Hasilnya di luar dugaan, limbah kantong plastik dan botol air mineral sebanyak seperempat kilogram mampu menghasilkan gas yang bertahan selama satu jam. Berbeda dengan gas hasil penyulingan kayu manis yang hanya mampu bertahan selama setengah jam.
Lebih lanjut Suprihadi mengemukakan, selain menghasilkan gas, pada kenyataannya limbah kantong plastik juga berpotensi menghasilkan bahan bakar alternatif yang serupa dengan minyak tanah, premium dan solar. Bahkan Suprihadi sendiri sempat menguji bahan bakar alternatif yang menyerupai premium untuk menghidupkan motor dan genset. Hasilnya mencengangkan, premium sebanyak 30 sentimeter kubik hanya mampu bertahan selama 3 menit 40 detik, sementara dengan menggunakan bahan bakar alternatif mampu bertahan lebih lama sampai dua puluh detik. Persisnya bertahan sampai dengan 4 menit.Â
Hasil temuan Suprihadi ini diserahkan ke kelompok konservasi mandiri (KKM) Bangun Rejo yang kemudian disampaikan ke kantor lingkungan hidup (KLH) Solok Selatan.
Meski demikian, sebenarnya sebelum sosok Suprihadi viral menyulap limbah plastik menjadi sesuatu yang memberi kemanfaatan, di tahun 2012 seorang siswa yang menempuh pendidikan di Zahran Language School, Alexanderia, Mesir, bernama Azza Abdel Hamid Faiad telah lebih dulu mengubah plastik menjadi bahan dasar yang menghasilkan metana, propana dan etana.Â
Selanjutnya metana, propana dan etena tersebut diproses lebih lanjut hingga berubah menjadi etanol yang dapat digunakan untuk biofuel. Faiad menegaskan, semua itu dihasilkan dari adanya proses pemanasan plastik dan polimer dalam temperatur yang tinggi. Akan tetapi penggunaan katalisasi yang ia buat memperkuat ide mengubah plastik menjadi energi gas.
Jika memang temuan itu telah melewati proses standaritas prosedur pengujian laboratorium dan hasilnya positif (ramah lingkungan) maka tentu ide-ide kreatif daur ulang limbah plastik ini harus terus dikembangkan, disikapi dengan penuh antusias dan diaplikasikan sesegera mungkin. Bagaimanapun proses mendaur ulang limbah kantong plastik ini adalah solusi terbaik daripada bumi yang kita tempati ini melulu menjadi tak terkendali kelestariannya karena sebaran sampah plastik yang tak terhingga.
Tulungagung, 15 Februari 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H