Mohon tunggu...
Roni Ramlan
Roni Ramlan Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar sejati, penulis dan pegiat literasi

Pemilik nama pena Dewar alhafiz ini adalah perantau di tanah orang. Silakan nikmati pula coretannya di https://dewaralhafiz.blogspot.com dan https://artikula.id/dewar/enam-hal-yang-tidak-harus-diumbar-di-media-sosial/.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Enam Kunci Utama dalam Proses Menulis Menurut Prof. Naim

2 September 2022   20:37 Diperbarui: 2 September 2022   20:52 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pendek kata, kuantitas jam terbang menjadikan seorang penulis giat belajar dan berusaha menaklukkan tantangan yang belum pernah dihadapinya. Kuantitas jam terbang secara implisit menjadikan aktivitas menulis mendarah daging di dalam diri penulis (tradisi). Aktivis menulis yang telah menjadi tradisi itu lantas membuat proses menulis lebih terasa ringan. Bukan sebaliknya, menulis atas dasar paksaan, dipandang sebagai beban dan kesulitan yang sukar untuk dipecahkan.

Dalam konteks sebagai manusia pembelajar sejati, tradisi menulis tersebut dipandang sebagai kesadaran atas nikmat Tuhan yang tidak boleh terlewatkan, terlebih melupakannya adalah sikap yang merugi. Kenapa tatkala kita melewatkan atau melupakan tradisi menulis disebut sebagai sikap yang merugi? Karena dengan menulis berarti kita sedang mensyukuri atas nikmat diberikannya akal, dititipkannya wawasan pengetahuan, tangan dan kesempatan.

Dari sana setidaknya kita bisa menangkap satu simpulan, bahwa salah satu tips mengatasi kesulitan dalam aktivitas menulis adalah dengan cara memiliki dan meningkatkan jam terbang. Intensitas praktek menulis dapat memudahkan seorang penulis mengindentifikasi sekaligus mengatasi berbagai macam kendala yang dihadapi dalam proses menulis. Sehingga rumusnya: semakin sering kita menulis maka akan meningkatkan kualitas, keterampilan dan pengalaman personal tentang menulis.

Kelima keterampilan (skill). Keterampilan dalam konteks ini berhubungan banyak dengan kemampuan dan cara seorang penulis menyelesaikan tulisannya. Seorang penulis pemula sudah barang tentu akan menghasilkan kualitas tulisan yang berbeda jauh dengan penulis kawakan. Salah satunya hal itu disebabkan karena level skill yang dimiliki oleh keduanya juga berbeda.

Penulis pemula atau amatiran tentu saja memiliki level keterampilan menulis yang masih terbatas dan terbata-bata, sehingga tak ayal jika kemudian banyak ditemukan kekeliruan, kesalahan dan ketidakmaksimalan di setiap ceruk tulisannya. Sebaliknya, penulis kawakan telah piawai (memiliki skill yang terasah), segudang pengalaman dan memiliki kualitas yang tidak perlu diragukan lagi.

Di samping itu, sudah dapat dipastikan penulis kawakan telah memiliki jam terbang yang tinggi, mempersepsikan menulis sebagai kegiatan yang menyenangkan, ringan dan nyaman dilakukan, memahami urgensi tradisi menulis, sampai dengan menjadikan menulis sebagai passion. Pertanyaan mendasarnya, bagaimana cara penulis pemula mengasah keterampilan menulis dalam dirinya?

Menurut Prof. Naim cara mengasah keterampilan menulis di dalam diri seorang penulis pemula yang paling ampuh adalah dengan banyak melakukan reflektif. Artinya kegiatan menulis itu sebaiknya dimulai dengan menuliskan sesuatu hal yang kita suka atau bisa. Mengapa demikian? Sebab masing-masing dari kita secara umum pasti memiliki pengetahuan yang memadai terkait segala sesuatu yang kita suka. Itu artinya apa yang kita tulisan bertumpu pada kemampuan dan wawasan pengetahuan kita. Bukan menulis tentang sesuatu hal yang tidak dikuasai dan jauh dari kemampuan diri kita.

Sementara yang terakhir ialah kepuasaan psikologis. Tatkala seseorang melakukan kegiatan menulis pada hakikatnya ia sedang meluapkan sengkarut emosi dan beban pikiran yang terbenam di dalam diri. Maka tak heran jika kemudian seorang penulis akan menemukan momentum "wow" dan plong setelah melakukan kegiatan menulis. Berkaitan dengan hal itu tak jarang seorang psikolog atau psikiater memberikan saran kepada pasiennya yang memiliki beban mental dan pikiran untuk menjadikan menulis sebagai sarana penyembuhan diri.

Hal itu mengingatkan saya kembali pada pernyataan alm. Hernowo Hasyim (salah satu penasehat SPK pusat terdahulu), bahwa menulis juga dapat digunakan sebagai media meluapkan emosi kemarahan yang melanda diri kita. Melalui tulisan kita bisa meluapkan segala bentuk distraksi, tekanan dan temperatur mental yang sedang bergejolak hebat. Untuk sesaat, tatkala kira marah, biarkanlah semua kata serampangan keluar dari otak dan hati kita melalui tuts keyboard. Selebihnya, jika ternyata tulisan buah dari kemarahan itu mengandung gagasan ide yang dapat dikembangkan lebih lanjut dapat diadopsi. Sedangkan jika tulisan buah kemarahan itu berisi kata-kata atau kalimat yang tak pantas dan tidak sesuai dengan kode etik, kita bisa tekan tombol control A kemudian delet.

Di samping itu, melalui kegiatan menulis sebenarnya seseorang sedang mengabadi  segenap sensasional indera personal atas peristiwa yang berkecamuk hebat di dalam diri. Misalnya saja seseorang yang menuliskan catatan perjalanannya berkunjung ke suatu tempat atau mengikuti kegiatan acara tertentu. Catatan perjalanan itu tentu tatkala dibaca kembali pada momentum tertentu akan menimbulkan perasaan puas tersendiri bagi seorang penulisnya.

Sementara keuntungan jangka panjang dari aspek psikologis akan dituai oleh seorang penulis tatkala tulisannya mendapatkan apresiasi, saran dan kritikan yang membangun bagi kontinuitas kualitas karyanya. Hadirnya feedback yang berupa apresiasi, saran dan kritik atas tulisan yang kita buat setidaknya akan meningkatkan kepercayaan diri, meningkatkan kesehatan mental dan kekuatan psikis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun