Mohon tunggu...
Mang Pram
Mang Pram Mohon Tunggu... Freelancer - Rahmatullah Safrai

Penikmat kopi di ruang sepi penuh buku || Humas || Penulis Skenario Film || Badan Otonom Media Center DPD KNPI Kota Cilegon

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Hindari Nasehat Salah Kaprah yang Sering Diucapkan Saat Takziah

19 Februari 2020   17:22 Diperbarui: 19 Februari 2020   17:27 2406
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Respon apa yang kita rasakan ketika mendapatkan kabar duka? Baru-baru ini suami artis Bunga Citra Lestari yaitu Asraf Sinclair meninggal. Ucapan bela sungkawa dari netijen turut membanjiri sosial media. 

Bagaimana jika kabar duka datang dari orang terdekat kita? Sebuah kabar yang didapat dari media sosial atau aplikasi pesan instant seperti Grup Whatssap. Ucapan duka cita pun kemudian akan bermunculan dari member yang ada di dalam grup. 

Keberadaan aplikasi pesan instant membuat jarak semakin dekat dan cepat. Namun dari ucapan yang kita sampaikan menjadi terasa hambar tanpa ada emosional dan simpatik yang tersampaikan. Lebih baik, datang lah untuk takziah langsung ke rumah duka. Itu lebih bisa memberi dukungan moril kepada kawan kita yang sedang berduka.

Perlu diperhatikan juga saat takziah di rumah duka, jika terkadang ucapan yang diniatkan untuk memberi suport kepada kawan yang sedang berduka justeru salah alamat. Efeknya bukan bisa menguatkan, malah menambah kesedihan.

Kak Asta Dewanti yang saya kenal sebagai psikolog melalui insta storynya memberi nasehat, ucapan-ucapan yang kita sampaikan terkadang menambah beban bagi kawan kita yang sedang berduka. Maka penting rasanya memilih kata yang baik untuk bisa memberi suport dan empati. Sehingga apa yang kita katakan menjadi penyemangat dalam situasi yang sangat berat bagi orang yang ditinggalkan.

Perlu diperhatikan, kesalahan yang tidak kita sadari adalah menjadi orang yang mendadak bijak. Pertama adalah dengan mengatakan, "sabar, ya..." Setiap orang dalam berduka pasti membutuhkan kesabaran. Tapi mengajarkan bersabar kepada orang yang sedang berduka bukan hal yang baik.

"Saya di sini untuk menemani, mu," ini perkataan yang lebih nyaman untuk dirasakan. Merasa dalam menghadapi situasi sulit mendapatkan dukungan dari orang yang setia di samping untuk selalu menguatkan.

Kedua adalah jangan sekali-kali menyuruh berhenti menangis. "Sudah jangan menangis..." Menangis adalah luapan emosi yang wajar dikeluarkan saat berduka adalah hal yang wajar. Akan berbahaya jika ditahan. Jangan melarang menangis orang yang sedang bersedih, artinya kita menghalangi proses pemulihan orang dalam kesedihan.

Ketiga adalah "yang kuat ya..." Hampir sama dengan kata-kata pertama yaitu mengajak bersabar, hanya basa-basi. Lebih baik ketika datang, ucapkan "Saya tahu ini berat. Saya akan selalu temani kamu untuk lewati ini semua."

Mengucapkan, "Semoga mendapatkan tempat yang terbaik," juga tidak layak diucapkan. Poin keempat ini bisa menimbulkan ketersinggungan, seolah selama ini orang yang telah berpulang masa hidupnya tidak pada tempat yang baik.

Coba diganti dengan kata, "Saya turut berduka atau saya turut kehilangan." Tapi juga jangan ada sambungan kata, "Ini yang terbaik untuk almarhum." Poin terakhir ini juga sebaiknya dihindari dan diganti," Kebaikan almarhum akan selalu saya kenang."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun