Kawasan Museum Multatuli cukup asri dengan keberadaan pohon-pohon rindang di pinggir jalan. Kesan artistik juga bisa dijumpai dengan pelataran terdapat pendopo dan terpajang peralatan musim gamelan.
Di halaman juga terdapat patung besar Multatuli yang sedang membaca buku. Di sampingnya terdapat rak dengan susunan buku.
Rumah Multatuli didesain  modern  yang tidak simetris, bantuan pencahayaan ruangan menambah artistik dan dramatisasi. Gambaran kehidupan yang diceritakan Multatuli dibagi menjadi tujuh ruangan dan empat tema.
Tema pertama mengisahkan sejarah awal kedatangan penjajahan di Indonesia. Terdapat sebuah layar lebar berupa gambar 3D yang dilengkapi dengan cahaya dan latar musik yang mengesankan dramatisasi. Â
Ruang berikutnya, terdapat tema kedua khusus menampilkan sejarah Multatuli dan novel Max Havelaar. Di sini terdapat buku Max Havelaar digital yang bisa dibaca langsung. Layar sentuh membuat kesan modern novel tragis ini.
 Adapun tema ketiga mengisahkan tentang sejarah Banten dan Lebak. Di sini menceritakan semua sosial budaya masyarkat Lebak dan betapa sulitnya kehidupan di bawah tekanan penjajah Belanda.
Sedangkan tema keempat mengisahkan sejarah Rangkasbitung yang ramai dan menjadi salah satu kawasan yang ramai di tempat itu. Terdapat sejumlah foto tokoh penting yang dipajang, seperti Rendra, Tan Malaka, Misbach Yusa Biran, Maria Ulfah, dan Eugenia van Beer.