Mohon tunggu...
Roni Ramlan
Roni Ramlan Mohon Tunggu... Freelancer, Guru - Pembelajar bahasa kehidupan

Pemilik nama pena Dewar alhafiz ini adalah perantau di tanah orang. Silakan nikmati pula coretannya di https://dewaralhafiz.blogspot.com dan https://artikula.id/dewar/enam-hal-yang-tidak-harus-diumbar-di-media-sosial/.

Selanjutnya

Tutup

Book

Di Balik Layar Menulis Buku

16 Desember 2022   08:33 Diperbarui: 16 Desember 2022   08:57 360
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Dokumentasi pribadi: buku yang diresensi)

Sebagai gambaran kecil, misalnya tulisan Aam Nurhasanah (kepala sekolah SMPS Mathla UI Hidayah Cipanas) dengan judul Buah Literasiku. Bercermin dari pengalaman subjektif, beliau memandang bahwa langkah efektif untuk mampu melahirkan buku solo kita harus terlebih dahulu terbiasa mengasah potensi menulis. Potensi itu diasah dan dilatih secara rutin dengan ikut andil dalam penerbitan buku antologi.

Hal itu perlu dilakukan mengingat menerbitkan buku antologi dipersepsikan lebih mudah dalam prosesnya. Lebih cepat penulisannya daripada buku solo. Keikutsertaan dalam menulis buku antologi ini akan banyak kita temukan tatkala kita bergabung dengan komunitas literasi yang memiliki visi-misi yang jelas, mengayomi dan visioner, (hlm. 1-5).

Lain halnya dengan bumbu rahasia yang disodorkan Ekka Zahra Puspita Dewi dalam tulisannya yang berjudul Seputar Menulis, Komunitas dan Outline Buku. Penulis buku The Puzzle of life ini berpandangan bahwa kelahiran sebuah buku dari seorang penulis mula-mula banyak dipengaruhi faktor eksternal.

Faktor eksternal ini mencakup motivasi dan circle support. Motivasi eksternal akan dengan mudah kita dapatkan manakala kerap kali berpartisipasi aktif dalam seminar, pelatihan dan workshop kepenulisan atau jurnalistik. Sedangkan circle support dapat dituai manfaatnya manakala kita memutuskan diri bergabung menjadi bagian dari komunitas literasi.

Dari kedua sumber itu tampaknya sudah cukup menjadi modal seseorang untuk mulai menginjakkan kaki pada tahapan penting dalam menulis sebuah buku. Poin penting tersebut yakni membuat outline karya. Outline karya bermakna konsep dasar dan kerangka karangan yang hendak kita tulis.

Melalui outline karya inilah seorang penulis akan bekerja sembari menjaga koherensi di antara topik dengan sub tema. Sementara gayengnya dan istikamah dalam menyeimbangkan antara membaca dan menulis adalah resep rahasia dalam menjaga kualitas tulisan agar tetap berbobot dan bergizi, (hlm. 35-41).

Kedua contoh tersebut setidaknya akan memberikan informasi, inspirasi dan motivasi kepada khalayak pembaca tentang bagaimana proses panjang melahirkan buku. Tidak hanya skill yang harus diperhatikan dan ditingkatkan, melainkan banyak faktor lainnya yang perlu disiapkan sekaligus dikendalikan.

Kendati demikian, buku antologi ini bukan berarti kehadirannya: dari bentuk fisik dan konten sempurna tanpa cacat. Setelah diobservasi lebih lanjut, terdapat beberapa kekurangan yang melekat pada buku tersebut. Hemat saya, beberapa kekurangan tersebut terdapat dalam muatan konten.

Pertama, terjadi kekeliruan penomoran halaman dalam daftar isi. Daftar isi yang terletak pada halaman x dituliskan berada pada halaman xi. Meski yang keliru satu angka tetap saja kekeliruan itu akan membuat pembaca sedikit mengernyitkan dahi, pertanda kurang nyaman.

Kedua, ditemukannya kurang spasi antara titik di akhir kalimat dengan kata awal kalimat selanjutnya. Kekurang ini terdapat pada baris keenam, paragraf kedua, halaman 3. Lebih tepatnya pada tulisan Aam Nurhasanah dengan judul Buah Literasiku.

Selain titik dan kata awal kalimat yang bergandengan, ada pula kata yang bergandengan. Misalnya pada baris kedua, paragraf kedua, halaman 7 dalam tulisan Ahmad Saifudin. Baris keempat dan keenam paragraf kedua, halaman lima belas dalam tulisan Alfin Arma.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun