Mohon tunggu...
Roni Ramlan
Roni Ramlan Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar sejati, penulis dan pegiat literasi

Pemilik nama pena Dewar alhafiz ini adalah perantau di tanah orang. Silakan nikmati pula coretannya di https://dewaralhafiz.blogspot.com dan https://artikula.id/dewar/enam-hal-yang-tidak-harus-diumbar-di-media-sosial/.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kerapuhan Rasa dan Psikis di Hari Raya

24 Mei 2021   09:06 Diperbarui: 24 Mei 2021   09:36 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Keputusan saya untuk tidak mudik lebaran pun pada kenyataannya diikuti pula oleh bapak saya yang memang sedang mengadu nasib di kota orang. Di Sukabumi Jawa Barat itu bapak saya berjuang mencari uang guna menafkahi keluarga tercinta. Ketidakpulangan beliau ke kampung halaman, dikarenakan tidak adanya mobil travel yang biasa hilir-mudik menempuh jarak dari kampung ke kota, dan sebaliknya.

Alhasil, di tahun ini keluarga saya merayakan kemenangan dalam keterpisahan. Yang tersisa di rumah hanya Ibu dan sepasang kedua adik saya saja. Dan lagi-lagi dengan lantang saya harus mengatakan; "ini adalah tahun pertama kami merayakan kemenangan dalam ketidakutuhan".

Meski demikian, saya berusaha berlapang dada dan tetap merasa beruntung.
Sebab masih ada sanak famili di Tulungagung. Sehingga masih ada sedikit ruang untuk melukis cerita bahagia di wajah dalam merayakan hari kemenangan. Disambung dengan sungkem dan silaturahmi virtual yang lumayan mereduksi rasa.

Sementara dua besek takiran yang saya bawa pulang setelah menunaikan salat Idulfitri di masjid dekat kos-kosan, tak lebih pelipur lara hati untuk menambah kekuatan untuk menerima kenyataan. Cerita tentang takiran di hari yang fitri telah saya bahas pada artikel sebelumnya.

Akan tetapi tetap saja tidak dapat dipungkiri, untuk beberapa saat diri ini diluputi kecemasan yang tidak karuan, gelayut rasa dan karsa pemikiran jauh melayang ke kampung halaman. Untuk sesaat pikiran saya meraba-raba setiap sudut rumah, membayangkan salat berjamaah Idulfitri di masjid Alfalah, mengunjungi rumah nenek, saling sungkem dan bermaaf-maafan, melahap pepes ikan, ziarah ke makam kakek-karib kerabat, hingga memboceng keluarga dengan sepeda motor untuk bersilaturahmi. Semuanya tampak jelas tergambar dalam alam pikiran.

Sampai di sini sontak saya langsung tertegun. Sebab bisa saja apa yang saya rasakan bukanlah apa-apa atau mungkin hanya seujung kuku daripada kasus pejuang devisa yang tak sempat pulang kampung dan mudik bertahun-tahun. Sungguh saya tidak bisa membayangkan bagaimana kedalaman kecamuk rasa dan peperangan batin yang mereka tanggung.

Pada akhirnya, kita pun dituntut untuk lebih dewasa dan bijak dalam memahami keadaan. Meskipun perayaan hari raya kemenangan setelah Ramadan berbeda dengan tahun sebelumnya, namun dari sinilah sesungguhnya kita belajar banyak, bahwa kefitrian itu menembus ruang dan waktu. Seakan-akan, Sang Pencipta sedang menitahkan kepada kita supaya memanfaatkan kuota internet untuk kegiatan yang lebih bermanfaat, silaturahmi virtual.

Secara implisit Tuhan seakan-akan sedang mengingatkan kita, bahwa Ia tidak akan menguji umat-Nya di luar kemampuannya. Pada kenyataannya hal itu benar adanya, sebab sudah dua Ramadan kita disuruh untuk memanfaatkankan penuh kemutakhiran teknologi informasi yang kita punya.

Itu artinya, kita sedang digubris untuk tetap bersyukur. Jangan sampai kita larut dan telanjur melupa sebab ujian yang tak ada habisnya di depan mata. Jangan lupa bahagia, positif thinking dan tetap waspada meskipun kita merayakan lebaran Idulfitri di tengah-tengah dekapan Corona.

Tak usah terus bersedih hati karena kita tidak mampu mudik, sebab kelak ada waktunya. Sungguh pun demikian, makna mudik yang sejati adalah pulang Keharibaan-Nya. Untuk itu, mari kita persiapkan bekal sebaik mungkin. Mudik guna berkumpul dengan orang-orang tercinta, kembali pada pelukan sang pencipta.

Tulungagung, 24 Mei 2021

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun