Mohon tunggu...
Mang Pram
Mang Pram Mohon Tunggu... Freelancer - Rahmatullah Safrai

Penikmat kopi di ruang sepi penuh buku || Humas || Penulis Skenario Film || Badan Otonom Media Center DPD KNPI Kota Cilegon

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Cilegon Undercover 2: Melihat Eksistensi Waria Sumampir di Belakang Kantor Wali Kota

7 Juli 2022   02:59 Diperbarui: 7 Juli 2022   03:08 2061
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika dilihat secara kasat mata, penampilannya yang modis dengan tata rias dan busana kekinian, para waria itu tampil cantik dan mempesona.

Usia masih cukup muda. Biasanya para senior atau yang sudah tak lagi muda datang hanya untuk kumpul-kumpul atau sekedar bagi alat kontrasepsi untuk pencegahan penyakit menular.

Keberadaan para waria memang tak ada yang mengusik selama ini. Biasanya jika mendapatkan pelanggan langsung dibawa naik motor atau mobil.

"Di belakang hotel kosong itu ada banyak kontrakan, biasanya di bawa kesitu para pelanggan. Atau jika minim budget, bisa dilakukan di bawa pohon yang gelap," kata Mamang warung.

Soal pelanggan, tak main-main, biasanya yang membawa para waria itu pergi adalah pengendara mobil mewah atau motor sport. Tapi ada juga pelanggan orang biasa yang eksekusinya bisa dilakukan di kebun kosong.

Saat asik ngobrol dengan Mamang warung, tiba-tiba muncul dua orang waria dengan membawa motor metik. Awalnya sempat kikuk, eh ternyata salah satunya kenal saat turnamen bola voly. Oh iya, mereka punya tim voly yang suka ngadain latihan bersama di kampung-kampung.

Sebut saja namanya Putri, kisaran usia sudah di atas 30 tahun, punya usaha catering. Penampilannya tidak terlalu feminim atau full make up. Ia hanya kebetulan mampir untuk mengantar pesanan alat make up dan alat kontrasepsi.

Dari Putri saya mendapatkan banyak cerita, bahwa tidak semua waria yang mangkal mau melayani syahwat pelanggannya, tapi ada yang merasa ingin menunjukkan eksistensi dan kebebasan menjadi seperti perempuan.

"Siang berpenampilan laki-laki tulen, eh pas malam pengen jadi cong (bencong/waria). Baju seksi, make up cantik. Itu kebahagiaan bagi sisi waria yang terkurung tubuh laki-laki," kata Putri.

Uniknya lagi, ada beberapa waria sebenarnya bukan butuh uang, tapi mereka juga butuh kehangatan laki-laki. Secara pekerjaan sudah cukup sejahtera seperti membuka salon, make up artis, hingga kerja profesional. Mereka juga butuh sensasi tubuh laki-laki yang bisa didapat dengan ikut mangkal.

Cerita kehidupan para waria memang unik. Bahkan dari background kehidupan sosial yang beragam. Ada yang berpendidikan hingga terbuang dari keluarga sejak belia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun