Mohon tunggu...
Roni Ramlan
Roni Ramlan Mohon Tunggu... Freelancer, Guru - Pembelajar bahasa kehidupan

Pemilik nama pena Dewar alhafiz ini adalah perantau di tanah orang. Silakan nikmati pula coretannya di https://dewaralhafiz.blogspot.com dan https://artikula.id/dewar/enam-hal-yang-tidak-harus-diumbar-di-media-sosial/.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Apa Kabar Sarkat?

17 Juli 2021   10:18 Diperbarui: 17 Juli 2021   11:03 251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: dokumentasi pribadi

"Omong kosong kalau ada yang bilang menulis itu mudah. Tapi omong kosong juga kalau ada yang bilang menulis itu sulit. Menulis adalah perkara yang tidak sulit tapi rumit. Rumit bukan berarti sulit", Putut EA.

Tiba-tiba saya merindukan program sarapan kata (selanjutnya disebut Sarkat) yang sempat diagendakan kelas menulis online (KMO). Terhitung kurang lebih satu bulan sebelum bulan puasa tahun ini, saya memutuskan bergabung dengan KMO.

Kerinduan itu bisa jadi disebabkan karena saya kerap mengoprak-ngoprak teman-teman yang lain untuk Sarkat. Waktu itu, mengoprak-ngoprak teman-teman untuk Sarkat memang salah satu tanggung jawab saya selaku yang dituakan di grup. Satu tanggung jawab selain merekap setoran Sarkat, menyampaikan instruksi penjabat struktural dan mengamankan kondisi grup.

Karena itu pula akhirnya setelah sekian lama puasa chat di grup kecil yang kami beri nama Aksara Rasa, saya berusaha menyapa. "Selamat pagiii semuanya... Bagaimana kabarnya hari ini? Sudah Sarkat apa belum ya?", isi chat saya di WhatsApp group (WAG).

Lantas salah seorang anggota yang belakangan saya tahu namanya Riska membalas, "Pagi. Eee ada yg kangen sarkat ya". "Wkwkwkk. Saya mau tanya dong. Masihkah teman-teman suka Sarkat setelah lulus Sarkat 30 hari?", saya menimpalinya.

Tak berselang lama, beberapa balasan muncul. Pertama Riska merespon, "saya kalau menulis butuh pemaksaan jdi bgtu la sudah jarang menulis lagi tapi ada berencana".

Kedua respon dari salah satu anggota yang bernama Siti Azizah Rahma. Jawabannya singkat namun menunjukkan keironisan, "Saya malah berhenti...".

Seolah-olah rasa penasaran sedang benar-benar membawa hanyut kesadaran, Riska pun kembali nyeletuk, "@Dewar Alhafiz  dari tadi mengetik saya menunggu tak muncul"". Sementara untuk menggenapkan rasa penasaran itu, Anggita lain, yakni kak Rina menyambung, "300 kata kak".

Tidak hanya 300 kata, bahkan lebih, akhirnya saya pun langsung tancap gas memberi khotbah yang panjang kali lebar. Itung-itung olahraga jari sembari menikmati senandung perut yang belum terisi. Adapun isi khotbah saya seperti di bawah ini.

**
Nah, itu sangat disayangkan. Pesan saya, memang untuk merasakan manfaat dari menulis itu sendiri terkadang kita harus memulainya dengan memaksakan diri. Jangan menunggu mood dan waktu luangnya kapan, tapi berusahalah memanfaatkan kesempatan di setiap kesibukan kita yang menggunung. Minimal, 5 paragraf sehari lah.

Terus waktunya kapan kalau kita kerjanya super padat? Ya bisa beberapa saat setelah salat, sebelum tidur, bangun tidur lebih awal (sebelum subuh) atau pas waktu istirahat jam kerja.

Medianya apa? Ya, gak harus nulis pakai laptop. Bisa juga kok pakai app note di HP, atau pakai app ms. Word. Coba deh, setiap ada ide yang muncul di kepala langsung dicatat.

Apa saja poin-poin penting pembahasan secara garis besar. Kemudian, di waktu yang lain bisa dikembangkan menjadi beberapa paragraf.

Nah, kalau dianggap sudah rampung pembahasannya, kita bisa membaca kembali tulisan itu dalam rangka mengedit. Mengedit untuk memperbaiki di mana letak kesalahan itu ada. Entah typo dalam menuliskan kata, istilah, alur pikir ataupun teori yang digunakan.

Kalau diri sendiri merasa kurang percaya diri untuk mengedit tulisan itu, kita bisa meminta bantuan kepada teman yang dipandang mampu untuk memperbaiki tulisan kita.  Usahakan, jangan lupa minta tips juga bagaimana cara menulis yang baik dan enak untuk dibaca.

Kalau sudah selesai proses editing. Tulisan itu bisa kita unggah di akun media sosial kita masing-masing. Akan tetapi, supaya lebih terdokumentasikan coba deh buat platform menulis seperti blog pribadi di google atau wordpress.

Setelah berhasil mengunggah tulisan di blog pribadi, jangan lupa share link-nya di akun media sosial pribadi kita supaya orang lain bisa membaca, memberi saran dan mengkritisi tulisan kita.

Eh, kabar baiknya, kalau kita rajin posting tulisan dan telaten dalam mengelola website, bisa juga lo nantinya kita mendaftarkan blog pribadi itu ke google adsense. Seperti halnya YouTube, Instagram, Facebook yang mampu menghasilkan pundi-pundi rupiah.

Selain itu, insyaallah kita juga akan mendapatkan relasi baru yang setia membaca dan ketagihan tulisan yang kita buat. Nah, dari sana kita bisa sharing pengalaman dan pengetahuan tentang literasi.

Selain itu, kalau kita telah istikamah menulis di blog pribadi dan tulisan kita telah lumayan banyak, bisa juga kok diproses menjadi buku solo. Keren bukan?

Ayo nunggu apalagi? Kalau masih belum jelas nanti deh kita bisa adakan sesi sharing.

Terakhir, saya yakin, salah satu tujuan dari diadakannya Sarkat tidak lain adalah untuk memancing kesadaran diri supaya melek literasi, sehingga di lain kesempatan kita mampu memberikan kontribusi-kemanfaatan- untuk yang lain.

Katanya hadits Nabi SAW, "Khairunnas angfa'uhum linnas, sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi yang lain".

Untuk itu, mari kita sama-sama tabayyun terhadap masing-masing diri dan mulai menanam benih-benih kebaikan untuk sesama melalui tulisan.

Tertanda bukan untuk sang mantan.

***
Melalui chat itu akhirnya grup kembali ramai. Tidak hanya itu, bahkan ada rencana, kami berusaha menghidupkan kembali Sarkat dengan menggunakan platform sesuai selera masing-masing. Yah jelas jadwalnya tidak harus setiap hari, bisa dua atau tiga hari sekali. Yang terpenting adalah bagaimana upaya kita belajar istikamah menulis.

Sebagai bumbu tambahan untuk merekatkan hubungan kekeluargaan, tak lupa pula kak PJ mempersilakan kepada semua anggota grup untuk tidak sungkan-sungkan kalau hendak menumpahkan unek-unek, saling sharing pengalaman dan wawasan.

Ohya, katanya Om Abraham Maslow, aktualisasi diri itu akan tercapai manakala hierarki kebutuhan hidup manusia telah terpenuhi. Tanpa terkecuali, salah satunya faktor belong. Faktor sebagai bagian: kasih sayang, kenyamanan, perlindungan, perhatian dan segala bentuk sikap kelembutan yang menunjukkan keintiman.

Menurut saya, tentu, hal itu sangat dibutuhkan dalam rangka mendongkrak aktualisasi potensi menulis setiap anggota yang bernaung di dalam grup.

Salam Literasi. (Mengulurkan tangan sembari jemari ibu dan telunjuk membentuk huruf L. Ohya, senyum Pepsodent-nya jangan ketinggalan. Ups... keceplosan. Maaf menyebutkan merk. Padahal tidak diendros).

Tulungagung, 17 Juli 2021 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun