"Pram," panggilnya. "Kok, pergi? Â Duduklah sebentar saja," katanya.
Saya kemudian menggeser kursi. Kemudian duduk berhadapan, hanya meja kerja dan leptop di atasnya sebagai pemisah. Dalam hati dan benak pikiran, terlalu memaksa ingin tahu, juga takut masuk pada privasi kehidupan orang lain.
"Saya yang mengajukan cerai, Pram. Sudah tiga bulan tidak lagi bersama ayahnya anak-anak. Sementara saat ini anak-anak dititipkan di rumah Ibu," katanya.
Saya masih menahan nafas mendengar kata-kata yang mengalir begitu pasrah dan tanpa beban. Sementara di dalam hati, ingin sekali mulut ini mengeluarkan kata-kata kotor kepada suaminya. Namun itu semua masih bisa ditahan. Sama seperti Hanah yang bisa menyembunyikan masalah besarnya.
Setiap kali datang ke kampus, Hana tidak menunjukkan ada tanda-tanda masalah besar dalam dirinya. Sempat selama dua minggu ijin dengan alasan melakukan isolasi mandiri. Setelah itulah ada perubahan besar dalam diri Hanah, selalu berpakaian dengan warna cerah, bedak lebih tebal dipoles di wajah, hingga gaya hijab seperti kebanyakan tren mahasiswi saat ini.
"Jika laki-laki saja bisa menyembunyikan perselingkuhan dengan wanita lain, saya juga bisa menyembunyikan segala kesedihan saya. Iya kan, Pram?" katanya.
Saya hanya mengangguk. Mungkin Hanah saat ini benar-benar butuh seorang teman berbicara. Ruang dosen juga sudah sepi.
"Saya sudah berusaha menjadi orang yang baik untuk suami dan anak-anak. Saya benar-benar merasakan pukulan hebat, hingga kedua kaki ini terasa sulit untuk berdiri tegak. Pram, jika bukan karena kedua anak saya, mungkin saya sudah gantung diri," katanya dengan tenang.
Hanah sejak SMP sudah cantik. Mendapatkan suami anak seorang pejabat yang berprofesi sebagai kontraktor. Usahanya cukup maju karena kedekatan dengan pejabat daerah hingga pusat. Berbagai proyek besar sudah bisa didapatnya.
Suaminya sangat mendukung ketika Hanah melanjutkan pendidikan pascasarjanah hingga doktoralnya. Kesibukan antara mengajar mahasiswa dan penelitian S3, Hanah masih bisa berbagi waktu dengan anak-anaknya.
Saya sendiri mengenal suami Hanah, saat menjemput di kampus bersama anak-anaknya. Melihat keluarga kecil yang sangat bahagia dan dilimpahkan materi. Hanah tetap cantik tanpa riasan wajah. Bahkan kesederhanaanya saja dalam berpenampilan membuat banyak mahasiswa kasak kusuk melihatnya.