Kurang lebih beberapa kali pertemuan dalam satu bulan dewan asatidz merumuskan bagaimana teknis pelaksanaan kegiatan agenda out class dapat terealisasi. Sebagai puncaknya dewan asatidz melakukan komunikasi dua arah; konfirmasi dan koordinasi untuk meninjau bagaimana tanggapan yang diberikan oleh ketua yayasan dan pihak wali santri terkait usulan untuk mengadakan agenda out class.Â
Tentu saja, tidak sekadar berkutat pada masalah tanggapan melainkan juga mematangkan persiapan sekaligus menuntaskan perlengkapan yang dibutuhkan selama agenda kegiatan out class di lapangan. Komunikasi secara intensif dilakukan oleh Mas Zakaria dan Mbak Febri, selaku ketua dan sekretaris lembaga. Sedang saya dan teman-teman yang lain fokus mematangkan pernak-pernik acara yang harus ditata.
Seminggu kemudian hari H tiba. Minggu, 14 Mei 2019 adalah tanggal perdana agenda out class dilaksanakan. Agenda out class perdana ini dihelat di destinasi wisata alam, Lumbung Tumpang. Seingat saya, kala itu musala Baitussalam sebagai titik tolak pemberangkatan. Di pelataran musala Baitussalam tampak dua mobil kijang pribadi wali santri terparkir. Sedangkan dua mobil lainnya terparkir di seberang jalan raya. Partisipan out class (santri, wali santri dan dewan asatidz) dengan sabar saling menunggu kelengkapan personil.
Dewan asatidz selaku panitia pelaksana acara pun tidak lepas dari bersibuk ria. Selain menajaga komunikasi dua arah, panitia juga sibuk melakukan absensi dan menghitung perlengkapan yang dibutuhkan dan dipastikan sudah dibawa. Mulanya pihak panitia berpikir "ngotot dan legowo" akan mengendarai sepeda motor untuk menuju lokasi jika mobil yang tersedia dinyatakan penuh. Akan tetapi takdir menuntun kami untuk bernafas lega, karena ternyata Pak Imron (selaku ketua yayasan Spirit Dakwah Indonesia Tulungagung) mengikuti acara dengan mengendarai mobil kijang pribadinya. Sehingga beliau menginstruksikan dewan asatidz untuk bergabung dengan dua putra kembarnya di kursi belakang.
Setelah personil lengkap, lantas rombongan partisipan out class dibagi menjadi 5 mobil. 5 Mobil kijang lgx lebih tepatnya. Dengan rincian, 4 mobil kijang pribadi wali santri diisi oleh santri dan wali santri sedangkan 1 mobil kijang pribadi milik Pak Imron mengangkut dua putra kembarnya dan dewan asatidz. Sebelum berangkat, dewan asatidz memastikan seluruh partisipan telah benar-benar terangkut. Tak hanya itu, bahkan untuk meminimalisir adanya personil yang ketinggalan, sempat pula kami membuat qola-qola (pengumuman) di dalam grup WhatsApp wali santri.
Setelah kurang lebih 40 menit menempuh perjalanan akhirnya kami sampai di Lumbung Tumpang. Kelima mobil diparkir berdampingan tepat di pintu masuk destinasi. Kebetulan di sana tidak ada tukang parkir ataupun penjaga (pengelola) wisata, sehingga kami pun masuk secara gratis. Tidak tarif penyewaan lokasi untuk perhelatan acara out class perdana ini.
Semua partisipan mulai memasuki hutan yang dipenuhi pohon Pinus. Di pintu gerbang tampak kata sambutan yang tergantung, "Selamat datang di wisata alam Lumbung Tumpang". Sedangkan di beberapa pohon Pinus kami menemukan ayunan yang sengaja dibuat dan disediakan oleh pihak pengelola. Sepanjang langkah menuju pusat (jantung dari destinasi wisata) Lumbung Tumpang mata kami dimanjakan dengan hidangan keasrian dan kesejukan lingkungan yang terhampar di sana. Mungkin demikian kesan pertama yang kami tangkap dari Lumbung Tumpang.
Akhirnya kami pun berusaha menggelar terpal yang berukuran cukup lebar di pusat destinasi sebagai alas. Lantas, persis di atas terpal itu beberapa tikar kami gelar. Sound sistem sebagai pengeras suara dan sumber informasi kami tata sedemikian rupa. Meski demikian, tempat duduk santri, wali santri dan dewan asatidz kami tata sedikit tersekat dengan jarak. Hal itu sengaja kami lakukan untuk mempermudah proses inti dari dihelatnya out class.
Setelah perlengkapan dan tempat tertata sedemikian rupa kami pun mulai membuka acara out class. Salam dan pelafalan surah Al Fatihah kami panjatkan sebagai pembuka. Lantas disambung dengan melakukan pemanasan yang dipimpin oleh beberapa orang panitia. Pemanasan selesai, santri dipersilakan duduk di tempat masing-masing sekaligus diinstruksikan mempersiapkan seluruh perlengkapan untuk mewarnai gambar. Meja lipat dan crayon sudah tersedia di hadapan masing-masing santri. Sementara gambar yang sebelumnya telah dipersiapkan dibagikan oleh pihak panitia.
Tak lama dari itu semua santri sibuk mewarnai gambar masing-masing sedang dewan asatidz sibuk menata konsumsi yang ada. Satu-dua panitia bertugas mendokumentasikan acara. Di sudut lain tampak dua aktivitas yang dilakukan wali santri: Gayeng memintal obrolan tentang satu tema dan menyicipi hidangan yang mereka bawa. Secara pribadi saya melihat acara out class perdana ini berhasil mengakrabkan sekaligus mempererat tali silaturahmi di antara wali santri. Pak Imron dan beberapa wali santri laki-laki turut luput dalam obrolan hangat sembari mengawasi kedua putranya yang menikmati suasana.