Mohon tunggu...
Abdulrozak Asm
Abdulrozak Asm Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Saya Seorang Suami dan Ayah Beruntung.

Seorang Suami dan Ayah Beruntung. Catatan lain saya di sini www.catatanabdul.web.id

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Memecah Kemacetan Ibu Kota yang Penuh Dilema ala Abdul

10 November 2017   15:21 Diperbarui: 11 November 2017   09:14 698
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mungkin ada yang bertanya, siapa sih yang menuliskan ini sehingga berani menuliskan sebuah judul Memecah Kemacetan Ibukota Yang Penuh Dilema Ala Abdul.

Saya akan mencoba menjawab terlebih dahulu. Saya bukan siapa - siapa banyak sekali orang yang tidak kenal dengan saya dan hanya sedikit sekali orang yang kenal dengan saya. Biarkanlah saya tetap seperti ini namun mudah - mudahan ide saya ini bisa bermanfaat.

Ide yang ingin saya utarakan pada tulisan ini tentang memecah kemacetan ibukota setidaknya ada 3 ide.

Mungkin saat ini bagi saya sendiri hanya sebatas lamunan. Ya sebuah  lamunan, namun lamunan ini bisa diterapkan dengan beberapa usaha serius.

Ide pertama hasil lamunan saya tentang memecah kemacetan kota Jakarta adalah dengan membuat jembatan khusus orang yang instragrameble di daerah padat orang yang berjalan kaki, ide kedua yang ingin saya utarakan seperti kebanyaka ide adalah ridesharing, dan yang ketiga adalah jemputan.

Baik akan saya coba uraikan ketiga ide saya dibawah ini.

Membuat Jembatan Khusus Orang Yang Instragrameble

Jembatan yang sering kita jumpai biasanya adalah jembatan penyebrangan, entah itu penyebrangan sungai atau menyebrang jalan. Biasanya penyebrangan tersebut berbentuk biasa saja sesuai pungsinya, yaitu untuk menyebrang tidak lebih dari itu. 

Namun kali ini menurut saya karena karakter manusia sudah berubah, yaitu memiliki nilai aktualisasi diri yang lebih besar dari zaman dulu. Maka dari itu segala sesuatu yang dibuat atau diadakan semestinya bisa digunakan untuk aktualisasi diri. Dan tidak menutup kemungkinan jembatannpun bisa digunakan sebagai tempat aktualisasi diri.

Untuk itulah maka jembatan yang saya idekan harus bisa memiliki setidaknya dua pungsi. Satu sebagai suatu sosuli alat perpindahan menuju tujuan dan kedua sebagai tempat aktualisasi diri.

Kita bahas satu persatu yang berfungsi sebagai alat perpindahan menuju tujuan. Saya tidak mengatan untuk penyebrangan, karena jembatan ini belum tentu berfungsi untuk menyebrang bisa jadi jalan yang dilalui sama, hanya saja beda ketinggian.

Perhatikan contoh gambar berikut ini saya ambil dari sumber beriku ini sini

Manurut saya membludaknya orang dan pedagang kaki lima bisa diatasi dengan jembatan Khusus Orang Yang Instragrameble ini.

Jembatan dibangun bukan tegak lurus jalan, namun searah dengan jalan. Seperti yang saya sebut diatas bukan untuk penyebrangan namun untuk perpindahan menuju tujuan.

Berikut posisi jembatan yang saya maksudkan.

dok.pribadi
dok.pribadi
Yang saya berikan warna merah itulah psosisi jembatannya, searah dengan jalan.

Mengapa saya mebuat ide demikian, karena ini dilema.

Disi lain para pedagang kaki lima mencari nafkah tidak mungkin ditiadakan. Dipindakanpun nanti akan kembali lagi. Disi lain dengan adanya pedagang kaki lima jalanan jadi macet, kenapa jalanan jadi macet karena orang membludak sehingga mengambil jalan untuk mobil dan mobilpun terhambat oleh para pejalan kaki dan hasilnya jalanan jadi macet.

Untuk itulah jembatan penyebrangan yang instragrameble inilah salah satu solusinya.

Mengapa jadi solusi karena alasan berikut ini.

Dengan adanya jembatan orang akan memilih naik jembatan jika ingin perjalanan lancar dan tidak ingin ada yang dibeli atau tidak naik jembatan jika ingin ada yang dibeli. Keuntungan naik jembatan adalah kita bisa selfie pada ketinggian tertentu dengan latar kota Jakarta dan inilah alasan kedua jembatan instagrameble.

Mungkin akan bertanya bagaimana desainnya sehingga bisa untuk selfie. Maka dari itu saya sebut jembatan ini adalah jembatan instagrameble maksudnya cocok untuk aktualisasi diri dimedsos. Termasuk juga saya coba bayangkan supaya naik kejembatannya tidak terlalu capek tidak terlalu nanjak.

Perhatikan gambar lamunan saya berikut ini. 

dok.pribadi
dok.pribadi
Mohon maaf jika gambarnya jelak karena saya bukan seorang ahli gambar tapi orang biasa saja.

Berikut keterangannya

no 1 dan 3 adalah naikan dan turunan dimana tidak semua bagiannya berupa tangga tapi tanjakan yang tidak terlalu nanjak. Misalkan jembatan akan dibangun sepanjang 500 m maka jatah untuk no 1 dan 3 masing - masing 100 m. Dengan demikian tidak akan terasa nanjak. Yang 3oo meternya datar dan disinilah bisa digunakan untuk bonus selfie atau foto - foto.

Seperti disebutkan sebelumnya No 2 ini adalah tempat foto - foto. Kenapa saya berikan lingkaran menonjol maksudnya adalah berupa tonjolan yang kita bisa masuk ke area tonjolan tersebut. Kita bisa memotret dari ketinggian dengan arah 180 derajat. Dibuat sedemikian rupa supaya cantik untuk foto - foto dengan pemandangan jalan dan gedung serta para pedagang kaki lima.

Sebagai tambahan supaya jembatan ini khusus untuk pejalan kaki tanpa ada kendaraan bermotor tempat masuk diawal jembatan dan diakhir jembatan gunakan tangga sehingga motor tidak bisa naik. Sekitar 3 sampai 5 meter untuk menghalangi sepeda motor masuk.

Baik  mungkin sudah terbayang bagaimmana ide saya ini, itulah solusi yang pertama.

Ridesharing

Ide yang kedua yang bisa saya utarakan adalah ridesharing, kenapa demikian.

Ini yang terlintas dalam pikiran saya.

Pemerintah dengan segala hak yang dimilikinya menurut saya bisa saja melarang sepedamotor dan mobil tidak beroprasi di Ibukota atau bisa membuat program Ibu kota bebas motor dan mobil. Namun tidak mungkin hal itu dilakukan. 

Kenapa demikian bukan karena kasihan nanti orang - orang akan berjalan kaki. Ingat jalan kaki itu sehat, kenapa harus kasian jika orang harus jalan kaki.

Pikiran saya adalah karena jika motor dan mobil dilarang ada di ibukota, perekonomian dan pembangunan akan terhenti. Untuk itulah semuanya harus diakomodir.

Maka dari itu cara yang paling tepat untuk mengakomodarsinya adalah ridesharing. Saya mengartikan ridesharing adalah bergantian beramal kepada teman. Dengan adanya ridesharing efeknya adalah transfortasi akan terus berjalan namun tidak akan terlalu banyak.

Sebagai gambarannya adalah sebagai berikut.

Kita di kantor dalam satu ruangan ada 10 orang semuanya membawa mobil, apa yang akan terjadi ditempat parkir dan dijalanan?

Sudah pasti dijalan setidaknya akan diisi oleh 10 mobil, yaitu kita dan teman kita. Begitupun diparkiran kantor pasti setidaknya akan ada 10 mobil yang parkir.

Bagaimana jika konsep ridesharing atau saya pahami sebagai bergantian beramal kepada teman. Misalkan setiap tanggal 1 saya yang beramal membawa mobil dan membawa teman lain setidaknya 3 teman lainnya (jika isi mobilnya hanya 4 orang termasur supir yaitu saya) yang jalurnya sama atau beda sedikit masih toleransi.

Kemudian setiap tanggal dua gantian teman yang lainnya yang giliran beramal begitu seterusnya sehingga kembali lagi ke saya. Jika semua ada 4 orang berarti setiap 4 hari kita akan beramal kepada teman kita. Dengan demikian jika ada 10 orang dalam satu ruangan dan saling beramal gantian boncengan maka bukan 10 mobil yang akan ada dijalanan dan diparkiran melainkan hanya 2 sampai tiga mobil saja.

Betapa indahnya kota jakarta jika ridesharing atau beramal kepada teman ini bisa berjalan. Tidak hanya itu bensin juga bisa irit, duit bisa nambah. :D

Mobil kita yang biasanya digunakan setiap hari jadi 4 hari sekali pada contoh kasus diatas. Tidak hanya itu Jakartapun akan terlihat tidak terlalu padat mungkin akan tampak kosong. Bayangkan dari 10 mobil menjadi 3 mobil saja.

Tidak akan seperti pada vidio berikut ini.


Begitupun bagi pengguna sepeda motor setidaknya akan berkurang setengahnya. Kenapa hanya setengahnya, karena motor hanya untuk dua orang saja. Lumayan kan bisa hemat satu hari bensin untuk kekantor. Jika dikali sebulan lumayan bisa buat nambah beli mas kawin. :D

Saya pikir untuk ide yang kedua ini bisa langsung dibayangkan oleh para pembaca. Jadi tinggal kapan bisa di lakukan saja. Kepada teman dekat saja dulu atau teman duduk sebelah saja dulu.

Jemputan

Saya juga adalah orang yang bekerja pada suatu perusahaan, saya merasa sangat tertolong sekali dengan adanya jemputan menuju tempat kerja dan pengantaran dari tempat kerja menuju tempat awal saya dijemput.

Saya tidak perlu memikirkan onkos menuju tempat kerja ataupun bensin untuk motor atau mobil menuju tempat kerja.

Enak pokoknya.

Ide yang satu ini saya pikir sudah banyak dijalankan di perusahaan - perusahaan, hanya saja seberapa maksimal sudah dilakukan. Semua perusahaan sudah melakukannya atau belum.

Jika ide pertama pemerintah yang harus full suport, ide kedua adalah masyarakat yang harus sadar dan bangga dengan ide berbagi dan beramal pada teman dan ide ketiga ini pengusahalah yang harus suport.

Coba banyangkan jika dalam suatu perusahaan yang jumlah karyawannya ada 100 orang kemudian mereka membawa sepeda motor masing - masing, maka diparkiran akan ada 100 sepeda motor atau jika ide nomor dua ridesharing sudah berjalan maka masih ada 50 sepeda motor.

Namun jika sisem jemputan karyawan berjalan dengan baik, maka mungkin hanya akan ada dua bus saja diparkiran. 

Waw luara biasa akan terlihat betapa luasnya sisa parkiran betapa luasnya jalan yang tersisa.

Ingat itu jika 100 karyawan saja, bagaimana jika 1000 karyawan. Jika semua orang menggunakan sepeda motor luar biasa akan ada 1000 sepeda motor dijalanan dan akan berhenti di paskiran sebanyak 1000 sepeda motor. Jika ide nomer dua yaitu ridesharing atau beramal kepada teman berjalan maka masih 500 sepeda motor.

Coba bayangkan andaikan sistem jemputan karyawan berjalan dengan baik satu bus isinya 50 karyawan maka hanya akan ada 200 BUS saja. Sisa area parkiran akan cukup luas, jalanan akan cukup lengang.

Saya tahu mungkin hal tersebut yaitu membeli sarana bus akan memberatkan perusahaan untuk itulah pemerintah mungkin bisa memberikan subsidi. 

Saya pikir jika hal ini akan memberikan solusi pada terhentinya kemacetan daripada membangun jalan yang sulit sekali karena harus membebaskan lahan ini dan itu. Mungkin lebih mudah membelikan BUS untuk perusahaan. Mungkin tidak membelikan total paling tidak 50 % atau dibuat kesepakatanlah. Toh hasilnya akan saling menguntungkan juga membuat semua jadi lancar.

Jika sistem jemputan ini berjalan lancar, saya pikir jumlah kendaraan dan orang yang beredar dijalan akan sangat berkurang asalkan semua perusahaan menerapkan sistem ini. Semua perusahaan menerapkan aturan tidak ada yang tidak naik jemputan. Termasuk pejabatnya. Ingsa Alloh jalanan akan sangat berkurang penggunanya.

Nah mungkin itulah ide dari saya yang bisa saya sumbangkan, boleh tertawa membacanya, boleh mencibir terserah itu adalah hak anda. Yang penting kita tetap semangat dan tetap bersatu.

Sekian dari saya semoga bisa bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun