Koleksi ijazahku tersimpan rapi dalam pengagungan dan kehormatan
jenjak pendidikan yang kuenyam tidak sembarangan
orang-orang bilang, "biayanya mahal!" rentetan sidang skripsi harus ditebus dengan harga warisan yang paling disayang,
tanah berhektar-hektar pun raib digondol kebutuhan
sawah-sawah berpindah tangan kepemilikan.
Haqqul yakin, yang tersimpan dalam benak orangtuaku hanya satu
pun apa-apa yang tidak bisa menjadi mungkin teruntuk anak adalah kebalikan
sementara dalam pundakku yang bidang tertengger beribu-ribu harapan.Â
Cerita pilu dan nasib yang tak kunjung memihak pun mulai dipertanyakan.
Setelah menyandang gelar yang diidam-idamkan, aku terbelalak menatap dunia yang mendadak gahar
mendapat pekerjaan tak semudah membalikkan telapak tangan
lowongan kerja yang "srek" dengan gelar dan kemampuan ogah-ogahan berjabat tangan.
Bahkan aku sendiri tidak begitu yakin mampu mengingat sekaligus mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang telah kukeruk saat-saat duduk di bangku perkuliahan.
Sialnya, kini statusku menjadi pengangguran Ibu-bapakku kelimpungan
tetangga kiri-kanan, tak bosan-bosannya menjadikanku bahan olokan yang tak berkesudahan.Â
Sempat, satu waktu permusuhan datang ke hadapan
menawarkan keluargaku memutus tali persaudaraan dengan tetangga pemilik mulut ember yang bocornya keterlaluan.
Sumpah serapah sempat berhamburan
ingin menyumpal mulut ember tetangga dengan gaji pertamaku
mungkin karena sogokan, ia akan termakan caci maki sendiri yang dilolongkan ke setiap penjuru rumah dan halaman.Â
Esok hari keceriaan sempat membucah seujung kuku
seorang teman melayangkan posisi jabatan yang menjanjikan
namun uang muka 25 juta harus dikorbankan
edan!
Apa-apaan ini? Gila memang!Â
masuk kerja pun harus dimanipulasi
maksud mencari uang malah justru dipelontosi
kesempatan kerja harus dibeli.
Ohya, aku lupa
tak ada sanak famili yang menjabat
teman yang bekerja di birokrasi pun sudah lama tak bersua via kontak
duniaku terasa tamat, sedang aku bukan anak penjabat.
Sementara kesempatan berkarir telanjur diborong begundal-begundal tengik pelanggeng dinasti yang rakusnya tidak ketulungan.
Tertanda sang pencari kerja.
Tulungagung, 5 September 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H