Mohon tunggu...
Mang Pram
Mang Pram Mohon Tunggu... Freelancer - Rahmatullah Safrai

Penikmat kopi di ruang sepi penuh buku || Humas || Penulis Skenario Film || Badan Otonom Media Center DPD KNPI Kota Cilegon

Selanjutnya

Tutup

Kurma Artikel Utama

Cara Simpel Mengajarkan Anak Berpuasa dengan Menyenangkan

24 April 2020   14:25 Diperbarui: 25 April 2020   04:09 1326
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi via Freepik.com

Sejak memasuki usia 6 tahun saya sudah mulai belajar berpuasa. Di hari-hari pertama, Ibu selalu mengawasi dan memberi perhatian lebih.

Rengekan saya yang sudah mulai haus dan laper ditanggapinya dengan nasehat-nasehat yang menentramkan. Hingga tetap termotivasi menuntaskan puasa sehari penuh. Momen ramadan pun menjadi bahagia.

Dari didikan orang tua, saya pun tidak mau kalah mengajarkan anak berpuasa. Karakter anak sudah sangat hafal dan gejala sakit pun sudah sangat dimengerti. Ini bisah dijadikan sebagai tolak ukur melihat kondisi kesehatan anak saat berpuasa.

Anak 6 tahun memang belum wajib berpuasa. Namun belajar puasa menjadi keharusan sehingga di tahun berikutnya sudah terbiasa. Hari-hari menjelang puasa tiba, orang tua harus memberi pemahaman tentang puasa.

"Gak makan seharian, emang gak mati?" tanya Chava, putra sulung.

"Tidak. Masih bisa kuat. Buktinya Ayah masih hidup. Padahal mulai puasa sejak seusia kamu."

Puasa menjadi ibadah yang diwajibkan Allah di bulan ramadan. Anak-anak memiliki pertanyaan yang kadang di luar logika. Ini menjadi seni orang tua untuk mendidik dengan ilmu dan kesabaran.

Cara pertama dengan memberi pengertian tentang puasa dengan bahasa yang bisa dipahami anak. Minimal kewajiban yang harus dilakukan dan larangan-larang mendasar yang membuat batal. Contoh kita harus menahan lapar dan haus dan tidak boleh makan dan minun hingga waktu berbuka.

Kedua adalah dengan mengajaknya sahur. Makan saat sahur hukumnya sunah, namun Allah mengatakan di sini banyak keberkahan. Sahur adalah sarapan pagi yang dimajukan menjelang subuh  Memiliki manfaat untuk memberi nutrisi pada tubuh. Ajak anak bangun untuk sahur.

Sebagai pancingan anak mau makan, bisa dengan menyiapkan makanan kesukaanya. Menjadikan suasana sahur lebih semangat dengan sama-sama masak dan menyediakan makanan di meja. Menyetel televisi pun bisa mengajak anak untuk segera bangun dari tempat tidurnya.

Jangan mau kalah dengan anak yang membandel untuk tidak mau bangun. Dahulu Ayah saya sampai menggendong. Ibu yang menyuapi. Lama-lama saya malu sendiri dan mau makan sendiri. Cara jitu ini masih bisa berlaku untuk menaklukan anak saya.

Tantangan ketiga bagi orang tua adalah ketika anak merengek lapar dan haus. Di sini penuh kesabaran orangtua. Nasehatnya sangat penting untuk menguatkan. Orangtua jangan terbawa emosi, anak merengek dibalas dengan suara keras hanya membuat anak menangis.

Melarang anak main ke luar rumah dan dibiarkan menonton tv bisa diandalkan. Bermain bersama dan menciptakan permainan yang menarik bisa membuat anak lupa dengan laparnya.

Ketika sudah masuk waktu siang, ajak anak tidur. Ketika sore, ajak anak melakukan kegiatan yang menyenangkan, seperti mengajak jalan-jalan untuk membeli takjil.

Saat anak berpuasa, orang tua harus rajin-rajin mengecek suhu tubuh anak. Jika terasa panas dan wajah terlihat pucat sebaiknya segera membatalkan.

Kunci keberhasilan anak menyelesaikan puasa adalah pada orang tuanya. Karakter anak memang manja dan ingin dituruti, saat belajar puasa, orang tua mendapat tantangan untuk terus membimbing dengan kelembutan.

Jangan sampai anak yang mulai merengek dibalas dengan suara keras dan marah. Jangan sampai anak merasa tertekan dan menangis. Anak menjadi kehilangan motivasi untuk menyelesaikan puasanya.

Terakhir, memberikan hadiah ternyata cukup efektif. Dahulu jika saya tidak mau puasa, orang tua tidak akan kasih uang jajan. Jika puasa, orang tua kasih uang jajan yang bisa digunakan setelah salat tarawih.

Hadiah bisa diberikan sesuai kebutuhan anak. Orang tua jangan menjanjikan sesuatu yang berlebihan. Nanti motivasi puasa anak berubah karena hadiah.

Orangtua mana yang tidak ingin anaknya menjadi saleh dan salehah. Ramadan menjadi bulan belajar bersama keluarga.

Jika Ayah dan Bunda ingin anaknya taat ibadah, mulailah mengajarinya dari usia dini. Contoh yang baik dari orang tua menjadi modal dasar anak membangun keimanannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun