Mohon tunggu...
Roni Ramlan
Roni Ramlan Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar sejati, penulis dan pegiat literasi

Pemilik nama pena Dewar alhafiz ini adalah perantau di tanah orang. Silakan nikmati pula coretannya di https://dewaralhafiz.blogspot.com dan https://artikula.id/dewar/enam-hal-yang-tidak-harus-diumbar-di-media-sosial/.

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Lari Pagi dan Modus Desideratif yang Ditutup-tutupi

24 Maret 2021   00:11 Diperbarui: 24 Maret 2021   00:16 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Meski demikian tetap saja, antara pelari pemula dan pelari produktif kentara berbeda. Terlihat dari bagaimana cara mereka berlari, mengatur ritme dan jumlah putaran yang banyak. Katanya Mas, salah satu tanda bahwa seseorang itu pelari produktif, itu terletak pada langkah kakinya yang tak bersuara dan tidak terduga tatkala ia menyalip orang yang ada tepat di depannya.

Sebelum sepertiga mencapai tiga putran, kami menemukan pelari perempuan yang sangat elok dan sedap dipandang mata. Sontak Mas langsung berujar, "ngeneki lo penak.e lari pagi. Sehat awak yo sehat mata sisan. Mening to? Ora normal we lek gak doyan. Mbuh carane piye, mengko awake dewe kudu pas nek mburine Mbak kuwi yo? Mengko ben Mbakmu tak kandani Saman ra kuat lek melayune banter-banter". "Ha ha ha biasa aje si om. Modusmu aktif tenan pancenan", timpal saya. Etdah, Mas yang satu ini emang pinter banget si kalau buat siasat. Padahal ada udang di balik batu. Modus desideratif-nya mulai dikayuh jauh. 

Nah, di kala berpapasan dengan Mbak yang baru hendak menyelasaikan putaran kedua, Mas pun berujar seperti yang telah diatur semula. "Alah, iku alesanmu wae. Sana, lari yang kencang dek", respon Mbak sambil membentak setengah menyimpan kesal bercampur senyuman di kala ketahuan kami membututi perempuan menawan. Ha ha ha, nah lo, kan serem toh kalau sudah begitu. Iiihhhh... Isteri mana isteri? Eh lupa kalau belum beristeri. Kaburrr. Untuk sesaat, sontak kami pun langsung melanjutkan lari sambil mengumbar tawa. 

Kami meneruskan lari menuju empat putaran, sementara dari kejauhan nampak Mbak yang sudah lelah dan memilih istirahat di bangku penonton bagian selatan. Padahal, kalau tidak salah, Mbak hanya baru menyelasaikan dua putaran lari santai. Maklum saja, mungkin itu efek hamil muda kali ya? jadinya mudah kelelahan. Sedangkan kujur awak saya mulai bercucuran keringat, nafas sudah mulai tersengal-sengal dan otot kaki pun terasa mengeras. Meski demikian, saya terus melanjutkan thawaf di track lari bagian terluar dari arena lapangan. 

Lima puturan, enam putaran sampai pada tujuh putaran, nafas saya sudah mulai susah untuk diatur dan tenaga seolah-olah menyusut. Hingga akhirnya Mas berkata,"sek kuat opo ora we? Lek sek pengen lari, tetep o lari tapi tempone dilirihne ben sikilmu ora abot digawe mlaku. Aku disek yo?". "Oke, aku sek kuat om. Cuma dadaku terasa panas", saya menimpali. Lari menuju delapan putaran inilah saya mulai ditinggalkan oleh Mas. Maklum saja, Mas sudah terbiasa setiap Minggu berlari di stadion Rejoagung. Sementara saya, masih saja sangat amatiran. 

Pada putaran ke sembilan menuju setengah putaran ke sepuluh, akhirnya saya benar-benar harus menyerah. Kedua kaki pun rasanya tidak sanggup lagi untuk melangkah. Tenaga benar-benar telah terkuras, bahkan sekadar mengatur langkah yang santai untuk menuju bangku penonton yang ada di sebelah selatan pun rasanya sangatlah berat. Kepala cenat-cenut, berjalan sempoyongan, perut rasanya sangat mual dan tatkala itu pula sebenarnya saya merasa akan pingsan di tempat. 

Tapi meski demikian, pada akhirnya saya pun berhasil sampai di bangku penonton. Kedua kaki pun saya selonjorkan. Tarikan nafas berusaha keras saya normalkan. Rasa mual, penat dan lemas mulai hilang secara pelan-pelan. Yang jelas dengan istirahat di waktu itu benar-benar sangat saya butuhkan guna memulihkan kembali energi yang telah terkuras habis. Di saat saya sibuk mengatasi kekacauan diri, Mbak sangat sibuk dengan gawainya yang terus-menerus dicumbui. 

Dalam jeda istirahat itu pula saya melihat bagaimana para pelari produktif menjaga konsistensi stamina dalam ritme lari yang berirama. Seolah-olah tenaga mereka tak ada habisnya dan tak pernah lelah. Kencang larinya tampak sama dari satu putaran menuju putaran lain. Meskipun itu jumlahnya telah belasan maupun puluhan kali putaran melakukan lari sekalipun. Waiting tresna jalaran soko kulino kalau menurut orang Jawa. Alah bisa karena sudah biasa, begitulah pribahasa menyebutkan. 

Berselang sekitar lima belas menit kemudian, Mas datang bergabung di bangku penonton bagian selatan. Ia datang dengan membawa sandal jepit saya dan topi hitam miliknya. Kurang lebih ima menit Mas menyelonjorkan kedua kakinya. Kemudian lima belaa menit selanjutnya ia habiskan untuk pendinginan; sit up, push up dan beberaoa gerakan statis lain. Tidak lama dari itu, setelah pendinginan selesai, kami memutuskan untuk pulang. Kami pun menyisir bagian paling luar dari lapangan yang dipagar. Di jalan kami sempat berpapasan dengan sekelompok remaja yang sedang masyuk melakukan perenggangan.

Setelah kami berada di pelataran stadion, saya pun langsung menuju ke tempat parkir motor. Pikir saya setelah ini ya langsung pulang, eh ternyata Mas mengajak mampir terlebih dahulu di salah satu angkringan untuk menikmati segelas susu sari kedelai hangat. Segelas susu sari kedelai hangat itu pun dengan cepat kami minum. Bahkan, tidak sampai menghabiskan waktu lima menit untuk mengosongkan isi gelas besar itu. 

Kala itu, Mas dan Mbak juga sempat menyampaikan bahwa setelah itu mereka akan langsung hunting tempe mendoan sekaligus mencari lauk untuk sarapan. Mereka sempat menyodorkan dua pilhan kepada saya, antara ikut atau pulang ke rumah. Tanpa pikir panjang, akhirnya saya pun memilih pulang ke rumah lebih dulu. Lantas kunci rumah yang dipegang oleh Mbak disodorkan kepada saya. Kami pun langsung mengendarai motor masing-masing, untuk menggenapkan maksud yang dituju.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun