Melalui sistem bergiliran sesuai dengan jenjang kelas ini, setidaknya petugas protokoler upacara bendera memiliki cadangan jika sebagian yang lain berhalangan hadir. Di samping itu para siswa juga akan mempunyai kemampuan dan pengetahuan yang baik tentang perhelatan upacara bendera karena kerap dilatih dengan porsi yang sama.Â
Sedangkan regenerasi petugas protokoler upacara bendera dengan sistem sulam tambal, pelatih upacara bisa mengombinasikan petugas protokoler dari jenjang kelas yang berbeda. Sebagai contohnya, pimpinan upacara diambil dari kelas 6, petugas pembaca Undang-undang Dasar 1945 dan doa dari kelas 5, petugas pembaca teks Pancasila, Drijen, dan pimpinan pasukan dari kelas 4.Â
Melalui sistem sulam tambal ini para petugas protokoler upacara bendera akan jauh lebih efektif, disiplin dan bertanggung jawab. Hal ini disebabkan masing-masing petugas protokoler adalah representatif dari jenjang kelas mereka. Orang-orang pilihan yang dipandang mumpuni dan berkesempatan banyak berkolaborasi dengan kakak tingkatnya. Alhasil, sistem sulam tambal ini memberikan keuntungan personal dari segi pengalaman bagi para pengampunya.Â
Lain halnya dengan latihan baris-berbaris (LBB). Latihan baris-berbaris menurut Ibu Sutikah dapat disiasati dan dimaksimalkan proses latihannya, salah satunya, dengan cara disisipkan dalam materi pelajaran PJOK. Keuntungan itu ditinjau dari mata pelajaran PJOK yang memang termasuk mata pelajaran untuk semua jenjang kelas.Â
Status mata pelajaran PJOK yang demikian memudahkan proses latihan baris-berbaris yang mungkin dapat dilakukan oleh semua jenjang kelas secara merata. Alhasil, proses latihan baris-berbaris yang digalakkan dalam pelajaran PJOK dapat disempurnakan lebih lanjut melalui latihan persiapan upacara bendera. Penempaan merata yang berskala itu dipandang jauh lebih efektif.Â
Sedangkan untuk upaya persiapan lagu nasional wajib dalam upacara bendera dapat disisipkan dalam mata pelajaran SBdP. Dalam mempelajari materi nada dan lagu, para siswa dapat difokuskan untuk mempelajari lagu-lagu nasional wajib. Lagu-lagu nasional itu lantas ditulis dan dinyanyikan bersama-sama hingga para siswa benar-benar hafal.Â
Penyisipan lagu nasional ini sebenarnya tidak hanya bisa disisipkan pada mata pelajaran SBdP, namun juga dapat diaplikasikan ke dalam mata pelajaran umum lainnya. Misalnya saja dapat dijadikan sebagai apresiasi sebelum atau pun sesudah proses pembelajaran dihelat.Â
Dengan mengimplementasikan tiga poin penting tersebut ke dalam sesi pelajaran, menurut Ibu Sutikah, proses perhelatan upacara bendera selanjutnya akan jauh lebih berkualitas, efektivitas dan efisiensi. Tidak hanya berkutat pada level mengugurkan tugas: terlaksana atau tidak, melainkan semua petugas protokoler upacara bendera juga akan mengalami peningkatan kualitas. Baik dalam hal regenerasi petugas, kedisiplinan dan penghayatan dalam prosesi upacara bendera.Â
Tulungagung, 15 Maret 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H