Mohon tunggu...
Roni Ramlan
Roni Ramlan Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar sejati, penulis dan pegiat literasi

Pemilik nama pena Dewar alhafiz ini adalah perantau di tanah orang. Silakan nikmati pula coretannya di https://dewaralhafiz.blogspot.com dan https://artikula.id/dewar/enam-hal-yang-tidak-harus-diumbar-di-media-sosial/.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Rezeki Karambol Penulis

6 November 2024   21:46 Diperbarui: 6 November 2024   22:19 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dewan guru dan karyawan SMAN 2 Trenggalek (Dokpri)

Berbeda soal tatkala anda memutuskan diri menyunting naskah mengandalkan jasa editor lepas. Hal yang perlu anda perhatikan ialah menentukan tenggat waktu penggarapan, meminta proofreading, menyebutkan jenis editing sampai dengan mengedepankan sikap profesionalitas dan objektif. Terkait dua poin terakhir, tidak menutup kemungkinan, editor lepas yang dituju adalah teman akrab (sebaya) anda sendiri. 

Setelah dirasa naskah baik dan layak terbit pilihlah penerbit terpercaya. Baik itu penerbit mayor ataupun penerbit indie. Keduanya memiliki syarat tersendiri untuk mencetak naskah menjadi buku. Ada plus minus yang melingkupi keduanya. Yang terpenting jangan sampai anda memilih penerbit abal ataupun predator. Sebab bisa jadi uang anda melayang sementara naskah buku tidak pernah naik cetak. Banyak kok kasus yang demikian. 

Sebagai penutup, saya mendedahkan manfaat dan motivasi menulis. Sebagaimana termaktub dalam buku Dari Kopdar ke Kopdar (2024) saya mengutip pandangan Prof. Naim, bahwa seseorang penulis--dalam konteks ini sudah melahirkan buku--pada akhirnya akan mendulang tiga J. Yakni Jeneng, Jenang dan Jangka. 

Jeneng maksudnya seorang penulis namanya akan populer. Namanya akan mudah dikenal khalayak umum seiring distribusi karya dalan skala luas. Bisa jadi orang akan familiar dengan namanya meski belum berjumpa dengan penulis langsung. Tidak sedikit, karena menulis status sosial seseorang naik level. 

Jenang berarti tanda rasa syukur. Karya pada dasarnya adalah jejak pemikiran, penyebaran gagasan dan peristiwa penting yang didokumetasikan melalui karya. Karya sebagai bentuk perayaan atas proses kehidupan yang dijalani penulis. Tidak menutup kemungkinan, seorang penulis akan menuai berkah yang tak terhingga dan tidak disangka-sangka dari karya yang ditulisnya. Berkah itu salah satunya dapat ditafsirkan sebagai pembuka pintu rezeki. 

Rezeki di hadapan seorang penulis beragam. Bisa royalti, jejaring di antara penulis, promosi karya hingga mengundang datangnya rentetan kesempatan. Pendek kata, rezeki penulis itu seperti karambol. Sentil kanan dan ke kiri. Kita tidak pernah bisa menebak tulisan dan karya mana yang akan mengantarkan kita menemui takdir baik. 

Begitu halnya dengan apa yang kami (saya dan bang Woks) dapatkan. Tampaknya musykil bagi kami bertandang ke SMAN 2 Trenggalek dan bersua dengan dewan guru yang luar biasa kalau bukan karena menulis. Karena menulis itulah kesempatan demi kesempatan baik itu datang dengan sendirinya ke hadapan kami. Dedikasi dan kemurnian berkhidmah Prof. Naim dalam dunia literasi adalah jembatan penghubungnya. Beliaulah mata air kebajikan dalam tarekat literasi. Sedangkan kami hanyut di dalamnya. 

Ada pun jangka adalah postulat dari jeneng dan jenang. Jangka di sini berarti melintas ruang waktu dan bentang zaman. Gagasan dan pemikiran penulis bisa saja menjadi bagian dari tulang punggung membangun peradaban. Dalam kontestasi peradaban, siapa coba yang tidak mengenal Abu Hamid Al-Ghazali, Ibn Rusyd, Ibnu Miskawaih, Al-Kindi, Mahatma Gandi, Albiruni, Aritoteles, Plato, Moh. Hatta, Ir. Soekarno, Tan Malaka dan lain sebagai. Nama mereka agung dan menyejarah. 

Sebagai seorang yang beriman, di lain sisi saya juga percaya bahwa selama apa yang ditulis adalah pengetahuan dan kebaikan niscaya akan mengejawantahkan diri sebagai investasi akhirat. Penulis senantiasa berharap, gagasan dan pemikirannya memberikan manfaat yang berarti bagi khalayak umum. Sukar untuk dicerna, apabila ada karya yang bertujuan menjerumuskan pembaca pada berbagai bentuk bencana dan kecelakaan. Jika pun ada, saya kira pembaca saja yang salah kaprah memahami dan menafsirkan maksud dipersepsikan penulis secara suka-suka. 

Tak ketinggalan, menjelang penghujung acara, Pak Ardanu membuka termin tanya jawab dan sharing pengalaman. Akan tetapi Bu Nikmah usul untuk mereview beberapa esai yang telah jadi. Esai yang terhimpun di google drive pun kami buka dengan bergantian. Tentu saja tidak semua naskah kami review. Hanya satu dua naskah saja. Itu pun hanya kami review secara teknis dan struktual. Kami menggenggam kuat-kuat apa yang dikatakan Prof. Naim, bahwa naskah yang baik adalah naskah yang selesai. 

Setelah itu barulah Bu Mimin tampil menceritakan kesan selama menjadi guru. Kisah Bu Mimin sesungguhnya mampu menjadi bahan esai yang menarik. Mengemas cerita dalam bahasa yang lugas dan efektif adalah tantangan yang harus ditaklukan. Karena keberaniannya, buku Dari Kopdar ke Kopdar berhasil digenggam. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun