Kamis Malam,16 Mei 2024, hujan deras melanda Kota Cilegon. Hujan yang berlangsung sekitar satu jam itu membuat sebagain wilayah di Kota Cilegon terendam banjir.
Meski pun durasi hujan tidak begitu lama, rupanya intensitas curah hujan lumayan tinggi. Dampaknya banjir melanda.
Kali ini, Kecamatan Cibeber yang mengalami banjir yang cukup parah. Seperti di Jalan Lingkar Selatan tenggelam, Perumahan Pondok Cilegon Indah dan sejumlah pemukiman warga lainnya harus menanggung kehadiran banjir.
Wilayah ini memang sudah menjadi langganan banjir. Persoalan saluran air yang buruk disinyalir menjadi penyebab Kecamatan Cibeber menjadi langganan banjir.
Mengutip pertanyaan Wali Kota Cilegon yang pernah mengunjungi wilayah banjir di Kecamatan Cibeber, 1 Maret 2022 lalu. Ia dalam pemberitaan di media Radar Banten menyebutkan bahwa evaluasi terkait banjir di wilayah Cibeber dengan melakukan normalisasi aliran Kali Ciberko.
Wali Kota yang datang menerjang banjir kala itu, berupaya dapat mengatasi persoalan banjir yang kerap terjadi. Pengerukan Kali Ciberko dan Pembangunan Tanggul Penahan Tanah (TPT) pencegah luapan air agar tidak banjir.
Bisa ditegaskan, apakah masalah utama banjir ada pada saluran air atau sanitasi pembuangan air?
Namun rupanya, upaya penangan banjir tidak lah sesuai harapan. Dari kunjungan dua tahun itu, masyarakat Kecamatan Cibeber masih belum terbebas dari banjir ketika hujan deras melanda.
Rudi Sanjaya di grup WhatsApp Alumni Pengurus KNPI Kota Cilegon membagikan video kondisi banjir yang merendam sebagain jalan protokol dan akses masuk jalan Link. Kalang Anyar, Kelurahan Kedaleman, Kecamatan Cibeber.Â
Nyaris tidak ada daratan yang terlihat dalam video itu, karena semua sudah tenggelam oleh air. Rudi jika memaksa menerjang banjir, resiko motor mengalami kerusakan dan mogok.
Ubaidil, warga Kecamatan Cibeber yang kerap rumah orang tuanya dilanda banjir, mengungkapkan pernah dalam sebuah acara seorang tokoh masyarakat menanyakan langsung ke Wali Kota, bagaimana cara mengatasi banjir yang kerap terjadi di Cibeber?
Jawaban yang tidak subtansi justru meluncur, "sebelum saya jadi walikota, Cibeber mah sering terjadi banjir," katanya dengan ringan. Setelah itu tak ada jawaban apa pun lagi. Menguap sudah tak ada harapan lagi.
Para pejabat memang sigap dalam urusan meninjau lokasi banjir. Bagi-bagi bantuan berupa makanan atau sembako sambil merasakan wahana air.Â
Sayangnya kunjungan sebatas seremonial untuk membuktikan keprihatinan kepada masyarakat, setelah itu banjir terjadi lagi tanpa solusi.
Jika banjir kerap terjadi di tempat yang sama selama bertahun-tahun, apakah ini membuktikan ketidakmampuan dalam mengatasi persoalan banjir?
Jadi Tuan Rumah City Sanitation Summit, Tapi Sanitasi Buruk
Dua pekan lalu, dengan bangga Kota Cilegon menjadi Tuan Rumah City Sanitation Summit (CSS). Cilegon diklem sudah baik dalam urusan sanitasi.
Diketahui City Sanitation Summit adalah forum pertemuan untuk bertukar pengalaman dan pengetahuan terhadap kegiatan sanitasi. Hal ini untuk selanjutnya membangun kemitraan serta mendorong upaya advokasi, promosi, dan kampanye pembangunan sanitasi di daerah dalam mewujudkan visi Indonesia Emas tahun 2045.
Sanitasi memiliki pengertian menyangkut upaya pengendalian yang dilakukan di semua faktor lingkungan fisik manusia, seperti air, kelembaban udara, suhu, tanah, angin, rumah, dan benda mati lainnya.Â
Menurut WHO, sanitasi merupakan upaya pengendalian semua faktor lingkungan fisik manusia yang mungkin menimbulkan atau dapat menimbulkan hal-hal yang merugikan bagi perkembangan fisik, kesehatan dan daya tahan hidup manusia.
Jika dikaitkan dengan banjir, maka saluran pembuangan air masih bermasalah. Faktor lingkungan yang tidak baik menjadi penyebab air tidak dapat terbuang dengan cepat. Dampak negatif air banjir akan menimbulkan lebih banyak penyakit dan mengganggu kesehatan manusia.
Tapi ya sudah, kegiatan City Sanitation Summit di kota langganan banjir ini, diduga hanya untuk seremonial belakang. Wajah asli kerap terjadi banjir tidak perlu pejabat dari berbagai daerah yang hadir tahu semuanya.
Bencana banjir harus dihadapi dengan tabah oleh masyarakat. Mengadu tak didengar. Hingga lingkungan pun berontak karena tidak ada pemimpin yang mampu mengurusnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H