Mendapatkan tawaran produk pemutih kulit dan pelangsung badan kerap kali muncul di kanal sosial media. Penawaran yang masuk di kolom komentar, bahkan di pesan pribadi.
Jujur, sebagai orang yang terlahir dengan kulit hitam manis dan kondisi tubuh yang sudah banyak diglayuti oleh lemak, mendapatkan tawaran itu membuat tergiur. Apalagi harga yang ditawarkan cukup miring.
Tapi, saya tidak seperti Pak Presiden Joko Widodo yang begitu santai menanggapi tawaran obat penambah berat badan di akun instagramnya.
Keberadaan iklan yang tiba-tiba muncul di sosial media itu terkadang membuat kaget, entah kebetulan atau tidak, akun yang tidak saya kenali itu malah menawarkan produk yang bisa merubah kulit hitam manis ini menjadi putih seperti artis Korea. Harga yang ditawarkan juga sangat murah dan ditambah iming-iming program diskon.
Terkadang ada rasa ketertarikan untuk membelinya. Dulu sempat beberapa kali membeli body lotion dan sabun yang dipercaya bisa membuat kulit lebih putih. Namun, kembali pada kesadaran, sudah takdir bahwa kulit hitam manis ini tetap permanen. Cara menghibur diri dari penyesalan membeli produk yang dibeli pun tidak mumpuni.
Begitu juga dengan tawaran produk penurun berat badan atau pelangsing. Produk ini sepertinya menjadi yang paling dicari, mengingat sudah banyak orang yang merasa kelebihan berat badan dan ingin cepat mendapatkan tubuh ideal.
Lagi-lagi janji penawaran hanya bahasa marketing untuk menarik minat pembeli. Suplemen berupa pil dan teh peluruh lemak dalam hitungan hari pun hanya omong kosong.
Hebatnya bahasa marketing. Memanfaatkan kanal media sosial untuk berdagang. Apalagi kini setiap orang hampir memiliki akun media sosial.
Pernah membeli produk dan kemudian hasilnya tidak memuaskan sungguh menjadi kapok. Makanya hingga saat ini yang ada makin sebel ketika ada penawaran produk itu.
Memanfaatkan sosial media sebagai tempat jualan memang cukup efektif menjangkau calon pembeli. Namun menawarkan produk di kolom komentar instagram contohnya, ini pun sangat mengganggu.