Tantangan ketiga bagi orang tua adalah ketika anak merengek lapar dan haus. Di sini penuh kesabaran orangtua. Nasehatnya sangat penting untuk menguatkan. Orangtua jangan terbawa emosi, anak merengek dibalas dengan suara keras hanya membuat anak menangis.
Melarang anak main ke luar rumah dan dibiarkan menonton tv bisa diandalkan. Bermain bersama dan menciptakan permainan yang menarik bisa membuat anak lupa dengan laparnya.
Ketika sudah masuk waktu siang, ajak anak tidur. Ketika sore, ajak anak melakukan kegiatan yang menyenangkan, seperti mengajak jalan-jalan untuk membeli takjil.
Saat anak berpuasa, orang tua harus rajin-rajin mengecek suhu tubuh anak. Jika terasa panas dan wajah terlihat pucat sebaiknya segera membatalkan.
Kunci keberhasilan anak menyelesaikan puasa adalah pada orang tuanya. Karakter anak memang manja dan ingin dituruti, saat belajar puasa, orang tua mendapat tantangan untuk terus membimbing dengan kelembutan.
Jangan sampai anak yang mulai merengek dibalas dengan suara keras dan marah. Jangan sampai anak merasa tertekan dan menangis. Anak menjadi kehilangan motivasi untuk menyelesaikan puasanya.
Terakhir, memberikan hadiah ternyata cukup efektif. Dahulu jika saya tidak mau puasa, orang tua tidak akan kasih uang jajan. Jika puasa, orang tua kasih uang jajan yang bisa digunakan setelah salat tarawih.
Hadiah bisa diberikan sesuai kebutuhan anak. Orang tua jangan menjanjikan sesuatu yang berlebihan. Nanti motivasi puasa anak berubah karena hadiah.
Orangtua mana yang tidak ingin anaknya menjadi saleh dan salehah. Ramadan menjadi bulan belajar bersama keluarga.
Jika Ayah dan Bunda ingin anaknya taat ibadah, mulailah mengajarinya dari usia dini. Contoh yang baik dari orang tua menjadi modal dasar anak membangun keimanannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H