Mohon tunggu...
Roni Ramlan
Roni Ramlan Mohon Tunggu... Freelancer, Guru - Pembelajar bahasa kehidupan

Pemilik nama pena Dewar alhafiz ini adalah perantau di tanah orang. Silakan nikmati pula coretannya di https://dewaralhafiz.blogspot.com dan https://artikula.id/dewar/enam-hal-yang-tidak-harus-diumbar-di-media-sosial/.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Hakikat Risalah Ramadhan

9 Mei 2023   05:15 Diperbarui: 9 Mei 2023   05:22 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Alasan dan Tujuan

Risalah Ramadhan dirancang bukan di ruang yang hampa, sehingga terdapat beberapa alasan dan tujuan yang melambari ide itu harus direalisasikan. Alasan pertama, Ramadan adalah momentum perubahan diri. Muhammad Irfan Helmy dalam buku Cermin Muslim menegaskan bahwa tidak ada alasan seorang muslim tidak mengagungkan Ramadan. Hal itu terjadi karena Ramadan adalah sayyid al-syuhur, bulan istimewa dan penuh berkah. Maka tak ayal jika kemudian
Ramadan dinisbatkan sebagai momentum perubahan diri.

Perubahan berlangsung melalui proses penempaan diri selama Ramadan yang menumbuhkan kekuatan untuk terlepas dari kekang keburukan yang terbenam di dalam diri sehingga setiap muslim mampu reorientasi menuju fitrah manusia yang hakiki. Entitas hamba yang suci. Memaksimalkan ibadah pada bulan Ramadan adalah salah satu upaya yang dipandang ampuh untuk mencapai perubahan diri. Mengkaji pengetahuan agama utamanya tentang Ramadan itu sendiri adalah satu bentuk aktivitas keutamaan, (2020: 60-62).

Bentuk aktivitas keutamaan tersebut termasuk di dalamnya tatkala kita memanfaatkan Ramadan sebagai ajang mengkaji-melatih kemampuan dalam berliterasi: menumpahkan renungan, gagasan dan pemikiran melalui tulisan. Selain terhindar dari keburukan, melalui aktivitas mengkaji dan menulis, tentu Ramadan yang kita jalani akan kian terasa istimewa tatkala mampu meng-upgrade kapasitas diri sekaligus meninggalkan jejak yang baik. Utamanya memberikan kemanfaatan kepada khalayak ramai. Sebagaimana dalam hadits disebutkan: "Sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi yang lain".

Perubahan diri tersebut tentu tidak akan bermakna jika terhenti pada level sementara. Terhenti seiring berakhirnya bulan suci Ramadan. Maka perubahan diri yang baik adalah yang istikamah dan terdisiplinkan. Dalam hal ini saya sepakat dengan pendangan Prof. Naim (2023: 6-7) yang mengutip Turner dan Asad (1994) bahwa puasa adalah contoh konkret ibadah yang sarat dengan kedisiplinan. Ajaran yang menempa setiap diri pemeluknya untuk disiplin sehingga menjadi kepribadian yang bersangkutan.

Tradisi mengkaji dan menulis yang dilakukan selama Ramadan ini yang berusaha dipancangkan kuat dalam setiap pribadi--baik kontributor tulisan dan khalayak pembaca--yang memungkinkan rangkaian edisi Risalah Ramadhan yang ditawarkan menjadi inspirasi. Selain menaruh harapan besar mampu menambah kuantitas "manusia langka", menambah ghirah kemanfaatan atas menggeluti dunia literasi terhadap sesama juga mampu menjadi jembatan dalam meningkatkan kedisiplinan diri dalam menulis-berkarya kawan-kawan anggota SPK Tulungagung. Inilah yang saya sebut sebagai alasan yang kedua.

Adapun untuk mendedahkan alasan yang ketiga saya ingin meminjam pandangan Jalaluddin Rakhmat terkait pesan moral puasa sebagaimana dalam Madrasah Ruhaniah (2005: 41-44). Menurut beliau, jika merujuk pada hadits Nabi SAW makna puasa bukan semata-mata menjalankan syariat Islam seperti ketentuan fiqih, melainkan turut memunculkan kesadaran sosial, menyambung tali persaudaraan dan mengembalikan ruh pada kesucian.

Semangat yang tersemat dalam makna puasa sebagai ajang memunculkan kesadaran sosial dan menyambung tali persaudaraan inilah yang berusaha dibumikan dalam program Risalah Ramadhan. Tentu semangat memunculkan kesadaran sosial dan menyambung tali persaudaraan dalam  konteks ini lebih sempit dan sederhana.

Jika dalam konteks puasa Ramadan kesadaran sosial determinasi pada  kemerdekaan kaum mustadafin yang kompleks: pemenuhan kesejahteraan dan keadilan yang bersifat dhohir, maka kesadaran sosial yang termuat dalam Risalah Ramadhan lebih banyak menyasar pada asas pengetahuan sekaligus pengalaman personal sehingga merekognisi dan merekondisi pemahaman atas keadaan sosial. Perubahan paradigma atas pentingnya tradisi melek literasi untuk menghadapi rentetan sosial adalah tujuannya.

Ada pun konteks menyambung tali persaudaraan dalam hal ini fokus mengindentifikasi semua anggota SPK Tulungagung untuk saling mengenal dan mengakrabi. Dengan adanya program Risalah Ramadhan ini tentu satu sama lain akan lebih mudah mengenal siapa saja anggota keluarga lainnya yang sama-sama bernaung di rumah yang sama. Bukan hanya mengenal nama, namun juga wajah, latar belakang, karakteristik dan corak berpikir yang dapat diamati melalui jamuan karya tulisannya. Yang demikian berlaku untuk para anggota SPK yang telah berkontribusi.

Sementara tujuan utama dari Risalah Ramadhan adalah menyadarkan kembali masing-masing anggota bahwa SPK Tulungagung adalah rumah tercinta yang harus dirawat dan dimaksimalkan betul fungsi sekaligus manfaatnya untuk pemberdayaan kapasitas diri. Rumah bersama untuk terus berproses, berdaya dan menempa geliat literasi dengan cara bersinergi. Namun demikian SPK bukan sekadar zona nyaman berdiam diri tapi juga klinik yang dalam waktu bersamaan mampu menjadi tempat bernaung sekaligus "menyembuhkan" penyakit kambuhan satu sama lain dikala mengalami fluktuatif bahkan kebuntuan semangat berkarya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun