Mohon tunggu...
Roni Ramlan
Roni Ramlan Mohon Tunggu... Freelancer, Guru - Pembelajar bahasa kehidupan

Pemilik nama pena Dewar alhafiz ini adalah perantau di tanah orang. Silakan nikmati pula coretannya di https://dewaralhafiz.blogspot.com dan https://artikula.id/dewar/enam-hal-yang-tidak-harus-diumbar-di-media-sosial/.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Agenda Out Class TPQLB Spirit Dakwah Indonesia

12 September 2022   10:32 Diperbarui: 12 September 2022   11:07 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto dokumentasi pribadi: para santri out class di Bukit Doho Kediri

Tidak hanya memiliki jadwal pembelajaran mengaji mingguan secara kontinyu, pada kenyataannya TPQLB Spirit Dakwah Indonesia Tulungagung juga memiliki jadwal pembelajaran bulanan yang dihelat di luar ruangan. Belajar di alam terbuka lebih tepatnya. Kami menyebut agenda bulanan tersebut dengan istilah out class.

Agenda out class sendiri dilakukan setiap tiga bulan sekali. Adapun masalah tempat bersifat fleksibelitas. Di mana pun bisa jadi. Asalkan dengan catatan, agenda out class itu telah dimusyawarahkan terlebih dahulu dengan dewan asatidz, wali santri dan ketua yayasan tercinta.

Kenapa harus demikian? Sebab agenda out class sendiri berjalan di bawah naungan nama lembaga. Sehingga dalam penyelenggaraan pun harus terproyeksikan secara jelas, semua kebutuhan dipersiapkan dengan baik dan segala bentuk kemungkinan yang terjadi harus siap diantisipasi. 

Kesalingan, solidaritas dan mengutamakan gotong royong dalam kerja dari semua elemen sangat dibutuhkan untuk menunjang keberhasilan agenda.

Agenda out class sebenarnya program besutan baru yang dirancang semenjak kepindahan TPQLB Spirit Dakwah Indonesia Tulungagung ke musala Baitussalam. 

Kala itu, dewan asatidz lama: saya, Mas Zakaria dan Mbak Febri berusaha mencari solusi terbaik untuk memberikan kesan yang berbeda dan menjadikan belajar sebagai candu sekaligus membakar semangat para santri yang mulai loyo dengan agenda kegiatan yang dilakukan di alam terbuka. Dari sanalah tercetus ide untuk membuat agenda out class yang dihelat setiap tiga bulan sekali.

Setidaknya terdapat beberapa alasan mengapa kala itu kami membuat agenda out class. Di antaranya ialah: satu, berusaha mengobati kejenuhan pembelajaran mengaji di dalam ruangan. Tampaknya sudah menjadi rahasia umum, jika kegiatan pembelajaran mengaji sudah biasa diselenggarakan di dalam satu ruangan. 

Kebiasaan itu saya kira sudah diamini bersama dengan penuh kekhusyukan. Maka sebagai dampaknya, para santri akan mudah jenuh, bosan dan semacam mendikte dirinya sendiri untuk keluar mencari angin segar dari suasana tempat yang monoton.

Alhasil, tidak heran jika kemudian berbagai macam tindakan nyeleneh mulai santri galakkan. Misalnya saja jail, usil, celomes dan lain sebagainya menjadi sikap baru yang dilakukan oleh segelintir santri tertentu terhadap santri lainnya. Semua itu spontanitas mereka lakukan untuk membangun sensasi baru dengan suasana tempat yang sama setiap harinya. Hemat saya, belajar di ruang terbuka dan asri menjadi salah satu solusinya.

Dua, memantik dan menjaga semangat santri supaya konsistensi mau belajar mengaji di TPQLB Spirit Dakwah Indonesia Tulungagung. Semangat yang fluktuatif dalam mengerjakan rutinitas adalah sesuatu hal yang wajar. Akan tetapi semangat yang fluktuatif tersebut dapat diatasi manakala dijembatani oleh agenda yang menjanjikan petualangan fantasi, membebaskan sekaligus merefresh diri dalam skala waktu yang terjadwalkan. Seperti agenda out class salah satunya.

Tiga, sebagai ajang pengembangan potensi dan kreativitas masing-masing santri.

Dengan adanya agenda out class ini setidaknya para santri merasa termotivasi dan ter-upgrade pengalaman afektif dan psikomotoriknya, sebab secara implisit mereka memiliki jadwal tetap belajar di alam terbuka.

Tempat baru yang mungkin belum dieksplorasi dan belum pernah dikunjunginya. Selain liburan tipis-tipis, agenda ini juga menambah wawasan--kolektivitas data, identifikasi benda-benda asing dan suasana alam yang ada di lingkungan sekitarnya--tentu bercengkrama dengan alam terbuka dapat membantu mengembangkan potensi dan kreativitas yang ada di dalam diri masing-masing santri.

Lantas bagaimana cara kerja alam dapat membantu mengembangkan pontesi dan kreativitas masing-masing santri? Hal itu dapat dimulai dengan merasakan dan menghayati bahwa kehadiran mereka selalu disambut baik oleh alam. Mereka tidak hidup sendirian. Tidak ada perbedaan antara dirinya sebagai manusia dan alam. 

Alam dan dirinya adalah satu kesatuan yang diciptakan Tuhan untuk membentuk harmonisasi yang sering disebut sebagai unit kehidupan. Satu sama lain saling ketergantungan; saling membutuhkan. Dalam diri manusia terdapat unsur yang sama dengan alam. Begitupun sebaliknya. Bahkan, terlalu banyak fakta-fakta unik selalu tertuang di ruang yang belum pernah mereka tapaki dan rasakan.

Penyingkapan fakta alam itu setidaknya membuka cakrawala pengetahuan dan petualangan imaji para santri bahwa di luar lingkungan sekitar yang menjadi tempat berpijaknya kaki mereka masih terbentang luas hal-hal baru yang harus diperhatikan. 

Hal asing yang melambai-lambai lama meminta untuk mengisi bagian-bagian tubuh tertentu yang kita sebut sebagai kebodohan. Lingkungan biotik yang memasrahkan diri untuk dieksplorasi. Satu media yang menjembatani tercerapnya pengetahuan dari Sang Maha Tahu yang dititipkan pada hal yang kerap kita sebut sebatas tumbuhan tak bernyawa.

Pepohonan yang rindang menjadi simbol bahwa kehidupan manusia di dunia harus dijalani dengan penuh ketenangan. Hidup berdampingan dengan masyarakat sekitar selalu fokus pada tujuan meneduhkan. Persoalan-persoalan yang hadir dalam hidup bukan untuk pelan-pelan dilupakan melainkan dihadapi dengan penuh kebijaksanaan.

Selaiknya kita belajar menghadapi hidup dari banyaknya cabang dan ranting pohon, bahwa sederas apa pun masalah yang menerpa diri, sebenarnya pintu-pintu solusi telah banyak menunggu kedatangan kita di saat dan kondisi yang tepat. Yang perlu kita lakukan adalah terus berjalan dengan penuh ketulusan dan positif thinking meski diri ringkih akan luka yang tampak tak bertepi.

Perumputan hijau yang terhampar mengajarkan kepada kita semua bahwa hidup adalah sebuah proses yang berorientasi memberikan kemanfaatan. Tanpa pandang bulu siapa yang akan menerima derma yang kita lakukan. Di mana pun ia tumbuh di sanalah selaiknya masing-masing manusia memberi derma dalam wujud kemanfaatan. Sebagaimana rumput hijau, menguning dan lapuk pada waktunya.

Angin segar yang berhembus menjadi pengingat kepada khalayak santri, bahwa dalam memberi kemanfaatan ataupun kebaikan kepada siapa pun tidak boleh dikenang. Terlebih-lebih menjadi biang yang dibanggakan, menjadikan diri jumawa dan modus operandi meraup keuntungan yang diprediksikan. Belajarlah dari angin, memberikan kesegaran dalam waktu yang tepat dan dibutuhkan. Memberi dengan penuh ketulusan meski tanpa ada kata terima kasih.

Sedangkan kicau dan lalu lalang burung mengajarkan kepada kita semua bahwa, filosofis hidup di dunia selalu dalam keramaian, meramaikan dan diramaikan kendati wujud asalnya semata-mata ketiadaan.

Kadangkala kita dengan sengaja menghampiri orang atas dasar selimut kepentingan; mencangking dahaga kebutuhan; datang hendak mengambil manfaat yang dimiliki orang lain atau mungkin sebaliknya, orang lain ujug-ujug datang tanpa kita inginkan. 

Dalam konteks sebagai makhluk sosial itulah sesungguhnya para santri dan yang lainnya sama: sama-sama ingin menjadi bagian dari sistem hidup satu sama lain. Saling memengaruhi dan mengambil peran.

Mengapa demikian? Karena memang proses kehidupan manusia tak luput dari kepentingan. Seseorang cenderung dibentuk dari besaran pengaruh, peran dan kepentingan yang meramaikan (mengitari) lingkungan hidupnya. Maka selaiknya para santri juga harus pandai memahami posisi dalam setiap keadaan. Baik itu tatkala mereka berperan sebagai sosok yang meramaikan, diramaikan ataupun keramaian hiruk-pikuk kehidupan sehari-hari sebagai bagian dari elemen masyarakat.

Empat, sarana mempererat hubungan persaudaraan di antara keluarga besar TPQLB Spirit Dakwah Indonesia Tulungagung. Tak jarang, agenda out class ini menjadi sarana yang efektif dalam membangun komunikasi, kerja sama dan solidaritas di antara semua elemen sumber daya manusia yang ada di TPQLB.

Baik itu hubungan interaktif kolektivitas dalam kelompok kecil atau pun besar; keintiman internal maupun eksternal; hubungan deferensiasi ataupun struktural. Mulai dari hubungan persaudaraan di antara: dewan asatidz, wali santri dan santri. Keintiman dua arah antara dewan asatidz dengan santri; dewan asatidz dengan wali santri; dewan asatidz dengan ketua yayasan.

Selama empat tahun berjalan mengabdikan diri di TPQLB Spirit Dakwah Indonesia Tulungagung, setelah saya cermati ternyata sejauh ini TPQLB baru menghelat tiga kali agenda out class di tempat yang berbeda. Ketiga out class itu dilakukan tepat di tahun pertama dan kedua setelah kepindahan TPQLB Spirit Dakwah Indonesia Tulungagung ke musala Baitussalam. 

Sisanya agenda out class stagnansi karena terhalang keganasan pandemi Covid-19. Adapun ketiga out class tersebut yakni dilakukan di Lumbung Tumpang, Taman Jurang Senggani dan Bukit Doho Indah. Untuk lebih jelasnya, masing-masing agenda out class tersebut akan diulas pada catatan selanjutnya.

Tulungagung, 12 September 2022

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun