Malam peringatan Hari Raya Idul Adha 1442 Hijriah tetap semarak di tengah pemberlakuan PPKM Darurat. Takbir dan mengagungkan Allah SWT tetap terlaksanakan meski di rumah saja.
Malam takbiran kali ini sedikit berbeda. Tidak bisa berkumpul dan meramaikan dengan takbiran, nabu beduk, hingga pawai. Cukup di rumah saja, malam takbir dilakukan dengan cara virtual.
Memanfaatkan aplikasi zoom, takbiran virtual tetap terlaksana dengan khidmat. Tetap khusyu melafalkan puji-pujian kepada Allah.
Takbiran virtual menjadi alternatif yang bisa dilakukan untuk orang-orang yang harus menjalankan isolasi mandiri. Kehangatan malam takbiran pun tetap membawa kesejukan dan ketenangan.
Malam ini, bersama jajaran pengurus DPD Himpunan Pemuda Al-Khairiyah Kota Cilegon, kegiatan takbiran virtual terlaksana. Ada rasa haru saat melafalkan takbir.
bergantian memimpin takbir, kemudian diikuti dengan jamaah. Begitu indah terdengar, terasa sejuk di dalam hati.
Takbiran virtual kali ini seperti menguji kita akan rasa ikhlas di tengah kondisi pandemi covid-19 yang tak kunjung usai. Bagian dari pelajaran akan arti ikhlas dalam menghadapi segala ujian dari Allah.
Idul Adha membawa pesan agar kita bisa menjadi orang yang ikhlas. Seperti Nabi Ibrahim AS yang rela dan ikhlas menyembelih putra tercintanya Nabi Ismail AS.
Ketaatan Nabi Ibrahim AS setelah mendapatkan perintah dari Allah tak sedikit pun berpikir untuk menolak. Nabi Ismail AS pun tidak melawan, karena semua seruan Allah SWT adalah bentuk takwa.
Buah ikhlas Nabi Ibrahim AS adalah ketika Nabi Ismail AS diganti oleh Allah dengan seekor domba. Hingga kini kita kenal peristiwa itu sebagai Lebaran Kurban.
Lebaran tahun ini, bahkan sudah terlatih dari lebaran tahun lalu, perayaan Hari Raya yang dibatasi. Kegiatan silaturahmi dan pulang mudik pun tidak bisa.
Belum lagi para jamaah calon haji yang dua tahun ini harus rela menunda keberangkatan. Kondisi penyebaran virus corona membuat kegiatan penerbangan ke Arab Saudi di setop.
Hanya ikhlas dengan ketentuan Allah saat ini. Menghadapi musibah penyebaran virus yang belum bisa disembuhkan dengan teknologi kedokteran modern.Â
Kita tidak bisa berbuat apa pun selain menjaga diri, keluarga, dan lingkungan sekitar agar memutus mata rantai penyebaran virus.
Malam takbiran yang penuh hikmah ini, berharap membawa pesan bahwa ikhlas adalah cara seorang muslimin menerima ketentuan akan ujian ini. Semoga dengan ikhlas membawa rahmat dan ampunan dari Allah SWT. Â
Tidak bisa kumpul di masjid merayakan malam takbir seperti biasanya. Begitu juga Salat Ied yang dianjurkan berjamaah di rumah bersama keluarga.
Kondisi yang tidak biasa, tapi bagi seorang muslimin yang taat, semuanya tetap menjadi amalan dan ibadah yang tidak pernah kurang sedikit pun.
Allah yang menciptakan dan memelihara segala sesuatu yang ada di alam semesta ini. Jadi, kita wajib berprasangka baik dan beriman kepada Allah. Â Allah yang menciptakan virus, Allah juga yang menghilangkan.
Ikhtiar kita lakukan dengan patuh protokol kesehatan. Tidak berkumpul di masjid melaksanakan malam takbiran tidak akan mengurangi nilai ibadah.
Allah maha mengetahui isi hati umatnya. Jangan putus melafalkan takbir di malam penuh berkah ini. Semoga pandemi segera berakhir. Amiin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H