Mohon tunggu...
Roni Ramlan
Roni Ramlan Mohon Tunggu... Freelancer, Guru - Pembelajar bahasa kehidupan

Pemilik nama pena Dewar alhafiz ini adalah perantau di tanah orang. Silakan nikmati pula coretannya di https://dewaralhafiz.blogspot.com dan https://artikula.id/dewar/enam-hal-yang-tidak-harus-diumbar-di-media-sosial/.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Keterkaitan Utang dan Janji

12 April 2021   13:43 Diperbarui: 12 April 2021   14:06 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Deretan pertanyaan itu tak lain adalah jelmaan realitas era kontemporer ini yang sedikit demi sedikit sedang mengindikasikan bahwa manusia telah menjadikan roda kehidupan tak lebih sibuk daripada menaruh kepercayaan satu sama lain. Saling menaruh kepedulian terhadap sesama manusia yang memiliki kepentingan ini dan itu. Sementara kehadiran orang lain adalah inventaris alamiah yang tak akan pernah habis untuk dikuras. Itu pun akan terpahami jika kita sadar betul kenapa Tuhan menciptakan adanya perbedaan di muka bumi. 

Sialnya lagi, terkadang kita sebagai manusia lebih banyak terjebak dalam belenggu; tidak merasa malu, tidak tahu diri dan pandai mencurangi. Mengaku banyak teman tapi setiap kedatangnya hanya karena kebutuhan pribadi. Memiliki kawan setia kalaupun dia banyak meminjami. Ini-itu semuanya selalu saja dan ingin melulu diberi, bukan selalu ada untuk berbagi. Bahkan tak ada sedikitpun inisiatif untuk mendahulukan saling memberi. 

Termasuk di dalamnya urusan kunjung-mengunjungi hanya formalitas kebutuhan materi. Awalnya sekadar cipika-cipiki, ngobrol ngarol-ngidul, ketawa berselang kernyitan dahi hingga akhirnya lambat-laun, manusia pun tidak segan-segan menjadikan silaturahmi sebagai alibi. Alibi pengalihan dua modus, dari modus optatif menuju modus operasi. Sarkasnya, kadang kita sibuk mencari teman, hanya untuk menjadikannya sebagai tempat mengutang dan membuat janji. Tanpa pikir panjang apa saja akibat yang akan mengitari diri. 

Entah sejak kapan, manusia lebih suka mengerdilkan hakikat kehidupan sosial dalam hiruk-pikuk hidup dengan sangat berapi-api. Sangat doyan menggali lobang di sana-sini. Mengobral janji manis bak kandidat kuat anti korupsi. Hingga akhirnya manusia memproklamirkan janji dan utang adalah saudara kandung yang tak pernah dapat terpisahkan, diurai kembali ataupun dikotomi. Kedekatan di antara keduanya bak seromantis telunjuk dan jari tengah di tangan kita. 

Laiknya keumuman yang terjadi di sana-sini, pagelebuk (Covid-19) yang urung genap mati musabab vaksinasi pada kenyataannya telah mengoyak keadaan ekonomi masyarakat, sembari menaruh pandangan dan semangat baru. Satu semangat yang menegaskan bahwa di zaman kiwari, harga kepercayaan begitu murah dibandingkan rasa gengsi. Alhasil, hidup tanpa utang adalah nihilitas belaka. Rumusnya dapat diterka; utang ditambah gengsi sama dengan citra diri. 

Ah, sebagai pengakhiran, izinkan saya mengaminkan qoute dari akun Instagram Ketoprak_jowo; "bisnis yang menjanjikan adalah bisnis utang. Coba utangi seseorang, maka dia akan terus berjanji kapan bayar. Menjanjikan, bukan?". Shit man! Stop mendistorsi elektabilitas diri dengan melacurkan kepercayaan dan mengobral janji tanpa pernah ditepati.

Tertanda tukang ngutang.

Tulungagung, 12 April 2021.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun