal ini sebagaimana yang dipertanyakan kepada salah seorang anggota masyarakat pelaku ritual manyonggot yang bernama Wak Iyus. Ia mengatakan, bagininyo, ini kan usaho kito untuk bakhubat. Kitokan disukhuh Allah barubat, bakhubatlah kito.
Di sinikan kita mambaco bismillah dan sholawat. Inilah tandonya Islamtu” (begini! Inikan usaha kita untuk berobat. Kita disuruh Allah untuk berobat, maka kita harus berobat. Di dalam acara ini kita membaca bismillah dan shalawat. Ini adalah ciri-ciri Islam).
Di sini terlihat, masyarakat awam di Tanjungbalai memandang islamisasi mantra yang terdapat di dalam ritual-ritual Kisik-kisik, dan sejenisnya dianggap telah menjadikan ritual itu sebagai hal yang berdampingan dengan ajaran Islam.
Kendatipun ritual-ritual tersebut pada ajaran animisme merupakan suatu bentuk ibadah (penyembahan) kepada makhluk gaib, namun masyarakat Tanjungbalai menganggapnya bukan lagi bagian ibadah animisme, tetapi bagian dari kepercayaan masyarakat Muslim terhadap magis.
A. Kesimpulan
Masyarakat Muslim Tanjungbalai sebagai pelaku ritual kisik-kisik mempercayai bahwa penyakit yang diderita oleh manusia selalu dipahami dalam dua sisi yang saling mempengaruhi, yakni penyakit pada jasad dapat mempengaruhi jiwa (batin/ ruh) dan penyakit pada jiwa (batin) dapat pula mempengaruhi kesehatan jasad (badan).
Solusi magis yang digunakan masyarakat ini adalah kisik-kisik, yaitu suatu upacara untuk memanggil sumangat (ruh) yang telah hilang atau pergi dari jasad seseorang yang menderita sakit agar ia kembali sehat. Dalam menjelaskan sistem kepercayaan kisik-kisik digunakan teori fungsionalis Bronislaw Malinowski, yaitu masyarakat dilihat sebagai suatu totalitas fungsional, seluruh adat kebiasaan dan praktik harus dipahami dalam totalitas konteksnya dan dijelaskan dengan melihat fungsinya bagi anggota masyarakat yang diteliti.