Jika telah demikian, maka tidak menutup kemungkinan cinta yang memberdayakan diri para pecinta itu akan bertransformasi diri menjadi cinta yang produktif. Cinta yang produktif itu seperti apa? Satu motif yang menggeser modus kehendak "memiliki" menjadi modus "menjadi".
Cinta yang produktif mensyaratkan kemandirian, kebebasan dan penalaran kritis atas segala aktivitas yang dijalankan para pecinta. Cinta ini memiliki ciri khas keadaan aktif (bukan secara lahiriah) melainkan dalam artian optimalisasi aktual potensi kemanusiaan yang ada di dalam diri. Menjadi aktif berarti memperbaharui, tumbuh, mengatasi penjara ego, penuh semangat dan selalu termotivasi untuk memberi.
Pendek kata, cinta produktif ini menjadikan setiap pribadi yang merasakan dan menjalaninya merdeka melakukan segala aktivitas dengan kesadaran akal-budi yang memiliki orientasi utamanya selalu ingin memberi sekaligus diikuti oleh lenyapnya perasaan takut, terasingkan dan terpisahkan.
Lantas, jika akhirnya cinta mampu menjadikan manusia menjadi lebih baik, kenapa kita tidak boleh mengumbar masalah asmara di media sosial? Bukankah kisah asmara kita bisa menjadi inspirasi bagi sebagian yang lain? Minimalnya menjadi satu judul untuk FTV.Â
Jawabannya sederhana, privasi. Ya, urusan asmara dan percintaan setiap masing-masing kita adalah hal privasi. Satu hal pribadi yang memang harus dirahasiakan keberadaannya. Mengapa demikian? Sebab jika diumbar murah-meriah di media sosial, bisa saja itu menjadi celah untuk mengusik ketenangan hidup kita.
Bisa saja dengan diumbarnya setiap plot asmara kita di akun  media sosial menjadikan timbulnya masalah baru yang tidak kita kehendaki. Misalnya saja memancing kecemburuan asmara bagi mereka yang tidak begitu suka dengan rekam jejak kehidupan kita. Timbulnya orang ketiga yang dapat menyebabkan keretakan jalinan hubungan, dan lain sebagainya. Tentu kita tidak dapat menebak seutuhnya tentang episode kehidupan selanjutnya, entah itu akan sesuai dengan kehendak dan ekspektasi kita atau malah sebaliknya.
Tegasnya, dengan tidak mengumbar kisah asmara kita di jagat Maya, itu berarti kita sedang mengupayakan hidup yang penuh mawas diri. Berhati-hati dalam menjalani kehidupan dengan berusaha menata diri lebih baik daripada sudah merasa benar lantas menjadi biang timbulnya rentetan keresahan yang berujung kehancuran dan berbagai macam kejahatan lain atas nama kecemburuan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H