Proses akad nikah akhirnya dilaksanakan di rumah mempelai wanita. Terhitung, hanya dihadiri 15 orang dari dua pihak keluarga ditambah dengan 1 orang dari Disdukcapil, 2 orang dari pihak KUA, 2 Linmas dan 5 orang satpol PP.
Dengan sedikit kikuk yang bercampur kecamuk grogi, mempelai pria duduk menghadap meja akad nikah yang akan digemakan hitungan jari. "Deg, deg, deg, deg, deg," suara hati Roni yang mulai tidak terkendali.
Beberapa saat sebelum akad diucapkan, mempelai pria berusaha menenangkan diri.
Roni: Ya, Allah.... Lindungilah hamba dari godaan mantan yang berserakan. Yang mungkin saja datangnya mendadak dan banyak memburu makanan. (Etdah... Ini kan mau ijab qobul, kok do'anya gini amat ya? pikirannya mengoreksi rangkai doa yang dipanjatkan).Â
(Ia pun mulai merapal doa kembali dengan penuh kekhusyukan). Setelah itu, dengan mendadak Roni mencengkram kuat tangan Bapaknya sambil membisik.
Roni: Pak, aku kebelet. Udah di ujung nih.Â
Bapak Roni: Wooohhh... Cah gemblong. Mau akad kok, masih keburu dagelan. Ya sudah, cepet sana.Â
Ibu Roni: Pak, pak, kenapa itu Roni? (Ibu bertanya setelah menepuk 2 kali pundak bapak).
Bapak Roni: Anu... Anu Bu. Biasa lahhh... efek grogi. Eh, Apa jangan-jangan, gara-gara semalam kebanyakan minum jamu sehat bugar ya Bu? (Bapak bicara dengan nada membisik).
Ibu Roni: Aiiishhh... Ada-ada saja bapak ini. Sudah tahu anak mau perang badar, kok masih sempat-sempatnya disuplemen dosis tinggi. Untung saja tidak disuruh minum jamu kuat sebelum akad. (Gumam Ibu sembari mengelus dada dan menggelengkan kepalanya).
Bapak Roni: Hehehe... (Nyengir sembari menunjukkan gigi Kuda, yang putihnya karena produk endrose).