Mohon tunggu...
Mang Pram
Mang Pram Mohon Tunggu... Freelancer - Rahmatullah Safrai

Penikmat kopi di ruang sepi penuh buku || Humas || Penulis Skenario Film || Badan Otonom Media Center DPD KNPI Kota Cilegon

Selanjutnya

Tutup

Raket Artikel Utama

Setop! Jangan Terus-terusan Bully Fitriani di Medsos

3 Desember 2019   17:27 Diperbarui: 4 Desember 2019   17:53 1730
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Melihat dari performa pebulutangkis putri, tidak konsisten yang menjadi masalah utama mereka. Warganet, termasuk saya, selalu jengkel ketika setiap tour pertandingan hanya terhenti di babak awal.

Lemahnya peforma tunggal putri tidak sertamerta kita bebas nge-bully. Bagaimana pun perjuangan mereka harus tetap dihargai.

Jika kita melihat cerita perjalanan hidup pebulutangkis, untuk mendapatkan posisi sekarang harus dilakoni sejak usia dini. Waktu mereka hanya habis untuk berlatih terus menerus hanya untuk mampu memberi perlawanan di setiap turnamen.

Hanya saja, semangat perjuangan pebulutangkis dari negara-negara lain rupanya lebih kuat. Ini yang menjadi persoalan pada mental pebulutangkis kita yang masih belum konsisten.

Para pelatih Pelatnas adalah pelatih terbaik yang pernah mengenyam pahit manisnya perjuangan di lapangan. Seharusnya menjadi motivasi terbesar bagi atlet untuk bisa berkembang lebih baik.

Setop Bully!
Fitriani dan Gregoria Mariska Tunjung masi harus melakoni perjuangannnya di SEA Games kali ini. Di pertandingan nomor tunggal memiliki tanggung jawab untuk memperbaiki performa. Tentu saja siapa pun lawannya nanti, mental juara harus benar-benar sudah siap ketika di tengah lapangan.

Bully dan menyalahkan para atlet juga buka cara yang baik untuk membangun mental para atlet. Setiap pertandingan, tekanan itu selalu ada.

Sebagai pecinta bulutangkis, seharusnya kita harus lebih peduli dan memahami, tidak ada perjuangan semudah membalikan telapak tangan.

Menghargai setiap tetes keringat dan air mata mereka itu penting. Setiap atlet pasti menginginkan perjuangannya mencapai podium tertinggi. para atlet hanya butuh waktu untuk membereskan persoalan yang dihadapi.

Warganet, apakah tidak bisa lebih bijak dan mengontrol diri untuk tidak melepaskan kata-kata yang menyakitkan di media sosial? Entah para atlet melihat atau tidak, setidaknya saya saja yang membaca merasa mata ini dicolok-colok dengan kata-kata penghakiman itu. 

Biarkan para pelatih yang bekerja keras membangun mental dan kemampuan atlet. Begitu juga dengan atlet, jika ingin mengukir presatasi, butuh motivasi tinggi untuk membangkitkan semangat juang di lapangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun