Mohon tunggu...
Mang Pram
Mang Pram Mohon Tunggu... Freelancer - Rahmatullah Safrai

Penikmat kopi di ruang sepi penuh buku || Humas || Penulis Skenario Film || Badan Otonom Media Center DPD KNPI Kota Cilegon

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Cilegon Dikepung Miras, Siapa Peduli Marwah Kota Santri?

14 September 2024   22:11 Diperbarui: 14 September 2024   23:07 511
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Miras yang disajikan di pitcher kaca di cafe (foto mang pram) 

Masih ingat dengan kisah seorang pemuda saleh yang mabuk, kemudian membunuh dan memperkosa? Sebuah kisah membawa pesan bahaya orang yang mabuk bisa berbuat apa saja diluar kendali. 

Kisah yang diriwayatkan Sahabat Rasulullah, Utsman bin Affan saat menyampaikan khutbah berpesan, "Waspadalah terhadap minuman keras, sesungguhnya merupakan induk segala perbuatan keji. Sungguh, pernah terjadi pada pemuda saleh sebelum kalian dari kalangan ahli ibadah. Dia rajin beribadah ke masjid. Suatu ketika dia bertemu dengan seorang perempuan nakal."

Singkat cerita, pemuda saleh terkurung di rumah seorang perempuan. Kemudian perempuan itu memberikan pilihan, pemuda saleh tidak bisa keluar dari rumah sebelum memilih antara minum segelas arak, berzina, atau membunuh bayi ini. 

Jika pemuda itu tidak mau, maka perempuan itu akan mengancam berteriak dan mengakatakan bahwa si pemuda memasuki rumahnya. 

Pemuda tersebut memutuskan tidak akan melakukan zina dan membunuh, kemudian memilih untuk meminum arak. Dalam kondisi mabuk, pemuda itu melakukan zina dan membunuh bayi. 

Dari kisah pemuda mabuk itu, Ustman menyebut bahwa minuman keras merupakan induk segala perbuatan keji. Setelah sadar dampak negatif miras, masihkah kita bersikap lembek terhadapnya peredaran miras?

Polres Cilegon pernah menangani kasus serupa, yaitu pemerkosaan perempuan berumur 15 tahun yang dicabuli oleh lima orang pria di pantai Anyer pada tahun 2022. Setelah pesta miras dan dicekokin empat gelas anggur merah, gadis SMP itu digilir oleh lima pria tersebut. 

Cerita-cerita tentang kenakalan remaja atau pun tindakan kriminalitas dampak minuman keras di Kota Cilegon sangatlah banyak. Seperti bom waktu, miras menjadi ancaman bagi generasi muda Kota Cilegon. 

Maraknya kafe, resto, tempat karaoke, hingga tempat hiburan malam bebas menjual minuman keras. Sebagai daerah yang dikenal sebagai kota santri, peredaran minuman keras begitu masif tersebar di berbagai wilayah di Kota Cilegon. 

Kini Kota Cilegon menghadapi permasalahan serius terkait peredaran miras. Meski sudah ada regulasi yang melarang penjualan miras, peredaran ilegal miras masih terjadi di berbagai tempat tanpa pengawasan dan kontrol.

Keberadaan Peraturan Daerah Kota Cilegon Nomor 5 Tahun 2001 Tentang Pelanggaran Kesusilaan, Minuman Keras, Perjudian, Penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif Lainnya seperti mandul dan tidak difungsikan. 

Dampaknya, anak muda bebas nongkrong di kafe-kafe dan tempat hiburan malam, bebas menikmati sajian minuman beralkohol. Sehingga ada anggapan, Cilegon sudah menjadi kota modern, tidak gaul tanpa alkohol. 

Penjualan miras saat ini hampir menyerupai penjualan minuman es sirup yang siapa saja bisa membelinya. Banyak tempat yang secara bebas menjul miras. 

Jika dibandingkan, jumlah tempat jauh miras lebih banyak dari keberadaan pondok pesantren di Kota Cilegon. 

Tingginya peredaran miras menimbulkan kekhawatiran di kalangan masyarakat. Banyak yang merasa bahwa nilai-nilai keagamaan yang semestinya dijunjung tinggi di kota ini sudah mulai tergerus. 

Generasi muda sangat rentan terhadap pengaruh buruk minuman keras yang dapat merusak masa depan mereka. Dampak konsumsi miras pada remaja dan pemuda tidak hanya berdampak pada kesehatan fisik, tetapi juga mental, sosial, dan moral.

Miris rasanya, kondisi di mana kota yang dikenal dengan julukan "kota santri" menghadapi masalah peredaran miras, tentunya merupakan situasi yang mengkhawatirkan dan penuh ironi. 

Kota yang seharusnya menjadi teladan dalam hal nilai-nilai keagamaan dan moral kini dihadapkan pada tantangan serius yang bertentangan dengan identitasnya. 

Jika sudah begini, masih ada yang perduli dengan marwah kota santri? 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun