Mohon tunggu...
Roni Ramlan
Roni Ramlan Mohon Tunggu... Freelancer, Guru - Pembelajar bahasa kehidupan

Pemilik nama pena Dewar alhafiz ini adalah perantau di tanah orang. Silakan nikmati pula coretannya di https://dewaralhafiz.blogspot.com dan https://artikula.id/dewar/enam-hal-yang-tidak-harus-diumbar-di-media-sosial/.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Pelatihan Menggali Ide Menulis di Hari Ketujuh Puasa

20 April 2021   12:50 Diperbarui: 20 April 2021   21:08 927
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kisah Untuk Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

"Tak ada ruginya jika kita terus meningkat kesadaran dan kualitas diri di bulan suci Ramadan. Asalkan jangan bertindak semata karena riya' dihadapan liyan", Dewar Alhafiz.

Tepat pada hari ketujuh puasa, Senin, 19 April 2021  kelas menulis online (KMO) telah menghelat pelatihan sesi kedua. Pelatihan sesi kedua ini dinarasumberi oleh Kang Muhammad Anhar (selanjutnya, red; Kang Anhar) selaku Kepala Sekolah KMO Indonesia dengan mengusung tema Menemukan Ide Menulis.

Selain berprofesi sebagai dosen mata kuliah pendidikan agama Islam di Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan) Bogor dan IPB University Bogor, Kang Anhar sendiri memiliki kesibukan peran dan tugas lain yang padatnya bukan main. 

Mulai berperan sebagai bendahara di Koperasi Properti Syariah Indonesia (KSPI) dan Yayasan Wakaf Jariyah Indonesia, owner toko buku online Qualan Book Store dan Klinik Gigi Kotabatu, konsultan lepas zakat, infak dan wakaf serta muamalah maliyyah, Direktur sekaligus pengajar privat dan reguler Tahsin-Tahfizd di Rumah Al-Qur'an Nasional (RQN), santri Pesantren Luhur Virtual Muamalah Maliyyah DSN MUI Institute dan Ghost Writer. 

Anehnya, di balik kesibukan yang menggunung tersebut, masih saja ada waktu yang dimiliki Kang Anhar untuk mengambil peran sebagai kepala sekolah di KMO Indonesia. Pertanyaan mendasarnya, berapakah waktu kerja kang Anhar dalam sehari semalam? Apakah waktu itu lebih dari 24 jam? Ah, ini hanya pertanyaan konyol saya saja. Bagaimanapun yang lebih tahu tentang hal itu, ya Kang Anhar sendiri yang menjalaninya. 

Lagian, bukankah hobi dan kecintaan atas sesuatu itu mampu mengalahkan segala-galanya? Termasuk mampu memberikan kekuatan yang berlipat ganda bahkan tak terhingga kepada Sanga empunya. Ya, begitulah mungkin alasan kuatnya. Maafkan saya yang sedang menerka-nerka.

Warming up 

Seperti biasanya, pelatihan sesi kedua dimulai dengan welcome speech yang disampaikan oleh moderator, selebihnya waktu diberikan penuh pada Kang Anhar. Kang Anhar memulai warming up dengan melontarkan voice note yang berisi salam, menginstruksikan untuk berdo'a hingga sampailah pada tiga pertanyaan penting yang keberadaannya sangat menentukan sejauh mana motif dan kebulatan tekad yang dimiliki oleh masing-masing peserta untuk mewujudkan mimpinya sebagai penulis.

Lantas apa gerangan tiga pertanyaan yang dianggap penting tersebut? Pertanyaan pertama, yakni tentang bagaimana feel dan kesan setiap peserta tatkala sudah membuat ikrar sebagaimana tugas pada sesi pertemuan sebelumnya. Pertanyaan kedua, fokus mengamati apa alasan kita untuk ingin menjadi penulis. Sementara pertanyaan yang ketiga, mengorek jauh tentang siapa gerangan penulis idola masing-masing peserta.

Tak lama kemudian, masing-masing peserta mulai menumpahkan semua alasan yang mereka miliki melalui kolom komentar yang tersedia. Nah, keren bukan? Voice note namun di bawahnya bisa dibalas dengan karakter tulisan. Telegram memang asyik! Ah, mohon dimaafkan, kalau saya telah menunjukkan kekudetan lagi. Dasar si saya.

Permulaan yang disodorkan oleh Kang Anhar ini berbeda jauh dengan apa yang dilakukan oleh Kang Tendi pada saat penyampaian materi sesi pertama kemarin. Sejauh yang saya amati, intinya, dalam penyampaian materi itu pembicara harus pandai-pandai menarik perhatian dan fokus dari sekian banyak audiens. Ya, tidak berbeda jauhlah seperti kita hendak presentasi makalah di depan kelas tatkala kuliah. 

Secara tidak sadar, hal itu menjadi satu catatan penting dalam perhelatan satu acara; bahwa bagaimanapun media dan sarana digunakan, selaiknya panitia harus mampu membuat alurnya tetap asyik, efektif dan efesiensi. Utamanya, tatkala kita banyak mengandalkan via virtual yang tersekat distingsi ruang dan waktu. 

Kepekaan Sebagai Modal Pertama

Pelan-pelan tapi pasti, Kang Anhar mulai memaparkan materi dengan membredeli makna dari kata ide dan tema. Disusul dengan penegasan bahwa sesungguhnya sumber ide itu melimpah ruah, tak terhingga, adanya di mana-mana. Namun untuk dapat menyadarinya dan menangkap keberadaan ide itu sendiri, masing-masing kita harus memiliki kepekaan yang tinggi. 

Etdahhh, kepekaan apa si Kang? Jangan bilang yang dimaksud kepekaan di sini adalah keterenyuhan rasa ya Kang? Jadinya kan, saya laper. Eh, wafer. Eh, baper (bawa perasaan) maksudnya. Apaan si Dul Majid! Fokus tuh, sama materi. Jangan si merah jambu saja yang kamu "peristri". Ini lagi, apaan si ngomongin istri segala. Wong kenyataannya jones (jomblo ngenes) juga. Hiks.

Nah, penasaran kan? Apa makna peka yang berlaku dalam konteks menulis di sini. Menurut Kang Anhar, makna peka di sini secara khusus bukan sekadar peka terhadap lawan jenis, melainkan peka yang meliputi kondisi lingkungan, apa yang telah dibaca, apa yang dilihat, apa yang didengar dan pengalaman.

Lantas bagaimana cara kita menjadi pribadi yang peka? Pertama, banyak membaca, karena seorang penulis yang baik pada dasarnya ia adalah pribadi yang getol membaca. Tentu tidak akan pernah cukup modal untuk menjadi penulis jika kita hanya mengandalkan banyak membual dan menerka-nerka. Dan bagaimana ceritanya, seorang penulis tidak gemar membaca. Bukankah itu hal yang lucu sekaligus ironis untuk didengar di telinga kita?

Banyak membaca buku ini berkaitan dengan pembendaharaan kata dan wawasan pengetahuan kita. Sehingga, bagi orang yang tidak suka membaca sangat dimungkinkan akan mengalami stagnasi karena keminiman kata dalam proses menulis. Sementara proses menulis buku sendiri adalah satu aktivitas yang dilakukan dalam rentang waktu yang panjang. Maka otomatis, kita akan membutuhkan kata-kata yang kaya supaya tidak berjalan atau terjebak dalam kalimat yang sama, berputar-putar dan menjenuhkan.

Pertanyaannya, apa saja yang harus dibaca? Ada banyak objek yang dapat kita baca, yang terpenting ada kemauan dan jangan sampai diri kita sendiri yang justru membatasinya. Entah itu membaca; buku, jurnal, makalah, komik, majalah, status di kanal media sosial, realitas kehidupan sosial, peristiwa, dan lain sebagainya. 

Bahkan semua hal yang kita temui dan pernah kita alami sekalipun bisa kita baca. Apapun itu sebenarnya dapat dijadikan objek untuk dibaca sehingga kita mampu memposisikannya sebagai satu ide untuk menorehkan tinta menjadi rangkaian kalimat yang sedap untuk dibaca. 

Selain itu, apapun yang kita tonton sejatinya dapat dijadikan objek untuk menuai ide. Dengan catatan, selama yang kita tonton adalah hal yang positif. Hal yang tidak bertabrakan dengan segenap aturan (kode etik dan norma SARA) yang berlaku dan ditetapkan dalam ruang lingkup khazanah kehidupan sosial, baik menyangkut dimensi vertikal maupun horizontal.

Begitupun dengan apa yang kita dengar. Baik ceramah, diskusi, podcast, webinar, dan lain sebagainya. Apapun yang kita dengar pada dasarnya memiliki potensi untuk menjadi ide cemerlang hingga terejawantahkan dalam bentuk satu tulisan. 

Namun yang terpenting, dari semua yang kita baca, tonton dan dengar itu harus difilter terlebih dahulu menggunakan hati. Mengapa demikian? Sebab tanpa pertimbangan yang matang kita tidak akan mampu menemukan mana saja yang pas dan mampu dijadikan sebagai ide atau tema untuk ditulis. Pertimbangan ini juga perlu, supaya kita jangan sampai menuliskan satu hal yang kurang baik atau bertabrakan dengan hal-hal yang tidak dikehendaki.

Lima Teknik Menggali Ide Menulis

Menurut Kang Anhar terdapat lima teknik untuk menggali ide dalam menulis, yakni melihat kebutuhan pasar, observasi diri, penggunaan panca indera, ATM (amati, tiru dan modifikasi) dan True Story (kisah nyata, pengalaman).

Pertama, menggali ide menulis dengan melihat kebutuhan pasar. Kebutuhan pasar dalam konteks ini maksudnya kecenderungan genre tulisan yang banyak digemari oleh khalayak ramai. Singkatnya, di sini kita bisa menjadikan minat baca orang lain sebagai referensi untuk menulis buku.

Terus bagaimana cara kita mengetahui kecenderungan itu? Untuk itu kita bisa melakukan survei dengan mengobservasi ide atau tema apa yang laris terjual di toko-toko buku offline ataupun online. Tidak hanya itu, kencederung minat baca pada aplikasi kepenulisan yang sedang booming sekarang juga bisa dijadikan salah satu objek pengamatan. 

Nah, syukur-syukur kalau kita bisa menyulap kanal media sosial yang dimiliki untuk dijadikan media dalam meninjau sejauh mana kecenderungan minat baca follower kita melalui polling kecil-kecilan. Singkatnya, kita memang dituntut untuk benar-benar jeli dalam membaca peluang yang ada. Apakah tulisan yang berlaku di pasaran itu bergenre romance, horor, komedi, petualangan, motivasi, tips dan lain sebagainya.

Adapun kelemahan dari teknik yang pertama ini ialah rentang waktu yang terbatas. Artinya, bisa saja kita memanfaatkan momentum yang ada di hadapan untuk menghasilkan karya, namun jangan sampai telat menerbitkannya. Sebab bisa saja, karena telat dalam melaunching buku, buku itu tidak akan laku lagi di pasaran. Minat baca orang-orang atas tema itu telah hilang. 

Kita ambil saja satu gambaran konkretnya. Misalnya tatkala bulan suci Ramadan menjelang tiba, maka alangkah baiknya kita menulis tema up to date tentang seputar Ramadan. Kemudian, buku itu kita terbitkan di saat bulan Ramadan itu pula. Maka insyaallah buku itu akan laku di pasaran.

Kedua, menggali ide menulis dengan jalan mengobservasi diri. Dalam teknik ini banyak bertumpu pada penghayatan atas potensi yang kita miliki secara pribadi. Baik itu kelebihan ataupun kekurangan. Maksudnya, kita berusaha menggali dan mengorek-ngorek diri pribadi hingga menjadi ide yang dapat dituangkan dalam bentuk tulisan.

Mengapa demikian? Sebab bisa saja apa yang ada di dalam diri kita menjadi sesuatu hal yang menarik, berharga dan bermanfaat bagi orang lain. Misalnya saja mengangkat tema tulisan tentang sesuatu hal yang menjadi hobi dalam kehidupan kita. Entah itu hobi yang berkaitan dengan dunia pendidikan, kesehatan, ekonomi, keuangan, pertanian, memasak, menggambar dan masih banyak lainnya.

Sederhananya, satu topik pembahasan yang diusung dari kekurangan dan kelebihan yang ada di dalam diri kita bisa saja menjadi ide yang sesuai dengan minat baca yang laku di pasaran. Bagaimanapun kita tidak pernah mampu memukul rata minat pembaca, yang jelas tulisan kita akan menemukan jodonya sendiri tanpa harus diminta. 

Ketiga, menggali ide menulis dengan mengandalkan panca indera. Sebagaimana diketahui manusia memiliki panca indera yang meliputi mata, telinga, hidung, lidah dan kulit. Melalui aktivitas pendayagunaan panca indera itu sebenarnya kita mampu menggali ide dan tema. 

Pendek kata, apa yang kita lihat, dengar, nikmati, cium, dan rasakan bisa menjadi inspirasi datangnya ide atau tema. Sebagai contohnya, buku karangan Dee Lestari tentang Filosofi Kopi. Ataupun film yang berjudul Martabak Manis Bangka, Aruna dan Lidahnya serta lain sebagainya. 

Jadi bisa saja, misalnya kita punya warung nasi pecel langganan dekat rumah yang nikmatnya tiada tara dan setiap hari pengunjungnya antri sampai ke balai desa. Nah, bagaimana kesan dan pengalaman panca indera itu bisa kita kembangkan dan manfaatkan sebagai bahan tulisan hingga menjadi satu buku.

Barangkali saja jika buku itu telah terbit dan ternyata banyak diminati di pasaran, kan lumayan penjual dan warung makannya jadi hits. Sebagai bonusnya, nah, si pemilik warung makan nanti ngasih nasi pecel gratisan deh seumuran hidup. Waw enaknya. Astaghfirullah, ide gila apa ini? Maafkan kepicikan ini ya pemirsa. Telanjur keceplosan. Hehe.

Keempat, menggali ide menulis dengan jalan ATM. Maksud ATM di sini bukan berarti anjungan tunai mandiri lo ya, melainkan amati, tiru dan modifikasi. Jalan ini berlaku tatkala kita memiliki ide yang sama dengan buku atau karya yang telah ada sebelumnya. Lantas bagaimana cara membedakankanya? 

Untuk menyiasatinya, maka kita perlu mengobservasi buku-buku yang menggunakan ide yang sama tersebut. Selanjutnya, kita analisis lebih dalam di mana letak celah dan apa persoalan yang belum dibahas pada buku sebelumnya. Inilah peluang kita untuk tampil beda dengan menyodorkan persoalan baru dengan maksud melengkapi siginfikansi pengkajian atas satu tema. 

Upaya modifikasi ini sangat diperlukan, guna menghindari plagiarisme dan otentisitas mind mapping yang dituangkan dalam karya kita. Sehingga kita tidak mengambil hal kekayaan intelektual yang orang lain punya. 

Persamaan tema di antara beberapa buku mungkin ada tapi masalah isi bisa saja berbeda. Sebab, perbedaan itu banyak dipengaruhi oleh penggunaan sudut pandang, pijakan teoritis yang digunakan, runtutan cara berpikir masing-masing orang, analisis data yang digunakan dan lain sebagainya. 

Sebagai contoh perbandingan, kita lihat buku Wacana Baru Filsafat Islam karya A. Khudori Soleh dan buku Filsafat Islam karya Mafthukin, meskipun keduanya berusaha mengangkat tema tentang filsafat Islam namun dalam pembahasannya ada banyak perbedaan. Entah itu dalam hal pemaparan kedalaman dan kelugasan materi ataupun dari jumlah tokoh yang dijadikan fokus persoalan. 

Teknik ini pada umumnya banyak dipakai oleh para penulis pemula. Mengapa penulis pemula? Sebab mereka terkadang belum memiliki kepercayaan diri yang penuh atas ide dan karya yang tulisnya. Belum lagi tidak siap untuk menerima kritikan yang pedas dari pembacanya yang kritis. Sehingga ATM di sini adalah siasat jitu yang kerap dipakai oleh para penulis pemula.

Sementara yang terakhir, yakni menggali ide menulis melalui true story (kisah nyata, pengalaman). Setiap orang sudah pasti memiliki pengalaman. Sedangkan persoalan banyak-sedikit dan berbobot tidaknya pengalaman tergantung pada penjelajahan ruang dan waktu serta wawasan pengetahuan yang dilakukan oleh pihak yang bersangkutan. 

Rentetan pengalaman itu sebenarnya bisa saja menjadi sumber ide yang kita manfaatkan untuk melahirkan karya. Semisal kita hendak menjadikan pengalaman itu sebagai sumber inspirasi untuk membuat karya bergenre fiksi maka ambil saja sebagian kecilnya, kemudian kita komparasikan dan kembangkan pengalaman itu dengan bertumpu pada cara kerja pikiran, imajinasi. 

Sementara tatkala kita hendak menjadikan pengalaman pribadi atau orang lain sebagai sumber dari tulisan yang bergenre non-fiksi, kita cukup mengkomprasikannya dengan sentuhan teoritis dan referensi yang memadai. Sehingga pengalaman yang kita tuangkan dapat diperkuat oleh tunjangan teori atau gagasan tertentu.

Teknik true story ini banyak digunakan oleh penulis pemula maupun penulis profesional, mengingat caranya yang begitu mudah untuk diaplikasikan. Adapun contoh di antara buku yang menggunakan teknik true story ialah Bodo Amat, Melawan Kemustahilan, Detonator Kebaikan dan Jackpot Rexeki buah pena Dewa Eka Prayoga. Selain itu masih banyak juga buku lainnya. 

Lima teknik menggali ide menulis yang disampaikan oleh Kang Anhar tersebut sebenarnya tidak jauh berbeda dengan apa yang telah dipaparkan oleh Ibu Nurul Chomaria (salah seorang penulis produktif yang telah menghasilkan banyak karya) pada saat webinar kopdar Sahabat Pena Kita ke-enam yang dihelat di STAI Ma'had Aly Al-Hikmah Malang. Sayangnya, sampai sekarang saya belum sempat menuliskan review materi hasil dari webinar tersebut. Mohon dimaafkan. 

Akhirnya pelatihan sesi kedua kelas menulis online  yang dimulai pukul 05.30-07.30 WIB itu akhirnya dipungkas dengan dilontarkannya lima pertanyaan dari lima peserta untuk Kang Anhar. Termin tanya-jawab pada sesi kedua ini dengan saja dibatasi, mengingat alokasi waktu yang telah mepet. Nah, demikian cara KMO Indonesia mengajak saya untuk menyambut hari ketujuh puasa di Ramadan tahun ini. 

Selamat menikmati dan semoga bermanfaat. Itulah  cerita saya. Bagaimana cerita Anda menyambut pagi ketujuh di bulan suci Ramadan?

Tertanda bukan pejuang ide yang benar-benar gila.

Tulungagung, 20 April 2021.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun