"Dari Lio saja banyak yang bisa berangkat haji, bukan dari hasil penjualan genteng saja, tapi penjualan tanah beserta gubug juga. Ya, hasil pembuatan genteng semakin sulit, mending dijual aja," kata Wawan dengan rasa kecewa.
Sekelumit kisah kehidupan Wawan yang tetap bertahan menjadi pengrajin genteng adalah potret ironi kehidupan di Kota Cilegon. Ketika penguasa lebih condong ke pengusaha industri besar, maka detak kehidupan Gubug Lio pun semakin sesak dan mati.
Istilah:
- Gubug Lio = sebuah gubug pembuatan genteng.
- Kobongan = tungku pembakaran genteng
- Ancak = tempat meletakan genteng baru dicetak
- Pranggong = rak untuk menyusun genteng hingga kering.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H