Mohon tunggu...
Roni Ramlan
Roni Ramlan Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar sejati, penulis dan pegiat literasi

Pemilik nama pena Dewar alhafiz ini adalah perantau di tanah orang. Silakan nikmati pula coretannya di https://dewaralhafiz.blogspot.com dan https://artikula.id/dewar/enam-hal-yang-tidak-harus-diumbar-di-media-sosial/.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Hakikat Risalah Ramadhan

9 Mei 2023   05:15 Diperbarui: 9 Mei 2023   05:22 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selepas ngaji literasi edisi 3 (12/03/2023) saya dan Bang Woks terlibat obrolan gayeng mengenai evaluasi perhelatan acara dwi mingguan itu. Beberapa koreksi berhasil dicatat. Tak ketinggalan, kami juga memastikan tanggal dan siapa narasumber untuk perhelatan ngaji literasi edisi 4 selanjutnya.

Di sela-sela obrolan gayeng itu pula saya--mewakili pengurus SPK Tulungagung--sempat mengajukan program terbaru SPK Tulungagung edisi khusus bulan suci Ramadan. Konsep acara, kontributor, pembagian tugas dan di akun media sosial apa akan diposting program terbaru tersebut dibahas tuntas. Meski kemudian kami sedikit kesusahan dalam menentukan bentuk sajian program terbaru itu akan disodorkan seperti apa.

Kami terkatung-katung dalam dua opsi yang muncul. Antara menyajikan program dengan konsep kultum versi video dengan durasi 3-5 menit atau kultum dalam bentuk tulisan. Kultum dalam bentuk tulisan kurang lebih memiliki panjang sekitar 3-5 paragraf. Deskripsi itu pun semakin jelas tatkala bang Woks merujuk E-Majalah Aula sebagai contoh konkret yang benar-benar representatif.

Akhirnya kami berdua mendapatkan titik terang. Bak tertimpa buah durian runtuh, kami optimistis dapat menyukseskan program terbaru edisi bulan suci Ramadan tahun ini meski pun yang menjadi pelopor hanya dua orang saja. Konsep acara sudah di depan mata  namun kebingungan kembali kami ratapi. Nama acara belum juga didapat dan disepakati.

Sambil menyeruput kopi dan menikmati jajan, obrolan gayeng terus dipintal. Rangkaian celoteh memuntahkan usulan berbagai nama yang dinilai tidak juga tepat. Hingga akhirnya bang Woks mendapatkan ilham, dan ujug-ujug mengatakan, "Risalah Ramadhan". Dan kami merasa srek dengan nama itu. Keputusan telah digenggam tangan.

Seakan-akan kami tidak ingin berpikir jauh lebih keras, garis haluan pembagian tugas dalam program ini merujuk pada Ngaji Literasi. Bang Woks berperan sebagai editor flyer sedangkan saya yang bertugas mengkonfirmasi, mematangkan konsep dasar dan kemungkinan lain yang tidak terduga. Pendek kata, bang Woks berperan sebagai chef desain dan chef humas menjadi tugas saya.

Setelah saya renungkan berkali-kali, di lain kesempatan: ruang dan waktu, memang belakangan ini bang Woks giat memperkaya soft skill sebagai seorang desainer baik menggunakan aplikasi Canva dan lain sebagainya. Sementara saya sibuk belajar membangun komunikasi. Padahal saya sendiri menyadari betul kekurangan diri, bahwa saya adalah orang yang kaku dan belepotan dalam berbicara.

Bertumpu pada pembagian tugas yang telah disepakati, maka langkah awal saya adalah membuat rambu-rambu untuk kontributor. Yakni syarat dan ketentuan kontributor kultum format tulisan atau video. Rancangan pengumuman yang meliputi pemberitahuan, syarat dan ketentuan beberapa poin saya catat menggunakan aplikasi note di smartphone. 

Aplikasi note memang menjadi andalan saya untuk menuangkan ide bahkan sekali pun untuk menulis naskah buku. Hanya proses editing yang biasanya saya lakukan menggunakan laptop.

Setelah rambu-rambu itu jadi, saya berusaha komunikasi--koordinasi dan konfirmasi--tiga arah: Dengan Om Thoriq selaku ketua 1 dan Prof. Ngainun Naim selaku pembina SPK Tulungagung. Kala itu Prof. Naim memberikan respon sigap tanggap. Beliau setuju dan menginstruksikan kepada saya untuk membuat pengumuman yang sejelas-jelasnya. Setelah itu, baru di-share ke grup WhatsApp SPK Tulungagung.

Sebagai bentuk takdzim dan apresiasi atas launching program terbaru ini saya menodong--meminta kesediaan--Prof. Naim sebagai orang yang pertama kali tulisannya dimuat dalam Risalah Ramadhan. Alhamdulillah, ternyata beliau benar-benar mengirimkan tulisannya dengan panjang 3 paragraf. Jika dianalogikan dalam organ anatomi tubuh manusia, beliau adalah otak yang kemudian memengaruhi tugas dan fungsi organ tubuh lainnya. Kontribusi beliau menentukan ke mana kami harus melangkah.

Alasan dan Tujuan

Risalah Ramadhan dirancang bukan di ruang yang hampa, sehingga terdapat beberapa alasan dan tujuan yang melambari ide itu harus direalisasikan. Alasan pertama, Ramadan adalah momentum perubahan diri. Muhammad Irfan Helmy dalam buku Cermin Muslim menegaskan bahwa tidak ada alasan seorang muslim tidak mengagungkan Ramadan. Hal itu terjadi karena Ramadan adalah sayyid al-syuhur, bulan istimewa dan penuh berkah. Maka tak ayal jika kemudian
Ramadan dinisbatkan sebagai momentum perubahan diri.

Perubahan berlangsung melalui proses penempaan diri selama Ramadan yang menumbuhkan kekuatan untuk terlepas dari kekang keburukan yang terbenam di dalam diri sehingga setiap muslim mampu reorientasi menuju fitrah manusia yang hakiki. Entitas hamba yang suci. Memaksimalkan ibadah pada bulan Ramadan adalah salah satu upaya yang dipandang ampuh untuk mencapai perubahan diri. Mengkaji pengetahuan agama utamanya tentang Ramadan itu sendiri adalah satu bentuk aktivitas keutamaan, (2020: 60-62).

Bentuk aktivitas keutamaan tersebut termasuk di dalamnya tatkala kita memanfaatkan Ramadan sebagai ajang mengkaji-melatih kemampuan dalam berliterasi: menumpahkan renungan, gagasan dan pemikiran melalui tulisan. Selain terhindar dari keburukan, melalui aktivitas mengkaji dan menulis, tentu Ramadan yang kita jalani akan kian terasa istimewa tatkala mampu meng-upgrade kapasitas diri sekaligus meninggalkan jejak yang baik. Utamanya memberikan kemanfaatan kepada khalayak ramai. Sebagaimana dalam hadits disebutkan: "Sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi yang lain".

Perubahan diri tersebut tentu tidak akan bermakna jika terhenti pada level sementara. Terhenti seiring berakhirnya bulan suci Ramadan. Maka perubahan diri yang baik adalah yang istikamah dan terdisiplinkan. Dalam hal ini saya sepakat dengan pendangan Prof. Naim (2023: 6-7) yang mengutip Turner dan Asad (1994) bahwa puasa adalah contoh konkret ibadah yang sarat dengan kedisiplinan. Ajaran yang menempa setiap diri pemeluknya untuk disiplin sehingga menjadi kepribadian yang bersangkutan.

Tradisi mengkaji dan menulis yang dilakukan selama Ramadan ini yang berusaha dipancangkan kuat dalam setiap pribadi--baik kontributor tulisan dan khalayak pembaca--yang memungkinkan rangkaian edisi Risalah Ramadhan yang ditawarkan menjadi inspirasi. Selain menaruh harapan besar mampu menambah kuantitas "manusia langka", menambah ghirah kemanfaatan atas menggeluti dunia literasi terhadap sesama juga mampu menjadi jembatan dalam meningkatkan kedisiplinan diri dalam menulis-berkarya kawan-kawan anggota SPK Tulungagung. Inilah yang saya sebut sebagai alasan yang kedua.

Adapun untuk mendedahkan alasan yang ketiga saya ingin meminjam pandangan Jalaluddin Rakhmat terkait pesan moral puasa sebagaimana dalam Madrasah Ruhaniah (2005: 41-44). Menurut beliau, jika merujuk pada hadits Nabi SAW makna puasa bukan semata-mata menjalankan syariat Islam seperti ketentuan fiqih, melainkan turut memunculkan kesadaran sosial, menyambung tali persaudaraan dan mengembalikan ruh pada kesucian.

Semangat yang tersemat dalam makna puasa sebagai ajang memunculkan kesadaran sosial dan menyambung tali persaudaraan inilah yang berusaha dibumikan dalam program Risalah Ramadhan. Tentu semangat memunculkan kesadaran sosial dan menyambung tali persaudaraan dalam  konteks ini lebih sempit dan sederhana.

Jika dalam konteks puasa Ramadan kesadaran sosial determinasi pada  kemerdekaan kaum mustadafin yang kompleks: pemenuhan kesejahteraan dan keadilan yang bersifat dhohir, maka kesadaran sosial yang termuat dalam Risalah Ramadhan lebih banyak menyasar pada asas pengetahuan sekaligus pengalaman personal sehingga merekognisi dan merekondisi pemahaman atas keadaan sosial. Perubahan paradigma atas pentingnya tradisi melek literasi untuk menghadapi rentetan sosial adalah tujuannya.

Ada pun konteks menyambung tali persaudaraan dalam hal ini fokus mengindentifikasi semua anggota SPK Tulungagung untuk saling mengenal dan mengakrabi. Dengan adanya program Risalah Ramadhan ini tentu satu sama lain akan lebih mudah mengenal siapa saja anggota keluarga lainnya yang sama-sama bernaung di rumah yang sama. Bukan hanya mengenal nama, namun juga wajah, latar belakang, karakteristik dan corak berpikir yang dapat diamati melalui jamuan karya tulisannya. Yang demikian berlaku untuk para anggota SPK yang telah berkontribusi.

Sementara tujuan utama dari Risalah Ramadhan adalah menyadarkan kembali masing-masing anggota bahwa SPK Tulungagung adalah rumah tercinta yang harus dirawat dan dimaksimalkan betul fungsi sekaligus manfaatnya untuk pemberdayaan kapasitas diri. Rumah bersama untuk terus berproses, berdaya dan menempa geliat literasi dengan cara bersinergi. Namun demikian SPK bukan sekadar zona nyaman berdiam diri tapi juga klinik yang dalam waktu bersamaan mampu menjadi tempat bernaung sekaligus "menyembuhkan" penyakit kambuhan satu sama lain dikala mengalami fluktuatif bahkan kebuntuan semangat berkarya.

Selaiknya rumah maka harus ada interaksi, partisipasi dan perasaan saling memiliki  yang diekspresikan seluruh penghuni sebagai bagian di dalamnya. Saling berbagi informasi, bertegur sapa, dan bertukar gagasan sudah seharusnya menjadi hidangan bersama. Acuh tak acuh, tak berpartisipasi dan berdiam diri tak bergeming saya kira adalah sikap yang harus kita tinggalkan bersama. Mari belajar,  berproses dan terus bersinergi untuk terus menata langkah dengan bergandengan tangan merupakan solusi jitu yang harus kita lakukan.

Tentang Strategi Menulis

Pasifnya mayoritas penghuni dalam berkarya adalah fakta yang belakangan kita saksikan bersama di grup WhatsApp SPK Tulungagung. Yang demikian tampak dari minimnya berbagi tautan karya yang dimuat di laman blog masing-masing anggota. Hanya ada segelintir saja yang tampak konsistensi berbagi tautan karya. Itu pun hanya satu dua saja. Diisi oleh orang-orang sama. Saya kira, tak perlu disebutkan itu siapa, sebab yang demikian telah menjadi rahasia umum bagi penghuni grup.

Ada banyak alasan mengapa hal itu terjadi. Jika boleh berkhusnudzan mungkin waktu kawan-kawan lebih banyak tersita oleh kesibukan yang masing-masing geluti. Entah apa pun itu kesibukan profesinya. Namun hemat saya yang demikian bukan benar-benar alasan yang dapat dikompromikan begitu saja sebab masih banyak orang yang super sibuk justru mampu tetap produktif berkarya. Dalam hal ini komitmen dan jam terbang tinggi menjadi perbedaan mendasar di antara keduanya. Antara penulis pemula dan kawakan benar-benar berbeda.

Dalam konteks ini dibutuhkan strategi jitu untuk memantik geliat literasi masing-masing anggota yang ada. Setiap orang yang memutuskan diri bergabung menjadi penghuni grup WhatsApp SPK Tulungagung saya kira memiliki niat, tekad dan semangat untuk menggeluti dunia literasi. Meski kemudian dalam prakteknya harus memilih menjadi anggota yang aktif-parsitipatif, pasif atau pun silent reader semata-mata. Kategori anggota grup yang pasif dan silent reader ini yang saya kira harus berbenah diri dengan segera. Sebab jika tidak, tidak akan ada peningkatan kemampuan dan kualitas literasi diri yang signifikan.

Dengan maksud menyadarkan--mengingatkan, merenungkan dan mendekonstruksi--kembali tujuan awal masing-masing diri bergabung dengan grup SPK Tulungagung sebagai sarana meniti jalan transformasi diri untuk menjadi seorang penulis, maka program Risalah Ramadhan berbicara banyak tentang strategi menulis. Strategi menulis seperti apa yang ditawarkan Risalah Ramadhan? Yakni dengan cara menulis sebanyak 3-5 paragraf setiap hari. Topik pembahasan pun  tidak muluk-muluk, melainkan tentang apa yang sedang kita jalani. Pak Suprianto merupakan contoh representatif dalam mengimplementasikan strategi menulis model ini.

Selain memantik geliat literasi yang telah tumbuh dalam diri masing-masing anggota, setidaknya melalui program terbaru ini mampu menjadi gelanggang kontestasi skill menulis seluruh penghuni grup. Kesempatan terbuka lebar bagi siapa pun yang mau memulai bergerak untuk berproses. Semua orang memiliki kesempatan yang sama, yang membedakan hanya persoalan mau melangkah dan memanfaatkan kesempatan yang ada atau tidak.  

32 tulisan yang terhimpun dalam buku ini menunjukkan bahwa tidak sampai dari setengah anggota SPK Tulungagung yang tergabung ke dalam grup dapat dikatakan aktif-parsitipatif. Jumlah kontributor tulisan ini pun jika disaring lebih jauh hanya segelintir saja yang menyetorkan tulisan secara sukarela. Selebihnya tulisan-tulisan itu datang karena inisiatif metode jemput bola.

Terlepas dari metode apa pun tulisan yang telah terhimpun itu datang, saya--mewakili pengurus SPK Tulungagung--mengucapkan banyak terima kasih kepada para kontributor Risalah Ramadhan. Semoga 32 tulisan ini menjadi bukti nyata bahwa bulan suci Ramadhan yang telah kita lalui itu benar-benar telah dimaksimalkan dengan baik. Besar harapan saya, himpunan Risalah Ramadhan tahun 2023 ini mampu menjadi bahan mendisiplinkan diri sekaligus amal jariyah kelak bahwa dari tahun ke tahun kita semakin baik.

Ciamis, 28 April 2023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun