Mohon tunggu...
Mang Pram
Mang Pram Mohon Tunggu... Freelancer - Rahmatullah Safrai

Penikmat kopi di ruang sepi penuh buku || Humas || Penulis Skenario Film || Badan Otonom Media Center DPD KNPI Kota Cilegon

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Film "Ziarah": Perjuangan, Kesetian, dan Berdamai dengan Masa Lalu

12 Juni 2020   20:48 Diperbarui: 17 Juni 2020   01:56 743
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sampai pada akhir cerita, keberhasilan penulis cerita mengecoh semua penonton. Mbah Sri yang diantar menuju terminal, malah dibawah oleh sopir ke makam Muktiloyo.

Mbah Sri berhasil menemukan pusara suaminya bernama Ki Pawiro Sahid yang meninggal 1985. Lebih mengejutkan di sebelahnya terdapat makam bertulis nama Nyi Pawiro Sahid meninggal 1987. Mbah Sri seketika jatuh pingsan.

Ini plot twest yang sangat tidak terduga jika kita menyaksikan dengan seksama dari awal cerita. Banyak pertanyaan dalam benak saya tentang sosok Pawiro Sahid.

Kesetiaam Mbah Sri yang ditinggal berjuang dalam kondisi baru memiliki seorang anak. Agrasi militer Belanda membuat kisah cinta dengan suaminya ditelan oleh kabar suaminya meninggal.

Kesetian Mbah Sri sudah tidak lagi terukur. Namun fakta baru memaksa Mbah Sri harus bisa berdamai dengan masa lalu.

Akhir cerita yang sulit untuk diterima. Seperti Pawiro Sahid selamat dan tetap hidup hingga tahun 1985, kenapa tidak pernah kembali kepada istrinya?

Keberadaan kuburan bertuliskan nama Nyi Pawiro Sahid memang tanpa ada narasi penjelas, namun kita bisa menebak jika itu adalah istri dari Ki Pawiro Sahid. Diperjelas lagi dengan keris Mbah Sri bertemu dengan keris Ki Pawiro Sahid.

Cerita film memang tidak butuh narasi panjang. Cerita yang mengejutkan membuat penulis skenario membawa penonton meneruskan perjalanan Mbah Sri mencari makam suaminya. Kini kita dihadapkan pada rasa penasaran tentang dua makam itu.

Wajar jika kemudian film Ziarah dibanjiri banyak penghargaan seperti Film Terbaik Pilihan Juri -- ASEAN International Film Festival and Awards (AIFFA) 2017, Skenario Terbaik di ASEAN International Film Festival and Awards (AIFFA) 2017, Film Terbaik di Salamindanaw Film Festival 2016 Filipina, dan Skenario Terbaik versi Majalah Tempo 2016.

Sederet nominasi pengahargaan pun membuktikan bahwa film ini memiliki kualitas yang baik. Salah satunya adalah Mbah Ponco Sutiyem masuk jajaran nominasi pemeran wanita di ajang ASEAN International Film Festival and Awards (AIFFA) 2017.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun