Mohon tunggu...
Mang Pram
Mang Pram Mohon Tunggu... Freelancer - Rahmatullah Safrai

Penikmat kopi di ruang sepi penuh buku || Humas || Penulis Skenario Film || Badan Otonom Media Center DPD KNPI Kota Cilegon

Selanjutnya

Tutup

Raket Artikel Utama

Setop! Jangan Terus-terusan Bully Fitriani di Medsos

3 Desember 2019   17:27 Diperbarui: 4 Desember 2019   17:53 1730
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fitriani usai dikalahkan Busanan Ongbamrungphan di laga Final Beregu Putri. (gambar dikutip dari foxsports.co.id)

Bisakah kita lebih menghargai perjuangan atlet yang sedang berjuang dalam ajang pesta olahraga sekelas SEA Games? 

Semua orang pasti menginginkan predikat juara bagi atlet yang sedang berjuang membawa harum bendera merah putih, namun ketika tidak sesuai dengan harapan, maka yang terjadi adalah bully, atau bebas mencela atlet yang sudah bermandi keringat.

Tidak sedikit warganet yang melontarkan kata-kata tidak sedap di media sosial. Kali ini pebulutangkis beregu putri hanya mendapatkan medali perak setelah ditaklukan Tahiland di ajang SEA Games Philipina 2019.

Miris rasanya, ketika salah satu pemain tunggal putri menjadi bulan-bulanan warganet. Ini dikarena selama pertandingan beregu putri, Fitriani sebagai tunggal putri kedua mengalami kekalahan setiap pertandingan, bahkan hingga final pun harus tunduk ditangan Busanan Ongbamrungphan dengan skor 21-8, 21-10.

Kekalahan di final pun sudah dimulai sejak pertandingan pertama melalui tunggal putri pertama, Gregoria Mariska Tunjung harus mengakui keunggulan Ratchanok Intanon, 21-14, 12-21, 21-14.

Sementara pasangan ganda putri Ni Ketut Mahadewi Istarani dan Apriani Rahayu berhasil membawa angin segar dengan kemenangan melawan Rawinda Prajongjai dan Putitta Supajirakul, 17-21, 18-21. 

Indonesia tidak bisa mengejar kemenangan karena poin di partai keempat kembali direbut Thailand melalui  Chayanit Chaladchalam dan Phaitaimas Muenwong vs Siti Fadia Ramadhanti dan Ribka Sugiarto, 21-8, 21-17. Thailand berhak medali emas dengan skor 3-1 mengalahkan Indonesia.

Dari pertandingan yang berlangsung, kenapa hanya Fitriani yang menjadi bulan-bulanan warganet? Kolom komentar di live streaming youtube yang menontonkan pertandingan ini pun penuh dengan kata-kata negatif.

Tidak hanya itu, sejumlah akun pecinta bulutangkis pun diserang dengan warganet yang merasa tidak puas dengan permainan Fitriani. Warganet bahkan sudah memprediksi kekalahan Fitriani sebelum partai final berlangsung. 

Persoalan prestasi tunggal putri Indonesia memang menjadi sorotan sepanjang turnamen 2019. Pretasi mereka tenggelam begitu saja di tengah persaingan yang semakin ketat.

Torehan prestasi hanya diperoleh Fitriani di Thailand Masters 2019 Super 300. Sementara sektor putri yang masi bisa diandalkan hanya pada nomor ganda putri Gersiya Polli dan Apriani Rahayu yang memiliki rangking dunia lebih baik.

Melihat dari performa pebulutangkis putri, tidak konsisten yang menjadi masalah utama mereka. Warganet, termasuk saya, selalu jengkel ketika setiap tour pertandingan hanya terhenti di babak awal.

Lemahnya peforma tunggal putri tidak sertamerta kita bebas nge-bully. Bagaimana pun perjuangan mereka harus tetap dihargai.

Jika kita melihat cerita perjalanan hidup pebulutangkis, untuk mendapatkan posisi sekarang harus dilakoni sejak usia dini. Waktu mereka hanya habis untuk berlatih terus menerus hanya untuk mampu memberi perlawanan di setiap turnamen.

Hanya saja, semangat perjuangan pebulutangkis dari negara-negara lain rupanya lebih kuat. Ini yang menjadi persoalan pada mental pebulutangkis kita yang masih belum konsisten.

Para pelatih Pelatnas adalah pelatih terbaik yang pernah mengenyam pahit manisnya perjuangan di lapangan. Seharusnya menjadi motivasi terbesar bagi atlet untuk bisa berkembang lebih baik.

Setop Bully!
Fitriani dan Gregoria Mariska Tunjung masi harus melakoni perjuangannnya di SEA Games kali ini. Di pertandingan nomor tunggal memiliki tanggung jawab untuk memperbaiki performa. Tentu saja siapa pun lawannya nanti, mental juara harus benar-benar sudah siap ketika di tengah lapangan.

Bully dan menyalahkan para atlet juga buka cara yang baik untuk membangun mental para atlet. Setiap pertandingan, tekanan itu selalu ada.

Sebagai pecinta bulutangkis, seharusnya kita harus lebih peduli dan memahami, tidak ada perjuangan semudah membalikan telapak tangan.

Menghargai setiap tetes keringat dan air mata mereka itu penting. Setiap atlet pasti menginginkan perjuangannya mencapai podium tertinggi. para atlet hanya butuh waktu untuk membereskan persoalan yang dihadapi.

Warganet, apakah tidak bisa lebih bijak dan mengontrol diri untuk tidak melepaskan kata-kata yang menyakitkan di media sosial? Entah para atlet melihat atau tidak, setidaknya saya saja yang membaca merasa mata ini dicolok-colok dengan kata-kata penghakiman itu. 

Biarkan para pelatih yang bekerja keras membangun mental dan kemampuan atlet. Begitu juga dengan atlet, jika ingin mengukir presatasi, butuh motivasi tinggi untuk membangkitkan semangat juang di lapangan.

Sebagai penonton, kita cukup berdoa untuk kemenangan dan keselamatan atlet. Bully tidak akan ada pengaruh apa pun terhadap kemajuan bulutangkis.

Regenerasi bulutangkis pasti akan berlanjut, saat ini bibit-bibit junior memiliki potensi yang sangat besar untuk memperkuat Tim Nasional. Tim junior Indonesia yang mampu menaklukan China di babak final kejuaraan dunia di Rusia kemarin, menunjukan masa depan bulutangkis penuh harapan.

Pelatnas Cipayung memiliki pekerjaan rumah yang cukup besar untuk mengembalikan marwah bulutangkis tunggal putri. Harapan tentu ada regenerasi yang bisa menyamai prestasi Susi Susanti.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun