Sehingga, pembangunan kepemimpinan nasional harus dimulai dengan pembangunan partisipasi politik yang cerdas.
Jika rakyat cerdas memilih calon pemimpin, maka secara tidak langsung akan mampu melahirkan sosok pemimpin yang cerdas lahir batin.
Lebh jauh, golput adalah sebuah ancaman bagi demokrasi. Jika golput telah menjadi 'ideologi' bagi masyarakat dan mulai menganggap politik sebagai sesuatu yang "buruk"--sehingga mereka lebih memilih golput--maka keruntuhan demokrasi secara substantif sudah tidak bisa terelakkan lagi.
Ketika bangsa ini sudah memantapkan langkahnya memilih demokrasi partisipasif atau demokrasi langsung, maka ideologi golput harus menjadi perhatian kita bersama, sebagai prasyarat prinsip representatif.
Semoga suara golput tidak mewakili suara Tuhan.
Faktor lain yang menyebabkan masyarakat memutuskan untuk tidak memilih atau menjadi golongan putih (golput), antara lain :
- Kurangnya penyuluhan serta perhatian ke masyarakat pedalaman yang minimnya informasi tentang pilkada serentak kemarin.
- Karena tidak terdaftar milih atau karena tidak adanya kartu undangan memilih dengan alasan bukan asli penduduk setempat.
- Masyarakat sudah bosan dengan janji_janji manis yang hanya dia awal nya saja, setelah terpilih mereka lupa dengan janji mereka sendiri.
- Masyarakat menganggap tidak adanya perubahan meski pun pemimpin nya telah berganti.
- Dan semakin banyaknya tingkat pidana korupsi yang dilakukan oleh parapejabatnya.
Untuk mengatasi dan mengurangi terjadinya golput, intansi terkait harus terus memberi perhatian dan bertindak terutama untuk masyarakat di pedalaman, sebelum jauh-jauh hari pilkada dilaksanakan.
Lalu mengajak masyarakat dalam hal kegiaatan yang positif, calon pemimpin pun sebaiknya ikut muncul dalam setiap kegiatan penyuluhan yang berlangsung dan menatap langsung wajah-wajah masyarakat tanpa ada kecurangan di dalamnya.
Terpenting adalah bagaimana calon pemimpin tersebut mampu membuktikan kinerjanya setelah terpilih nantinya. Karena sebenarnya, masyarakat cenderung tidak peduli tentang siapa pemimpinnya. Mereka hanya peduli bagaimana kinerja yang dimiliki oleh pemimpinnya tersebut.
Untuk menarik masyarakat, calon pemimpin sebaiknya tidak perlu berkampanye dan mengumbar janji yang hebat. Lebih baik jika calon pemimpin tersebut turun ke masyarakat dan mendengar permasalahan yang dialami masyarakat.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI