Mohon tunggu...
Manihot Ultissima
Manihot Ultissima Mohon Tunggu... wiraswasta -

Pasukan semut yang suka bergotong royong

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Cerita Getir Pandawa Putra Petir

16 Maret 2016   20:08 Diperbarui: 16 Maret 2016   20:26 601
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dana ??, terpaksa Dahlan Iskan mencarikan Bapak asuh yang siap bekerjasama membangun Mobil listrik. Dana CSR BUMN yang selama ini sering dipakai untuk membiayai event olahraga, beasiswa dan pengembangan UMKM dari BRI, PGN dan PT PLN akhirnya dikucurkan.
 Dasep Ahmadi dengan Pabriknya di Depok segera melakukan aksi, berbekal mobil listrik hijau bermerk Ahmadi hasil ciptaannya sendiri, dia bergegas melakukan inovasi, tengat waktu yang sangat mepet dan kucuran dana CRS yang tersendat membuat Dasep Ahmadi terpaksa wanprestasi, mobil yang dijanjikannya-pun tidak seluruhnya dapat diselesaikan.

Ricky Elson lain lagi, anak muda ikal bertemperamen teduh mirip sufi ini bersama tim kecilnya Kupu-kupu Malam di Jogja, juga segera berlari mewujudkan mimpi, berbekal duit pribadi sang Menteri. Tuxuci telah pergi, tapi ide dan kreatifitas tak boleh mati. Alhamdulillah dari kepiawaiannya lahir kendaraan listrik Selo, bodinya mirip dengan kendaraan Eropa Ferarri, ciamik dan apik.

Akhir Oktober 2014 seiring lengsernya SBY dari tapuk kekuasaan, Dahlan Iskan-pun serah terima jabatan, anak-anaknya yang sekarang tinggal empat seperti anak ayam kehilangan induknya.

Dasep Ahmadi dan Agus Suherman awal Juni 2015 di periksa sebagai tersangka korupsi pembangunan mobil listrik. Miris memang, tapi begitulah kenyataan, seringkali dirasa tak berpihak pada keadilan.

Maret 2016 Dasep Ahmadi divonis 7 tahun penjara.. sungguh luar biasa, seorang inovator jenius yang dari tangannya lahir sebuah hasil karya anak negeri berprestasi, mobil listrik yang meskipun masih terbilang awal untuk ukuran Indonesia -yang selalu terlambat- tapi ini adalah pioner di bidangnya.
 Masih belum jelas akan kemana condongnya hukum yang menimpa anak cikal Putra Petir ini, apakah upaya banding, kasasi hingga amnesti yang akan ditempuhnya kelak akan berbuah manis atau pahit sepahit empedu, kita sebagai rakyat hanya bisa menjadi penonton setianya.

Adapun si Bungsu Ricky Elson, setelah Selo-nya tak lulus uji Emisi –hehehehe- kini masih tetap mengabdi di sebuah desa terpencil di Tasikamalaya selatan, Ciheras namanya, meneliti turbin angin bersama tim kecilnya yang lemah gemulai, “ Lentera Angin Nusantara” sambil berdo’a dengan mulutnya di setiap undangan ceramah sambil tak lupa menegadahkan cangkul, garpu dan sabit berusaha membangun kemandirian penduduk desa dari kungkungan keterbelakangan.

Kita semua berharap, ending dari Pandawa Putra Petir tidak seperti sekarang ini, tapi meskipun demikian, kita patut tetap berprasangka baik kepada Allah SWT, semoga hujan badai yang sekarang menimpa mereka, menjadikannya makin kuat mencengkeram dunia, makin kencang memeluk bumi, makin tawadhu dan makin berisi, ibarat padi di serang angin, mereka rebah untuk menyelamatkan padi yang menjadi tanggungjawabnya.

Sebagai bentuk dukungan untuk mereka, sekarang marilah kita panjatkan do’a kekhadirat Illahi Rabby sang penguasa langit dan bumi, agar kepada mereka diberi ketabahan, kesabaran dan kekuatan menghadapi kegetiran ini, dan buat para penguasa hukum di negara kita diberi ketegaran untuk mengemban amanah dan keadilan yang sesungguhnya bagi seluruh penghuni negeri ini. Aamiin Yaa Rabbal alamin.

Papandayan, 16 Maret 2016

Sebagai Kado ultah bagi Pandawa Putra Petir !!

Sumber :
 https://dahlaniskan.wordpress.com/…/hamil-tua-untuk-lahirn…/
 https://dahlaniskan.wordpress.com/…/empat-putera-petir-unt…/
 https://dahlaniskan.wordpress.com/…/main-main-nasib-ahli-y…/
 https://dahlaniskan.wordpress.com/2015/06/15/mobil-listrik/
 https://dahlaniskan.wordpress.com/2015/06/19/anak-muda/

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun