"Cha, gak mau keluar?" tanya saya kepada Chava yang sejak magrib berdiam diri nonton tv.
Biasanya anak 5 tahun itu selalu pergi ke luar rumah untuk bermain bersama teman sebayanya. Pergi untuk jajan di warung tetangga. Atau pergi ke rumah tantenya di ujung jalan.
"Gak, takut ada momok (sebutan lain setan)" jawabnya. Ada ketakutan di raut wajahnya.
"Kata siapa?"
"Kata Nenek."
Saya dan Istri saling pandang. Sejak Chava kecil kami sudah sepakat untuk tidak mengeluarkan kata-kata larangan dan menakut-nakuti dengan hal apa pun. Kami paham dengan banyak larangan akan membuat anak tidak bisa ekplorasi kemampuannya. Justru akan menghambat tumbuh kembangnya untuk bisa percaya diri dan mandiri.
Istri pernah bercerita, sejak Ibu mertua sering menginap di rumah, sering mengeluarkan kata-kata larangan kepada Chava agar tidak bermain ke luar rumah.
Pernah suatu saat Nenek mengatakan dalam kegelapan ada setan yang siap membawa kabur anak yang berkeliaran di malam hari.Â
Ibu mertu bermaksud melarang Chava untuk tidak main setelah ngaji. Membiarkan anak bermain di luar rumah pada malam hari itu bahaya.
Namun rupanya setelah menakut-nakuti itu, tiba-tiba ada pemadaman listrik. Chava di halaman rumah menjerit-jerit dengan kencangnya. Bahkan ketika lilin menerangi rumah, Chava masi ketakutan.
Dari kejadian itu Chava tidak pernah lagi main ke luar rumah saat malam hari. Namun lama-lama kami jadi khawatir, Chava tidak mau diajak pergi pada malam hari. Tidak mau ikut ke masjid untuk solat magrib dan isa. Hingga ke kamar mandi saja harus ditemani.