Mohon tunggu...
Mang Pram
Mang Pram Mohon Tunggu... Freelancer - Rahmatullah Safrai

Penikmat kopi di ruang sepi penuh buku || Humas || Penulis Skenario Film || Badan Otonom Media Center DPD KNPI Kota Cilegon

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Generasi Cilegon yang Terancam Hilang akibat Tercemar Polusi Batu Bara (Bagian 2)

21 November 2023   19:34 Diperbarui: 21 November 2023   21:22 1159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di jam istirahat belajar, anak-anak bermain dengan riang gembira di tanah lapang di depan sebuah madrasah. Mereka bermain seperti tidak terjadi apa-apa, meski pun tercium bau busuk.

Anak-anak kerap mentertawakan satu sama lain ketika melihat lubang hidung kotor kehitaman. Mereka tidak menyadari bahwa kotoran hitam itu adalah debu batu bara.

Sejak sepuluh bulan lalu, mereka sudah terbiasa dengan kondisi pencemaran udara yang disebabkan oleh lokasi stockpile batu bara PT RBJ yang berada di belakang Madrasah Diniyah Darul Ilmi.

Debu-debu berwarna hitam itu juga sudah sangat mengganggu aktifitas keseharian masyarakat di Link. Karang Tengah, Kelurahan Kedaleman, Kecamatan Cibeber, Kota Cilegon.

Setiap hari debu batu bara yang terbawa angin mengotori rumah-rumah padat penduduk di lingkungan tersebut. Mengerikannya lagi, debu berukuran sangat kecil bisa masuk ke dalam kamar rumah.

Ketika cuaca panas, debu-debu batu bara akan menyelimuti atap rumah seperti layaknya salju di musim dingin. Namun saat hujan turun, air yang jatuh dari atas genteng akan berubah menjadi warna kehitaman.

Stockpile Batu Bara di Link. Karang Tengah (foto Pram)
Stockpile Batu Bara di Link. Karang Tengah (foto Pram)

Ustadzah dan Murid Positif Sakit Paru-paru

Ustad Ahmad Fauzi, pemuda Link. Karangtengah mengatakan dampak pencemaran debu batu bara itu membuat banyak orang yang mengalami gejala sakit pernafasan.

"Tidak sedikit yang sudah merasakan gejala sakit pernafasan atau batuk-batuk. Ini dianggapnya batuk biasa, padahal sudah ada salah satu pengajar dan santri di madrasah yang positif sakit paru-paru," kata Ustad Fauzi.

Lokasi madrasah yang bersebelahan dengan stockpile batu bara, secara kasat mata pun bisa melihat debu nempel di genteng, mengotori lantai, hingga muka anak-anak yang bermain pun terlihat ada debu hitam di wajahnya.

Banyak dampak negatif yang sudah dirasakan masyarakat dari keberadaan stockpile batu bara tersebut. Ustad Fauzi mengaku sudah beberapa kali berkomunikasi dengan pemilik lahan, namun belum ada respon yang baik.

"Kita sudah lapor juga ke Dinas Lingkungan Hidup Kota Cilegon, hasilnya cukup mengejutkan ternyata stockpile batu bara itu ilegal atau tidak ada izin dan bukan diperuntukkan untuk menyimpan batu bara," kata Ustad Fauzi.

Mengadu ke DPRD Kota Cilegon pun sudah dengan hearing bersama Komisi IV, hasilnya ada tindakan sebatas rapat koordinasi di Pemerintahan Kota Cilegon.

"Sampat ada informasi yang baik kita terima, stockpile batu bara itu akan ditutup oleh Satpol PP, tapi gak jadi. Alasannya sudah dilakukan teguran secara lisan karena tempat itu belum ada izin. Kita jadi bingung sendiri," kata Ustad Fauzi.

Berbagai upaya sudah ditempuh oleh masyarakat Link. Karangtengah agar stockpile batu bara yang diduga tak berizin itu segera ditutup. Dampaknya sudah meresahkan sekitar 1.500 jiwa yang hidup di pemukiman padat penduduk.

Debu Batu Bara Pembunuh Senyap

Greenpeace Indonesia di tahun 2015, melalui penelitiannya berjudul "Kota Batu Bara dan Polusi Udara" melaporkan bahwa polusi udara debu batu bara adalah pembunuh senyap yang menyebabkan 3 juta kematian dini (premature death) di seluruh dunia. 

Hal ini karena kandungan batu bara menyebabkan terjadinya peningkatan risiko kanker paru-paru, stroke, penyakit jantung, dan penyakit pernapasan.

Mengutip artikel dari situs Halodoc, debu batu bara termasuk golongan debu dari jenis fibrogenik, debu yang sangat berbahaya yang dapat merusak paru-paru dan mengganggu fungsi kerjanya. 

Kondisi paparan debu batu bara dalam jangka lama dapat menyebabkan kerusakan paru-paru dan berujung pada kematian dini.

Adapun gejala yang biasa dirasakan adalah batuk, sesak napas, sulit bernafas, sesak dada dan mengeluarkan lendir hitam.

Kini masyarakat yang hidup berdampingan dengan stockpile batu bara sudah banyak yang mengalami gangguan gejala-gejala sesak nafas. Kondisi yang sudah urgent untuk segera dilakukan penutupan.

Jangan sampai anak-anak yang setiap hari bermain di tanah lapang, pelan-pelan akan mengalami kerusakan organ paru-paru akibat tiap hari menghirup debu batu bara.

Jika ini dibiarkan, maka satu generasi manusia akan hilang akibat debu batu bara yang disebut Greenpeace sebagai pembunuh senyap.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun