Mohon tunggu...
Mang Pram
Mang Pram Mohon Tunggu... Freelancer - Rahmatullah Safrai

Penikmat kopi di ruang sepi penuh buku || Humas || Penulis Skenario Film || Badan Otonom Media Center DPD KNPI Kota Cilegon

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Fakta Mengerikan Gelombang Besar Selat Sunda Bisa Menenggelamkan 120.000 Korban

16 Februari 2022   18:32 Diperbarui: 16 Februari 2022   18:42 1178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (shutterstock dari Kompas.com)

Beredar kabar akan terjadi kenaikan gelombang air laut Selat Sunda dengan ketinggian hingga mencapai 8 meter sungguh sangat meresahkan bagi masyarakat di pesisir Kota Cilegon, Banten.

Apalagi di akhir tahun 2021 lalu, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati memberikan sebuah pernyataan akan ada gelombang tinggi menjelang pergantian tahun di Kota Cilegon yang dikenal sebagai kawasan industri baja dan kimia.

Dampaknya, Pemkot Cilegon dibuat keder dengan melakukan berbagai upaya dan persiapan jika itu benar terjadi.

Isu akan adanya gelombang tinggi dari amukan permukaan perairan Selat Sunda itu memang menghawatirkan. Apalagi gempa kerap terjadi di sekitar Selat Sunda akhir-akhir ini.

Ditambah geliat Gunung Anak Krakatau yang kembali erupsi membawa kabar yang membuat trauma. Meski ukurannya tidak sebesar dulu, namun gempa yang kerap terjadi akhir-akhir ini di sekitar perairan Selat Sunda menjadi kekhawatiran.

Bencana memang tidak bisa kita prediksi kapan itu terjadi. Masyarakat pesisir Selat Sunda masih belum bisa melupakan gelombang tsunami yang menggulung diam-diam dalam kegelapan malam di akhir tahun 2018.

Sebagai warga yang tinggal tidak jauh dari bibir pantai Selat Sunda, sejak kecil sudah mendengar cerita kedahsyatan letusan Gunung Krakatau. 

Cerita yang dituturkan turun temurun oleh orang tua tidak bisa dibayangkan lagi kemungkinan buruk yang akan terjadi di masa sekarang.

Pesisir Selat Sunda, tepatnya di sepanjang pantai Kota Cilegon dan Kabupaten Serang, kini penuh sesak dengan berdirinya ratusan industri besar. 

Ada rasa kekhawatiran jika kemudian sejarah gelombang tinggi di masa lalu akan datang dan menyapu pabrik industri. Gas dan cairan kimia, serta ledakan nuklir dari pabrik adalah ancaman yang tidak kalah dengan ledakan Gunung Krakatau 1883.

Kembali pada sejarah amukan dahsyat gelombang tsunami Selat Sunda Gunung Krakatau yang berada di antara Pulau Jawa dan Pulau Sumatra meletus.

Letusan yang tidak kalah dahsyatnya usai ribuan tahun lalu ledekan Krakatau Purba mampu menenggelamkan sebagain dataran Pulau Jawa, kemudian menjadi Pulau Sumatra.

27 Agustus 1883, empat kali ledakan besar Gunung Krakatau menimbulkan empat gelombang tsunami di Selat Sunda, seketika daratan pesisir Pulau Jawa dan Sumatra diamuk oleh gulungan ombak besar.

Dalam buku Empat Bencana Geologi yang Paling Mematikan ditulis Kartono Tjandra (2018) gelombang besar itu menelan sekitar 120.000 nyawa.

Dampak letusan juga mengubah iklim bumi yang mengubah cuaca ekstrim di bumi bagian Eropa dan Afrika.

Pasca ledakan itu, tubuh Gunung Krakatau sebagian besar hancur. Namun rupanya tidak mati, perlahan muncul gunung baru dari bawah laut yang kemudian dikenal dengan Gunung Anak Krakatau.

Satu abad berlalu, Gunung Anak Krakatau terus bergeliat dengan aktivitas vulkaniknya. Semakin hari pertumbuhannya bertambah tinggi. Bahkan keindahan alamnya menjadi tujuan wisata favorit.

Sayangnya, Gunung Anak Krakatau kembali bergeliat aktif. 22 Desember 2018 tsunami menghantam daratan secara diam-diam akibat longsoran material.

Gelombang Tsunami yang menyapu pesisir Banten dan Lampung itu pun merenggut 426 nyawa.

Perairan Selat Sunda yang terlihat tenang dan menjadi jalur pelayaran internasional itu bisa jadi ancaman setiap waktu.

Prediksi akan terjadi gempa dan cuaca ekstrim akhir-akhir ini memang sangat mengganggu mental. Apalagi informasi hoax pun berseliweran di media masa.

Bencana sudah menjadi kuasa pemilik alam ini. Manusia hanya bisa menerima ketentuan jika kemudian tenangnya permukaan perairan Selat Sunda kembali mengamuk dan mengancam populasi manusia yang semakin padat di Kota Cilegon.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun