Mohon tunggu...
Roni Ramlan
Roni Ramlan Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar sejati, penulis dan pegiat literasi

Pemilik nama pena Dewar alhafiz ini adalah perantau di tanah orang. Silakan nikmati pula coretannya di https://dewaralhafiz.blogspot.com dan https://artikula.id/dewar/enam-hal-yang-tidak-harus-diumbar-di-media-sosial/.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Tanduk Penyesalan

25 Januari 2021   09:11 Diperbarui: 25 Januari 2021   09:25 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku yang telanjur menopang dagu di muara kasih-Mu

Bertolak pinggang dalam gempita dendang purnama cinta-Mu

Aku yang menjadi Aku lantaran keberpihakan-Mu 

Atas takdirku

Dengan segala persembahan keberuntunganku

Lantas aku membopong prasangka dan rasa keliru

Membusung dada menolak malu 

Membesar kepala karena asumsi pujaan semu

Menjinjit di altar kelancangan bodohku

Melangit di turban penyesalanku

Kini Aku tenggelam dalam kehinaanku

Aku sibuk mengayam setiap jengkal kehendak bernafsu

Jiwaku rapuh tersandung dalam duka kelam beradu

Menjadi bisu, 

Nuraniku dibungkam alibi palsu

Teramat kaku, 

Semua indera tubuhku tak kuasa mengampu

Pun berujung sirna tanpa berabu

Pupus sudah peran patuh sebagai abdu

Dan Aku lacut dalam ketidakpatutanku melecehkan rindu-Mu

Menyisakan sesak dan jemu

Menanggalkan gesa dan ragu

Memisahkan ruang-ruang hampa baru

Bebalku cukup banyak membeban mizan yang urung kutahu

Semetara petantang-petenteng moral bobrokku

Tak segan menjadikan bual sebagai jamu

Terkutuk habis nasibku

Hari hampir genap terbungkus kelabu

Di sudut remang itu aku bertamu

Mengetuk-ngetuk pintu afwa-Mu

Aku remah tak bernilai di Arasy Mihrab-Mu

Tersisih di antara butiran debu

Tak kian nampak di ujung sipu

Kupastikan kembali semua itu

di setiap Rabu, Sabtu dan Minggu

Kugenggam erat bahasa ramu 

Tali simpul dermaga kalbu

Kulapangkan tekad tulus menghadap singgasana-Mu

Jidatku melekat rendah di hamparan sajadah Rahman-Mu

Jemari anganku bersimpuh mendambakan Rahim-Mu

Tulungagung, 24 Januari 2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun