Mohon tunggu...
Roni Ramlan
Roni Ramlan Mohon Tunggu... Freelancer, Guru - Pembelajar bahasa kehidupan

Pemilik nama pena Dewar alhafiz ini adalah perantau di tanah orang. Silakan nikmati pula coretannya di https://dewaralhafiz.blogspot.com dan https://artikula.id/dewar/enam-hal-yang-tidak-harus-diumbar-di-media-sosial/.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Pelatihan Menggali Ide Menulis di Hari Ketujuh Puasa

20 April 2021   12:50 Diperbarui: 20 April 2021   21:08 927
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kisah Untuk Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Sederhananya, satu topik pembahasan yang diusung dari kekurangan dan kelebihan yang ada di dalam diri kita bisa saja menjadi ide yang sesuai dengan minat baca yang laku di pasaran. Bagaimanapun kita tidak pernah mampu memukul rata minat pembaca, yang jelas tulisan kita akan menemukan jodonya sendiri tanpa harus diminta. 

Ketiga, menggali ide menulis dengan mengandalkan panca indera. Sebagaimana diketahui manusia memiliki panca indera yang meliputi mata, telinga, hidung, lidah dan kulit. Melalui aktivitas pendayagunaan panca indera itu sebenarnya kita mampu menggali ide dan tema. 

Pendek kata, apa yang kita lihat, dengar, nikmati, cium, dan rasakan bisa menjadi inspirasi datangnya ide atau tema. Sebagai contohnya, buku karangan Dee Lestari tentang Filosofi Kopi. Ataupun film yang berjudul Martabak Manis Bangka, Aruna dan Lidahnya serta lain sebagainya. 

Jadi bisa saja, misalnya kita punya warung nasi pecel langganan dekat rumah yang nikmatnya tiada tara dan setiap hari pengunjungnya antri sampai ke balai desa. Nah, bagaimana kesan dan pengalaman panca indera itu bisa kita kembangkan dan manfaatkan sebagai bahan tulisan hingga menjadi satu buku.

Barangkali saja jika buku itu telah terbit dan ternyata banyak diminati di pasaran, kan lumayan penjual dan warung makannya jadi hits. Sebagai bonusnya, nah, si pemilik warung makan nanti ngasih nasi pecel gratisan deh seumuran hidup. Waw enaknya. Astaghfirullah, ide gila apa ini? Maafkan kepicikan ini ya pemirsa. Telanjur keceplosan. Hehe.

Keempat, menggali ide menulis dengan jalan ATM. Maksud ATM di sini bukan berarti anjungan tunai mandiri lo ya, melainkan amati, tiru dan modifikasi. Jalan ini berlaku tatkala kita memiliki ide yang sama dengan buku atau karya yang telah ada sebelumnya. Lantas bagaimana cara membedakankanya? 

Untuk menyiasatinya, maka kita perlu mengobservasi buku-buku yang menggunakan ide yang sama tersebut. Selanjutnya, kita analisis lebih dalam di mana letak celah dan apa persoalan yang belum dibahas pada buku sebelumnya. Inilah peluang kita untuk tampil beda dengan menyodorkan persoalan baru dengan maksud melengkapi siginfikansi pengkajian atas satu tema. 

Upaya modifikasi ini sangat diperlukan, guna menghindari plagiarisme dan otentisitas mind mapping yang dituangkan dalam karya kita. Sehingga kita tidak mengambil hal kekayaan intelektual yang orang lain punya. 

Persamaan tema di antara beberapa buku mungkin ada tapi masalah isi bisa saja berbeda. Sebab, perbedaan itu banyak dipengaruhi oleh penggunaan sudut pandang, pijakan teoritis yang digunakan, runtutan cara berpikir masing-masing orang, analisis data yang digunakan dan lain sebagainya. 

Sebagai contoh perbandingan, kita lihat buku Wacana Baru Filsafat Islam karya A. Khudori Soleh dan buku Filsafat Islam karya Mafthukin, meskipun keduanya berusaha mengangkat tema tentang filsafat Islam namun dalam pembahasannya ada banyak perbedaan. Entah itu dalam hal pemaparan kedalaman dan kelugasan materi ataupun dari jumlah tokoh yang dijadikan fokus persoalan. 

Teknik ini pada umumnya banyak dipakai oleh para penulis pemula. Mengapa penulis pemula? Sebab mereka terkadang belum memiliki kepercayaan diri yang penuh atas ide dan karya yang tulisnya. Belum lagi tidak siap untuk menerima kritikan yang pedas dari pembacanya yang kritis. Sehingga ATM di sini adalah siasat jitu yang kerap dipakai oleh para penulis pemula.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun